Keito - mau nikah

1K 123 23
                                    

⊰㇀🦋 requested by : Maanna_


[Hasumi Keito - mau nikah]


˚✧ .˚


"Kisama-- Tidak-tidak, bukan begitu." Keito menggelengkan kepalanya. Ia sedang menyusun rangkaian kalimat untuk melamarmu sore ini.

"Sudah tiga tahun ya, sejak kalian berdua pacaran. Teman kecilku sudah dewasa."

"Hentikanlah, aku tidak ingin mendengar siapapun berbicara padaku hari ini." ujar Keito, pada teman masa kecilnya, Tenshouin Eichi.

Eichi tersenyum kecil "Tidak masalah bagiku. Tapi bagaimana dengan [y/n]- chan?" ia memancing perhatian Keito. "Ka-kalau itu... beda cerita." jawab Keito kemudian. "Sudah kuduga, kamu tidak akan bisa berkutik kalau menyangkut [y/n]-chan. Semoga beruntung, Keito." pria bersurai pirang itu pergi meninggalkan Keito yang masih mempersiapkan mentalnya.

Demi menjemput tuan putri dari sang raja.

˚✧ .˚

Kini Keito sudah berada di ruang tamu, beserta kedua orang tuanya. Bukan tanpa alasan, cowok berkacamata ini berkunjung ke rumahmu bersama dengan 'calon' mertuamu. Tentu saja ia datang untuk melamar putri semata wayang dari bapakmu.

Penampilan Keito hari ini cukup rapi dengan kemeja putih dan celana berbahan linen biru tua, dan jangan lupa kacamatanya. Tidak perlu diragukan, jantungmu terasa akan copot, jika memperhatikan Keito lebih lama lagi. Akan tetapi, kamu sendiri juga tidak tahan kalau melepaskan fokusmu dari Keito. Yah, cukup rumit.

Sebagai calon imam masa depan, Keito membuka obrolan. "Selamat malam, semuanya. Malam ini, adalah malam yang paling penting. Bagi saya, ataupun bagi [y/n]. Apakah benar, pertemuan saya dengan [y/n] itu oleh benang merah kehidupan atau bukan? Saya sendiri cukup penasaran. Oleh karena itu, [y/n] silahkan duduk di hadapan saya sekarang.".

Kamu yang duduk di balik bapakmu, segera berdiri dan mulai berjalan menuju tempat yang Keito maksud. Langkah kakimu sangat gontai, bisa jadi kamu hilang kesadaran karena segalanya bercampur aduk waktu itu. Tidak butuh waktu lama, kamu sudah duduk tepat di hadapan seorang Hasumi Keito, orang yang hatinya telah kamu renggut.

"Terima kasih [y/n]. Nah, sekarang ini saya yakin. Bahwa anda, sebagai ayah seorang [y/n] tidak akan dengan mudah memberikan putri kesayangannya, meski itu ke saya. Jadi, silahkan yakinkan hati dan pikiran anda dengan sesi tanya jawab." matamu terbelalak tak percaya dengan apa yang Keito katakan. Bapakmu justru melipat tangannya, nampak tertarik dengan tawaran Keito.

Sesaat setelahnya, waktu akan terasa berjalan lebih cepat. Jauh lebih cepat dari dugaanmu.

"Pertanyaan dasar, dari yang paling dasar. Punya apa kamu melamar anak saya?"

"Selain perasaan yang saya miliki untuk putri anda, karir saya sebagai idol masih stabil saat ini. Dan kemungkinan akan jauh lebih berkembang ke depannya. Kalaupun suatu hari nanti jalan idol saya terputus, saya memiliki keterampilan lain untuk mendapat pekerjaan yang sangat layak. Dan mampu untuk menafkahi keluarga saya."

"Kamu tidak bodoh juga ya."

Keito tersenyum puas "Saya bukan orang sembarangan. Saya lahir dan di besarkan oleh keluarga yang sangat religius dengan Budha. Jadi, anda tidak perlu lagi meragukan tata krama ataupun sopan santun yang keluarga saya ajarkan kepada saya.".

Kamu disana hanya duduk terdiam. Mempercayai bahwa yang kamu lihat saat ini adalah mimpi. Saat ini kamu masih tertidur lelap, dan keesokan harinya ibumu akan mengguncang-guncang badanmu supaya kamu terbangun.

"a-aduh...!" pipimu baru saja dicubit layaknya kue beras favoritmu. Tapi tentu saja, itu hal yang berbeda. "[y/n]. Jangan melamun saat aku tengah berusaha mendapatkanmu sepenuhnya." kamu sadar, ini bukan mimpi. Keito yang mencubit pipimu juga tahu, kalau saat ini bukanlah delusi semata.

"Aku tidak meragukan kemampuanmu. Aku sudah mengerti hal-hal dasar ataupun hal yang lebih spesifik tentangmu. Tapi aku punya satu pertanyaan, yang menyangkut kehidupanmu di masa depan nanti." kata bapakmu, detakan jantungmu semakin berantakan. Keito menelan ludah, ia tahu kalau saat-saat sulit seperti ini akan tiba.

"Harusnya kamu sudah pernah mendengar pertanyaan ini. Karena apa yang akan aku tanyakan itu sudah pasaran sekali. Apa yang membuatmu merasa yakin, kalau suatu hari nanti kamu tidak akan meninggalkan anakku sebelum ajal tiba?" udara sekitar terasa lebih kosong.

"Ah, kalau ini saya kurang tahu."

Kamu tertegun. Begitupun dengan orang-orang yang berada disana.

"Alasannya?" tanyamu, dengan suara yang pelan.

Lantas setelahnya, Keito berlutut di depanmu. "Akan aku katakan saja ya. Keyakinan itu muncul dari hati, akibat adanya timbal balik dari interaksi dua insan atau lebih. Tapi, hanya untuk ini aku ingin membatasi interaksi itu, dengan adanya aku dan kamu saja." Keito mencium punggung tangan kanamu.

Kelopak matamu menjadi lebih hangat dari sebelumnya. Keito menyambung kelimatnya tadi "Aku Hasumi Keito, ingin kamu mengabulkan satu permintaanku. Aku ingin kamu, menjadi orang yang akan selalu berada di sampingku. Ketika hari bahagia atau hari sulit sekalipun, aku ataupun kamu akan tetap berada di satu atap yang sama. Apapun rintangannya, akan kita hadapi berdua.".

Air mata tak mampu terbendung lagi olehmu, pipimu terasa hangat. Dinginnya malam di luar sana seakan menyambut esok hari yang lebih cerah. "Iya, Keito-kun. Aku kabulkan permintaanmu, hingga suatu hari nanti maut memisahkan.".

Keito pun berdiri dan langsung memelukmu dengan erat. Tangismu saat itu melambangkan kebahagiaan yang tak terungkapkan oleh kata-kata. Pihak keluarga Keito ataupun orang tuamu hari itu, menjadi saksi, dari awal suatu permulaan.

"[y/n], sekarang aku tahu. Kamu adalah orang yang benang merah ini takdirkan.".

˚✧ .˚end

bapakmu ┊enstars × youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang