Part 2

8 1 0
                                    

"Tak mungkin bila engkau tak tau bila ku menyimpan rasa yang ku pendam sejak lama"

-------

Selama perjalanan pulang, radika dan adisa dipenuhi dengan tawa mereka berdua. Orang- orang melewati merka berdua menatap iri. Pasangan yang sangat berbahagia.

"adisa gamau makan dulu?" tanya radika sambil menatap wajah gadis menggemaskan itu di kaca spion motor. Adisa yang sedang nyaman bersandar pada pundak radika sontak merespon radika dengan gelengan kecil.

"disa makan dirumah aja. Mama pasti udah masak"

Radika tersenyum kecil mendengar jawab sahabat perempuannya itu. Selalu saja membuat radika tersenyum dengan apa yang dia lakukan. Adisa memang sangat menyayangi ibunya. Ah, radika rasa tidak ada seorang anak yang tidak menyayangi kedua orang tuanya. Radika tidak menyayangi orang yang salah selama ini.

Radika tidak tau kapan perasaannya ini timbul untuk sahabatnya sendiri. Yang pastinya radika sudah memastikan perasaannya ini. Radika tidak tau kapan akan mengungkapkan rasanya ini. Radika takut. Radika takut jika adisa tidak membalas perasaannya, radika takut adisa akan mejauhinya setalah radika mengungkankan perasaannya. Jadi keputusan radika sudah bulat untuk menyimpan untuk sementara rasa ini. Toh radika nyaman dengan posisi yang seperti ini, bersahabat dengan adisa adalah hal yang menyenangkan.

Setelah sampai di depan rumah adisa, radika menghentika motornya, turun lalu setelah itu melepaskan helm yang masih terpasang di kepala kecil adisa.

"disa gemes banget pake helm gede" ucap radika sambil terkikik kecil menatap adisa.

Adisa bedecak kesal, selalu saja radika mengejeknya."dika tuh suka banget ngejekin disa. Heran disa"

"dika ga ngejekin. Dika bilangnya disa itu gemesin, ngejeknya sebelah mana coba?"

"disa pasti jelek banget kan pake helm gede? Rambut disa jadi berantakan, jadinya jelek. Iyakan dika?"

Radika menatap gadis yang tingginya hanya se dagunya itu. Radika merapikan rambut adisa yang memang berantakan gara gara memakai helm besar radika. Besok besok radika akan membelikan helm yang pas untuk adisa.

"tuh udah dirapihin sama dika. Disa jadi cantik lagi deh" ucap radika sambil memmberikan senyum manisnya. Senyuman yang adisa tidak akan pernah bosan untuk menerimanya.

"pacaran mulu lo berdua! Masuk sini, makan dulu"

Mendengar suara teriakan itu, yang radika yakin itu adalah kakak laki laki adisa. Afdal suka sekali mengganggu momen momennya bersama adisa. Menyebalkan sekali.

"gausah bang, dika langsung mau pulang aja. Papa mau ke bandung soalnya, kasian bunda ga ada temennya" balas radika, dengan sedikit berteriak pula.

"yaudah kalo gitu dika pulang ya" pamit radika dengan menatap sahabatnya itu.

Adisa membalas dengan anggukan kecil."sampaiin salam disa sama bunda ya"

"iya pasti."

Radika sudah mengendarai motor maticnya itu lalu perlahan menghilang dari penglihatan adisa. Adisa berjalan masuk ke dalam rumah, ternyata afdal masih menunggunya di depan pintu rumah.

"abang kenapa disini? Nungguin disa masuk?" tanya adisa sambil menatap heran afdal. Afdal memang sangat menyayangi adisa, tapi baru kali ini kakaknya rela menunggunya di depan pintu rumah.

"kamu ga suka kan sama radika?"

Alis adisa menyatu mendengar pertanyaan dari afdal. Apa apaan kakaknya itu.

"apaansi abang. Masa disa suka sama sahabat disa sendiri. Ngaco"

"yakan kali aja, ga ada yang tau"

"abang kali yang suka sama dika. Iyakan? Ngaku sama disa"

Afdal membulatkan kedua matanya. Bisa bisanya adisa berfikiran seperti itu.

"kamu yang lebih ngaco. Abang masih normal yah."

"ah abang boong nih. Aduin mama ah. Bye" adisa berlalu dengan senyuman mengejeknya.

"MAMA MASA BANG AFDAL SUKA SAMA RADIKA SIH" adisa berteriak sambil berlari kecil menuju ke arah dapur rumah.

Afdal yang mendengar teriakan adik satu satunya itu sontak mengejarnya. Adiknya jangan sampai lolos.

Adisa bersembunyi di balik punggung ibunya. Adisa membisikkan sesuatu ke telinga sang ibu, sehingga sang ibu tertawa renyah mendengarnya.

Afdal menatap heran kedua wanita yang dia sayangi itu. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

"afdal kamu serius?" tanya indah. Ibu dari afdal dan adisa.

"apaan sih ma. Itu disa ngaco. Mau aja percaya sama anak kecil"

"biasanya anak kecil selalu jujur ma" adisa membela dirinya sambil menahan tawanya. Kakaknya terlihat lucu dengan wajah yang panik. Astaga maafkan adisa.

Indah membalas dengan anggukan, membetulkan pernyataan anak keduanya itu.

Afdal menghela nafas, mulai lagi. Kedua wanita itu mulai bersekongkol lagi.

"sumpah ma, afdal ga suka sama radika. Dasar disa nya ajah lebay. Padahal mah disa yang suka"

Giliran adisa yang membulatkan matanya."apaan sih bang. Ga ada ya"

"halah. Kalo boong dosa loh disa. Iyakan ma?"

"ih disa ga suka sama dika ya"

"ih dikata ga boleh boong, masih aja ngelak"

"yakan emang ngga"

"udah ah sana disa ganti baju dulu, abis itu turun kita makan sama sama" indah melerai pertengkaran antar saudara itu. Indah bisa pusing dibuatnya jika terus membiarkan kedua anaknya saling melemparkan ejekan satu sama lain.

Setelah makan bersama adisa kembali ke kamarnya. Adisa kembali memikirkan pertanyaan kakaknya itu, apakah adisa menyukai sahabatnya sendiri?. Adisa sudah mendengnar banyak kasus bahwa persahabatan antara pria dan wanita sangat jarang berhasil. Entah itu si pria menyukai si wanita, tapi si wanita menyukai orang lain atau bahkan sebaliknya, oh atau bisa saja mereka mereka menyukai satu sama lain.

Lantas apakah adisa benar benar menyukai sahabatnya itu? Selama ini adisa nyaman berada di dekat radika, sangat nyaman. Radika adalah lelaki yang baik, memiliki senyum yang manis dan adisa menyukai senyuman itu. Ah jika mengingat senyuman radika yang tak pernah absen setiap harinya, adisa jadi senyum senyum sendiri.

Apakah adisa sudah gila? Ah jangan bilang adisa sudah mulai menyukai sahabatnya? Tidak jangan sampai, adisa tidak ingin perhabatan mereka hilang hanya gara gara perasaan suka. Adisa nyaman dengan keadaan yang sekarang, dan adisa harap akan tetap seperti ini.

Adisa berfikir terlalu keras untuk hubungannya dan adisa, sampai akhirnya adisa terlelap di atas ranjang abu abunya sambil memeluk satu guling.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


teman teman

jika ada typo atau kesalahan lainnya silahkan di beritahu yaaa

saya minta tolong tinggalkan vote dan komen/saran

menurut teman teman sekalian part 2 ini gimana?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEWINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang