Part 1

8 2 0
                                    

"Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang harimu"

"disa, itu dika udah didepan rumah. Kamu kenapa lelet banget sih?"

"iya mah sabar, ini disa udah pake sepatu"

Setelah adisa memakai sepatunya, adisa buru-buru turun dari kamarnya.

"selamat pagi disa" ucap radika dengan senyum yang menawan. Disa selalu suka dengan senyum itu. Sangat manis.

"selamat pagi dika" balas adisa dengan senyuman pula.

"sarapan dulu ya" kata mama disa menatap sepasang remaja itu.

"ga usah deh mah, ini bentar lagi telat"

"iya tante ga usah, nanti keburu gerbang sekolah ketutup"

"yaudah kalo gitu, ayo dika berangkat"

"siap laksanakan disa"

Akhirnya mereka berdua berangkat kesekolah dengan mengendarai motor matic radika.

Radika bukanlah lelaki remaja yang kesekolah memakai motor sport seperti anak anak yang lain, radika tidak suka menyombongkan diri.

Setelah 15 menit di perjalanan akhirnya mereka berdua sampai di parkiran sekolah. Di sekolah mereka berdua ini tidak lepas dari gosip para siswa dan siswi. Gosip yang paling sering terdengar adalah mereka berdua berpacaran. Tidak heran, kebiasaan sebagian orang, sangat senang mengambil kesimpulan sendiri dengan melihat yang belum tentu benar. Dasar manusia.

"ayo, gue antar sampai kelas" ajak radika.

Selalu seperti ini, radika akan mengantar adisa sampai kelas, walaupun sebenarnya adisa tidak menginginkan itu. Adisa sudah berubah menjadi gadis yang bisa dibilang jalan kekelas sendiri itu bukan perkara yang sulit, tapi radika tidak pernah ingin mendengarkannya.

"apaansi sih dika, adisa itu udah gede, udah bisa jalan sendiri, adisa udah tau jalan ke kelas. Jadi, radika ga usah anterin adisa"

"apaan? Gue ga denger. Udah ah ayo, nanti keburu pak tarno masuk"

Adisa hanya bisa menghela nafas. Radika tetap akan menjadi radika.

Selama perjalanan menuju ke kelas adisa, radika tidak melepaskan tangan adisa, di genggam. Sangat romantis memang, tapi adisa tidak suka di tatap seperti ini oleh fans-fans radika. Para siswi itu seolah olah akan memakan secara hidup hidup. Memangnya adisa punya salah apa sama mereka. Adisa dan radika Cuma sebatas sahabat, lalu apa salahnya?

"adisa ga suka deh sama fans-fans dika"

Radika menoleh ke samping menatap adisa yang sedang menunduk menatap lantai sekolah.

"fans-fans? Sejak kapan gue jadi artis dis?"

"tuh liat cewe cewe pada liatin disa. Adisa kaya punya banyak dosa sama mereka. Padahal mereka ga tau adisa sama sekali"

"udah gausah di ladenin, lagian disa udah tau ga punya dosa sama mereka, masih aja dipikirin" radika menasehati adisa sambil menggenggam kedua tangan adisa.

"dika gausah genggam tangan disa lagi yah"

Radika terheran dengan ucapan adisa barusan. "kenapa? Biasanya disa ga apa apa kok kalo dika genggam kaya gini"

"disa takut sama cewe cewe yang suka sama dika. Serem"

Radika terkekeh mendengar ucapan adisa barusan. Ah gadis ini, selalu saja membuatnya gemas. Bagaimana radika tidak sayang. Coba tolong jelaskan.

"udah ah sana masuk kelas. Dika juga mau ke kelas, nanti keburu bu marta masuk. Belajar yang baik yah adisa" ucap radika lalu berlalu dengan senyuman manisnya.

SEWINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang