xavier

769 133 3
                                    







satu minggu pindah ke apartemen baru, jimin baru tahu kalau punya tetangga berisik. setiap hari hampir play lagu Frank Ocean, atau selisih setengah menit mood tetangganya berubah dari Sabrina Claudio langsung menuju Travis Scott.

gak terlalu risih — tapi paper yang due besok rasanya berantakan, ide di otak total hancur dan pergi entah kemana.

sendal jepit asal dipakai, langkah terkesan berantakan, rambut total acak-acakan bekas dijenggut karna frustasi.

pintu nomor 132 diketuk kencang— jimin lupa ada bel disebelah pintu.

lima kali ketukan, dan jimin beralih tekan tombol bel kencang, si tetangga berisik keluar, dan jimin sedikit menganga

kulit putih pucat seperti salju, kaki kecil bak boneka barbie, tapi muka sangar — campur manis mirip es campur di depan tower apartemen B.


"ya?" suaranya berat tapi kecil, matanya kecil menatap malas wajah jimin.

jimin memalsukan batuk kecilnya, lidah dimainkan dalam mulut ; lumayan gugup.

"selera musiknya edgy, tapi boleh dikecilkan?" ujar jimin tanpa basa-basi.

lawan bicara jimin mengendikan bahunya, mengambil remot speaker disaku, tombol minus volume ditekan.

jimin masih mematung, mata gak lepas dari rambut cherry didepannya. yang ditatap lumayan risih, lambaikan tangan depan wajah jimin ; dan jimin kembali disadarkan ke realita.


"oh, thanks. next time coba play Tame Impala."

dan jimin melenggang pergi setelah berucap, tapi ada suara kecil dari belakang yang buat berhenti

"hey, xavier."

jimin berbalik secepat mungkin, kepala dimiringkan, dahi mengernyit bingung. xavier? dan kulit salju di ambang pintu tunjuk jarinya didepan dadanya sendiri.

"nama, xavier. — yoongi kinzey xavier."


dan sebelum jimin menjawab, si kulit salju masuk, tutup pintu kencang.



























21.55

walls [my]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang