Bagian 3 • [Syarat]

19 5 5
                                    

Nara ingin pergi dari hadapan Kafin, laki-laki itu benar-benar merusak moodnya hari ini. Namun,saat hendak berbalik, tangannya lagi-lagi dicegat oleh Kafin.

Nara menghela nafas panjang. "Apa lagi,kak?"tanyanya pelan.

"Gue nanya,lo harus jawab,"jawab Kafin dengan tegas. "Lo serius dengan omongan orang tua kita kemaren?"

"Gue ga tau,Kak. Please ,lepasin. Sakit,"ucap Nara memohon. Kafin tidak peduli dengan pegangannya yang semakin kuat,ia hanya meminta satu hal. Jawaban.

"Gue udah bilang,gue ga bakal bisa dan mau." Kafin mengulangi kata-katanya tadi.
"Gue ga suka sama lo,"tambah Kafin. Ia menekan setiap katanya itu.

Mata Nara tiba-tiba terasa panas,ia menahan agar pertahanannya tidak runtuh di depan Kafin. Ia tidak boleh menangis.

Rasanya sakit ditolak ketika kita bahkan belum sempat berjuang. Nara tidak akan berhenti,ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa membuat laki-laki dihadapannya ini juga menyukainya.

"Maaf,gue emang egois. Gue bakal ngikut apa kata mereka. Suatu saat lo bakal tau alasannya,"jawab Nara,ia lalu melepaskan cengkraman tangan Kafin dan segera cepat-cepat pergi.

"APAA!? LO SERIUS,NAR! LO DIJODOHIN SAMA KAFIN!?"teriak Bianca. Dengan cepat Nara menutup mulut Bianca dengan kedua tangannya.

"Ca! Jangan gede-gede ngomongnya,ini rahasia,ga seluruh orang tau,Ca!"ucap Nara, untungnya keadaan kelas sepi karena penghuninya sedang pergi ke kantin. Jadi,hanya ada mereka berdua saja.

"Iya,maaf. Gue kan kaget,Nar. Lo bisa seberuntung itu. Baru Minggu kemaren lo bilang Kafin ganteng, sekarang lo udah dijodohin aja sama dia!"ujar Bianca kepada Nara.

"Gue muji Harry Styles ganteng dari dulu,gak dijodoh-jodohin sama dia sampe sekarang!"sambung cewek itu lagi.

Pletak

Nara memukul kepala Bianca menggunakan pena. "Sadar,Ca! Dia bahkan ga tau kalo lo hidup,"ucapan Nara ini berhasil membuat bibir Bianca mengerucut.

"Hm,lo terima perjodohannya?"tanya Bianca pada Nara.

Nara lantas mengangguk.

"Sebentar doang kok,Ca. Nanti,kalo gue udah pergi juga, Kafin pasti cari cewek yang lebih baik daripada gue,"ucap Nara. Raut wajahnya berubah sendu, tiba-tiba saja gadis itu merasa sedih kepada dirinya sendiri.

"Lo ngomong ap--"

"Perjodohan ini ga sampe nikah,Ca. Kita pasti ga jodoh walaupun dijodohin." Nara terkekeh kecil. "Ini kan cuman buat bikin gue seneng aja."

Bianca menutup kotak makannya. Lalu menatap Nara yang wajahnya terlihat putus asa,seolah ia tidak punya pilihan dalam hidupnya.

"Lo tau,Nar? Biasanya orang yang dijodohin lah yang biasanya hidupnya gak seneng. Gak bahagia,"ucap Bianca dengan menekankan kata di akhir kalimatnya.

"Dek,kok ga dimakan? Mau bungkus terus cari tempat lain?"tanya Ivan kepada Nara yang daritadi hanya menatap keluar jendela. Sedangkan makanan yang tadi ia pesan tidak ia sentuh sama sekali. Padahal tadi ia yang mengajak kakaknya ke restoran cepat saji ini.

"Oh,enggak kok,kak. Ini Nara mau makan,"jawab Nara cepat lalu menyantap makanan di depannya.

Ivan sudah hapal,pasti ada yang tidak beres jika Nara diam seperti ini. "Kamu kenapa?"tanyanya pada Nara.

My Mysterious SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang