45 4 0
                                    

Hamparan merah secara mengejutkan tertangkap melalui mata renjun begitu jendela terbuka. Taman bunga poinsettia merah yang terletak dibelakang rumah ini sungguh menjadi ciri ketiga yang menyamai kasus dua pembunuhan sebelumnya.

" Apa ini bunga untuk bulan maret? " tanya jeno begitu sampai dan ikut menatap taman didepannya. Renjun menggeleng. Bukanlah bunga poinsettia yang dimilik oleh seseorang yang lahir dibulan maret. Fressia, daffodil lah seharusnya jika kasus ini berurutan.

" Ini bunga kelahiran bulan Desember" terang renjun lalu melompat keluar melalui jendela. Perasaanya tiba-tiba saja begitu buruk. Maret adalah bulan kelahirannya. Dan ia merasakan sesuatu yang tidak beres disini. Apa yang menjadi alasan pelaku mengganti triknya.

Renjun berhenti tepat didepan kumpulan bunga didepannya. Kenapa firasatnya begitu buruk mengetahui bulan desember adalah arti dari bunga poinsettia ini. Benda persegi dari sakunya bergetar. Tangannyapun beralih merogoh saku celanan dan mengeluarkan I Phone 11 Max miliknya.

" Hyung. Aku ingin mengatakan aku mendengar apa yang kau dan jeno hyung katakan mengenai bunga kelahiran tadi. Hanya saja 3 korban tidak lahir sesuai bunga yang ada di TKP. "

Benar. Tidak mungkin NIS menyuruh mereka melakukan penyelidikan ini jika mereka dengan mudah menemukan pelakunya.

" Gomawo Jisung-aaah. " panggilan selanjutnya diputus sepihak oleh renjun. Kakinya berjalan memasuki sebuah lorong yang mengarah kebelakang. Meski disetiap sisi jalan yang dilewatinya terdapat berpot-pot bunga poinsettia, namun suatu hal menarik justru dapat renjun temukan setelah sampai diujung lorong.

Renjun tentu saja langsung melebarkan senyumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun tentu saja langsung melebarkan senyumnya. Frame poinsetta sepertinya memberikan dia harapan baru.

*****

" Hyung kenapa kita kemari ? " tanya chenle yang masih asyik dengan ponselnya pada Jaemin. Kedua pria itu sedang berada disebuah restoran dan berjalan kearah meja kosong didepannya.

" Apa aku bisa memesan " Jaemin langsung menyahut buku makanan yang dibaca oleh chenle itu.

" Tidak. Kau pikir kita akan makan disini ? " Jaemin langsung menatap mata chenle. Dan tak lama ia menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya.

" Aniyo chenle "  Jaemin tersenyum dan menepuk pipi chenle halus

" Jadi, kita...." ucapan chenle terputus saat kepala jaemin mengangguk. Ya, tentu saja mereka bekerja.

" Jadi, apa yang harus kukerjakan hyung ? "

" Tentu saja mencari cctv chenle-aah. Itu keahlianmu " chenle mendengus kasar. Setidaknya katakan sebelum mereka datang, mungkin ia akan segera menampik keinginannya untuk mengunyah samgyeomsal.

" Arasseo. " Jaemin tersenyum dan beranjak berdiri. Ia berjalan kearah meja kasir dan berbincang sedikit lama dari yang chenle kira. Laki-laki sipit itu cemberut sambil mengerjakan tugasnya. Ya. Pada akhirnya chenle harus bekerja meski ia tidak menginginkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang