Hari itu sangat panas. Alexa sangat tidak mood melakukan apapun. Ia hanya berjalan-jalan di istananya yang megah itu. Sesekali, ia mengintip ruang kerja suaminya. Ludwig sedang sibuk mengerjakan dokumen-dokumen kerajaan.
Lalu, Alexa beranjak pergi menuju perpustakaan. Beberapa pelayan menyapa dan menundukkan kepala menunjukkan tanda hormat. "Yang mulia," ucap seorang pelayan wanita.
"Ada apa, Vesia, Izira?" tanya Alexa. "Izinkan saya memperkenalkan kepada anda butler baru yang akan bekerja di istana mulai hari ini," jawab pelayan bernama Vesia itu.
"Yang mulia, nama saya Nicholas. Saya mulai bekerja hari ini," ucap butler itu memperkenalkan dirinya. "Kalau begitu, saya mohon undur diri terlebih dahulu. Nicholas, bantu ratu, ya. Izira juga bantu Nicholas," ucap Vesia yang kemudian beranjak pergi.
Alexa mengipas-ngipas diri dengan kipas berbulu miliknya sambil memperhatikan pria itu. Ia seperti pernah bertemu dengannya, tapi tak bisa mengingat dimana.
"Apa ada yang bisa saya bantu, Yang mulia?" tanya Nicholas dengan senyuman. Alexa menyembunyikan setengah wajah rupawannya dibalik kipas dan berpikir sejenak. "Kalau begitu," Ia tersenyum. "Pel seluruh lantai di istana."
Sejujurnya, Alexa sebal karena tak bisa mengingat lelaki itu. Tapi, dia juga ingin sedikit iseng karena Nicholas adalah pelayan baru.
"Tapi, istana ini luar biasa megah, Yang mulia," ucap Izira berusaha membela Nicholas karena kasihan. "Maid kan udah ngurusin anak-anakku, jadi butler aja yang ngepel," balas Alexa. "Dah. Ayo, Izira. Temani aku. Kerjakan dengan baik ya, Nicholas," Iapun pergi.
Nicholas yang masih membungkuk hingga Alexa pergi, menyeringai. Ia berbicara dalam hatinya, "Slow, tenang aja. Ludwig akan mati di tanganku."
Sementara itu sang Ratu...
"Rin, Papamu ada urusan delegasi para iblis, jadi tadi pagi dia berangkat. Nggak sempat pamit," ucap Alexa pada putri angkatnya, Rin. Rin -hime yang mendengar itu tentu merasa sedih. Papanya terlalu sibuk bahkan untuk berpamitan.
"Izira, temani Rin, ya. Aku ingin beristirahat sebentar," ucap Alexa meninggalkan Rin bersama Izira berdua. "Ayo, tuan putri," ajak Izira.
Izira mengantar Rin ke kamarnya. Tak tahu mau ngapain, (mungkin karena lockdown) Rin hanya guling-gulingan di kasurnya. Izira yang melihat Rin seperti itu, juga bingung harus melakukan apa.
Tiba-tiba, ada suara ketukan pintu. "Siapa?" tanya Izira. "Ini saya," jawab orang yang mengetuk pintu, suaranya terdengar berat seperti suara pria. "Ya, siapa?! Kok ditanya siapa malah jawab 'ini saya'. Saya butuh nama anda," ucap Izira ngegas.
"Saya butler yang baru itu."
"Oh, ada perlu apa anda?"
"Saya hanya ingin memperkenalkan diri saya kepada tuan putri."Izira melirik Rin dalam kode meminta izin. Rin mengangguk tanda setuju. Izira pun mempersilahkan Nicholas untuk masuk.
Lelaki itu pun mulai berbicara, "Tuan putri, saya adalah pelayan baru, nama saya Nicholas." Ia membungkukkan badannya.
"Ah..pelayan baru itu, ya."
"Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak."Nicholas terdiam, tak bisa mengutarakan satu patah kata pun. Ia berniat untuk menjadi orang yang bisa diandalkan oleh tuan putri. Tujuannya ialah tak lain, agar dia bisa mendapat informasi tentang Ludwig.
"Izira, kita kan sudah punya banyak pelayan, buat apa lagi?"
"Ah, pelayan yang lama hangus dibakar ratu, dan orang ini—orang gila ini memaksa untuk dipekerjakan, dan yang mulia ratu mengizinkan."Rin meminta Izira untuk mendekatkan telinganya, agar ia bisa berbisik.
"Kau yakin kalau dia kompeten?"
"Saya rasa sih, tidak. Namun, karena kita kekurangan tumbal."
"Ah, sepertinya dia enak dijadikan makanan Hellhound."
"Sepertinya."Rin dan Izira kompak menengok ke arah Nicholas dan menatapinya. "Saya bisa mendengar kalian, tahu," batin Nicholas.
"Urusanmu di sini sudah selesai, bukan? Kalau gitu, pergi sana," ucap Rin. Ia ingin cepat-cepat berleha-leha lagi. Nicholas pun membungkuk lalu pergi.
Pria itu secara hati-hati pergi menuju kamar Ludwig. Ia melihat sekeliling kamar itu dan mendapatkan sebuah baju tergeletak di kasur. "Sepetinya ini baju Ludwig. Aku akan membawa ini ke penyihir kenalanku," batinnya sambil menyeringai.
"Siapa di sana?!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Absurdness Of The Demon Family
FantasyNgakag dah:v ni keluarga gajelas beut sumpah. King Ludwig dan keluarganya menjalankan kehidupan keluarga yang harmonis. Namun, seseorang, iri akan hal itu.