12 | a rush and a push

2.1K 464 61
                                    

—klik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



klik.

"aku pulang," jeongin menutup pintu di belakangnya, kemudian berjalan menuju rak sepatu yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

tidak ada balasan, gumam remaja itu. semua orang sudah terlanjur terlelap.

mendekati tujuannya, sang lelaki perlahan tersadar bila apartemen keluarga kim kini tidak lagi terasa hangat. gelap, sunyi, sesak. bila tak ada sinar bulan yang terpancar dari sela-sela jendela, mungkin saja ia akan menganggap tempat ini berhantu.

namun pada akhirnya, ia tak sanggup menyalahkan kedua orangtuanya yang kian hari semakin tercabik frustrasi akibat kondisi kesehatan kim seungmin.

pun, dirinya merasakan hal yang sama.

"aku harus menemukan sepatu yang hyung kenakan malam itu dan mencocokkannya dengan tali yang ku temukan," jeongin bermonolog yakin.

tangannya semakin bergerilya di antara tumpukan sol, sesekali membuat suara decitan kencang yang sama sekali tak ia hiraukan.

"putih, putih . . . sepatu putih . . ." pikiran jeongin terpusat pada barang pemberian yang ia beli dengan uang tabungannya itu. ia masih ingat betul, betapa bahagianya sang kakak ketika melihat sebuah kotak besar berisikan sepasang sepatu kanvas di hari ulang tahunnya. "dimana kau berada— yes, gotcha!"

tidak membutuhkan waktu yang lama hingga kotak tersebut berada di genggamannya. segera, remaja itu beranjak dari posisi merunduknya dan segera masuk ke dalam kamar . . .

. . . tak menyadari bila sang ibu tengah menatapnya curiga dari pintu kamar utama.




P S Y C H O




pada pagi harinya, suasana di kediaman keluarga hwang justru terasa semakin mencekam. bagaimana tidak, jika sang pewaris tunggal justru mendapatkan sebuah surat panggilan dari polisi yang menyatakan bahwa dirinya terlibat dalam kasus perundungan — bahkan penganiayaan — yang serius?

"hwang hyunjin," kepala keluarga itu mencengkram gelas kopi yang ada di hadapannya, membuat dua individu lain yang tengah duduk bersama meringis pelan.

"y-ya, ayah?"

"berapa kali harus ayah katakan bahwa ayah tidak pernah membesarkanmu untuk menjadi anak yang bodoh dan kurang ajar?!"

prang!

rematan gelas kopi itu berhamburan menuju dasar, membuat nyonya hwang berteriak kaget. sang anak hanya mampu memejamkan matanya cemas.

"yeobo, jangan lakukan ini—"

"—diam, kau terus saja membela anak bodoh ini! perlu aku ingatkan padamu tentang kasusnya yang terdahulu?" lanjutnya kasar, membuat yang tersindir hanya mampu begidik ngeri. menyenderkan tubuh lelahnya ke kursi, paruh baya itu kemudian terkekeh dan bertanya, "lalu, apa yang akan kau lakukan?"

"a-aku akan memastikan diriku tidak berurusan lebih lanjut dengan para polisi," balas hyunjin dalam satu tarikan nafas.

"hm, begitu ya?"

sang ayah kini beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan untuk mengusap kepala hyunjin lembut. ia semakin tercekat rasa takut.

"menurut ayah . . . sebaiknya kau mengaku saja pada mereka," angguk tuan hwang penuh arti, membuat istrinya segera mendelik tak terima.

"kau tega memberikan umpan pada para singa yang kelaparan?!"

"tidak, tidak, bukan begitu maksudku," gelengnya santai, sebelum beralih pada sang anak. "kau tahu bukan, jika ayahmu ini adalah pemilik sekolah? apa yang menurutmu akan terjadi bila seseorang seperti diriku justru ketahuan melindungi keluarganya dari hukuman yang memang pantas ia dapatkan?"

"m-mereka akan . . . memberontak?"

"bingo. api tidak akan mampu diredam dengan api. kita tidak boleh bertindak gegabah."

sebelum hyunjin dapat membalas, sang ibu terlebih dulu memeluknya erat. "lalu, kau ingin anak kita mendekam di penjara?"

"tidak juga," gelengnya lagi. "di saat-saat seperti ini, kejujuran adalah sebuah kemewahan. siapapun yang berani mengakui kesalahannya, maka ia sama hebat dengan seorang pahlawan. jadi, akui kesalahanmu, mohon pengampunan dan ambil hati mereka semua. buat dirimu terlihat seperti pelaku sekaligus korban yang membutuhkan bantuan — dunia akan senang hati jatuh ke dalam pelukan."

obsidian yang remaja melemah. hyunjin benar-benar tidak percaya dengan rencana gila yang baru saja ia dengar.

dan dengan itu, dirinya pun tersadar,

bahwa menjadi seorang penjahat jauh lebih mulia dibandingkan seorang malaikat yang memalsukan kebaikannya.




P S Y C H O




seperti hari-hari biasanya,

sepulang sekolah, jisung akan mengendarai mobil pribadinya menuju kediaman lee, memastikan jika yang diamanatkan tetap terjaga, meskipun berlian tidak seharusnya tumbuh di antara rumput liar. ia benar-benar berpegang teguh pada janjinya.

selesai mematikan mesin, laki-laki itu kemudian beranjak keluar dari tempat persembunyiannya — tidak lupa mengeluarkan sekotak nikotin berperisa mentol dari saku celana.

"ah, cuaca hari ini sangat indah . . ."

celetuk jisung segera terputus ketika seorang paruh baya yang selama ini ia tak pernah berani temui kini justru berlari cepat kearahnya dengan amarah yang memuncak.

"nyonya lee," jisung segera menginjak rokoknya yang baru saja terbakar. "apa yang—"

"—pergi kau! jangan ganggu aku dan anakku lagi!"

jisung dapat merasakan tubuhnya terdorong hingga menabrak pintu mobil. rasa sakit mulai menjalar di punggungnya, meskipun tak seberapa mengagetkan dari perlakuan yang baru saja ia terima.

"a-aku tidak mengerti," is mengangkat tangannya di udara, sebelum perempuan itu jatuh tersungkur dan mulai menangis.

segera, jisung merengkuhnya dalam sebuah pelukan hangat.

"kemarin, hyunjin menampakkan dirinya di hadapan mina tak lama setelah kau pulang. sepertinya ia tahu apa yang kau lakukan," jelas nyonya lee di sela-sela tangisannya. "hal ini membuat kondisi mina semakin memburuk. bahkan, setelah itu ia harus dilarikan ke rumah sakit setelah ditemukan tak sadarkan diri."

jemari-jemari jisung mengepal geram.

mengapa semesta tidak pernah berada di pihaknya? atau setidaknya, seseorang yang memang pantas mendapatkannya seperti mina.

"jisung-ah, ibu sangat bersyukur karena kau pernah begitu mencintai minho, dan bahkan rela menjaga adik kesayangannya . . ." perempuan itu mengusap tangannya lembut, membuat kepalan yang sempat terikat segera melemah. "tetapi ibu mohon, jangan pernah menyeret kami lagi kedalam permainan ini. ibu tidak ingin ada korban lain setelah minho dan seungmin."
















author's note:
selamat pagi, selamat beraktivitas & selamat
berpuasa untuk kalian yg menjalankan! kira-kira,
apa tanggapan kalian tentang update hari ini?
hahaha yang pada nebak minsung kemarin aku
kasih 💯💯💯💯💯💯

psycho | stray kids [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang