"Hidup tak pernah memberiku pilihan terbaik."
Hai, ini aku. Aku adalah seorang lelaki yang memiliki banyak teman, namun kali ini aku hanya akan memperkenalkan seorang teman yang paling dekat denganku. Perkenalkan, nama temanku ini adalah Depresi. Aku tak ingat kapan pastinya kami pertama kali berkenalan dan menjadi teman, mungkin ketika aku kelas 3 SMK kurang lebih.Saat itu kami baru saja kenal, belum terlalu dekat seperti sekarang. Aku dan Depresi bahkan sudah sangat dekat sekarang. Kami melakukan banyak hal bersama-sama. Hampir semua hal yang kulakukan, dia selalu ada menemaniku. Persahabatan kami bukanlah persahabatan bagai kepompong. Karena persahabatan seperti itu hanyalah omong kosong.
Depresi adalah teman yang sangat perhatian, dia selalu ada bersamaku. Saat aku makan, dia selalu menemaniku. Saat aku sedang bersantai, dia selalu bercerita kepadaku. Bahkan saat aku ingin tidur, ia selalu ingin bersamaku. Ya, kami bahkan sudah seperti sepasang saudara kembar. Semua hal kami lakukan bersama, walau terkadang ada saatnya dia tak di sisiku.
Terkadang saat aku ingin tersenyum, temanku ini datang dan mengatakan padaku, "Jangan buang-buang tenagamu untuk hal konyol seperti itu kawan." Lalu akupun mengurungkan niatku untuk tersenyum. Disaat aku ingin tertawa, temanku kembali mengingatkan, "Kau tau kawan, tertawa itu adalah pintu dari tangisan. Sebaiknya kau jangan pernah tertawa, atau kau akan menangis nanti." Dan aku menjadi sangat jarang tertawa setelah ia mengingatkanku.
Ia adalah teman yang sangat baik, tak pernah ia lelah untuk mengingatkanku dan menasehatiku.
Terkadang depresi juga mengajak teman-temannya yang lain untuk bermain bersama kami. Teman depresi yang paling sering dia ajak bersama kami adalah Kesepian. Ya, Aku, Depresi, dan Kesepian cukup sering bermain bersama. Kami bertiga kadang makan bersama, bahkan tidur bersama. Berbagi kasur yang hangat dan kamar yang gelap. Bahkan terkadang disaat Depresi tidak ada, Kesepian selalu datang dan menemaniku. Mengajakku bermain bersama, agar aku tak selalu sendirian.
Kesepian juga pernah berkata padaku, "Aku akan selalu ada untukmu kawan. Bahkan saat kau tak menginginkanku." Sejak saat itu sepertinya kesepian semakin terobsesi kepadaku. Setiap hari, ia selalu ingin menemaniku, bahkan ia kadang memaksa ketika aku tak ingin bersamanya. Ia juga sangat suka memelukku, bahkan pelukannya terlalu erat, sehingga membuatku sesak dan menangis sejadi-jadinya.
Untunglah disaat aku menangis, adalah teman lain yang datang dan menemaniku. Temanku yang ketiga ini bersama Keputusasaan. Di saat aku sedang menangis karena disakiti oleh Kesepian, tiba-tiba saja Keputusasaan datang dan cepat-cepat menenangkanku. Ia membuat rasa perih yang ada di hatiku berkumpul menjadi satu, dan membuatku lebih mudah untuk menikmati rasa perih itu. Membuatku berhenti meronta-ronta, dan hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Begitulah Keputusasaan, ia menenagkanku dengan caranya sendiri. Walau ia membuatku menjadi lemas tak berdaya, namun setidaknya aku bisa tenang.
Itulah cerita awal tentang pertemananku dengan Depresi dan beberapa teman-teman lainnya. Jadi saat ini aku benar-benar memiliki teman yang sangat setia seperti Depresi. Dia tampaknya tak ingin meninggalkanku, ke mana pun aku pegi, ia selalu ingin ikut. Ya, dia memang manja, bahkan lebih manja dari seekor anak kucing kecil yang imut dan lucu.
Kata-kata yang paling sering diucapkan oleh Depresi kepadaku adalah, "Mungkin kematian lebih baik dari pada kehidupanmu kawan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Temanku
RandomDunia ini hanya hitam putih di mataku. Penuh rasa sakit, kebohongan, dan keputusasaan di manapun aku berada. Temanku, selalu ada menemaniku. Walau kadang aku benci dengannya, ia tak pernah meninggalkanku. Tetap berada di sisiku. Sisi kelam dan tak a...