Bosan

5 0 0
                                    

"Hidup terasa lebih bosan, mungkin kematian lebih baik."

Entah kenapa, kini semua yang kulakukan terasa sangat membosankan. Tak ada lagi yang benar-benar bisa menghibur diriku. Jikapun ada, hal tersebut tidak berlansung lama. Menjadikan hidupku kini semakin dekat dengan depresi, karena hanya dia temanku sekarang. Yang selalu menemaniku disaat aku sudah merasa bosan hingga ingin mati saja.

Apapun hal yang kulakukan, mau itu bermain game, menulis, membaca, menonton film, semuanya terasa membosankan. Memang ada beberapa game atau film yang awalnya sangat menarik, tapi itu tidak bertahan lama. Paling lama hanya hitungan hari, setelah itu, game ataupun film tersebut sudah terasa sangat membunuh dengan rasa bosan yang ditusukkannya ke badanku.

Mungkin inilah yang selalu dirasakan orang depresi, selain kehidupannya yang sudah tidak lagi berwarna, hanya hitam putih, orang depresi juga akan mudah merasa bosan dengan hal-hal yang ia lakukan. Walaupun hal yang dulunya sangat ia sukai, selalu ia lakukan, namun ketika ia sudah menjadi depresian, hal tersebut akan sangat memuakkan. Tak peduli seberapa menyenangkannya hal tersebut dulu.

Andai dibuat 1 acara yang mengumpulkan orang-orang depresi dari berbagai daerah, dan mereka dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang sama. Pastilah ruangan tersebut terasa sangat sunyi dan senyap. Jika ada suara tawa di ruangan tersebut, sudah dipastikan bahwa itu suara sandirawa yang dibuat oleh orang depresi yang sedikit lebih kuat dari yang lain.

Namun bertemu dengan sesama orang depresi masih 1000 kali lebih baik dari pada bertemu dengan orang ekstrovert, atau orang yang terlalu ceria apalagi banyak omong. Jika aku yang lagi depresi bertemu dengan orang macam ini, yang selalu saja ngomong, apalagi omongannya tak masuk akal dan tak berguna, hal itu bagiku sama saja seperti bertemu dengan zombie yang terus mengeluarkan suara mengganggu dengan keras dan mulutnya yang bau mayat. Memang, segitu mengerikannya.

Karena itu sebaiknya jika seseorang sedang mengalami depresi, seharusnya mereka mengihindar dari orang-orang, yang khusunya seperti yang kukatakan tadi. Dari pada bertemu dengan orang yang banyak mengeluarkan omong kosong dari kerongkongannya, lebih baik kau pergi ke pantai, atau bukit. Menyendiri dan mendengarkan nyanyian alam di sana. Pastilah hal itu 1000 kali lebih baik dari pada mendengarkan omong kosong orang yang bahkan tak sadar dengan siapa dia ngomong.

Ya intinya menjadi seorang depresian sepertiku memang sangat membosankan. Berpikiran mati lebih baik dari pada hidup begini sudah menjadi hal yang biasa. Apalagi jika kau seorang depresian plus orang yang hatinya dibuat patah sepatah-patahnya oleh orang yang pernah kau cintai. Itu benar-benar menjadi neraka dunia buatmu. Buatku.

Walaupun kini aku sudah terbiasa dengan rasa depresi, namun ia tak pernah terbiasa denganku. Ada saja hal baru yang digunakannya untuk membunuhku. Tak peduli sebaik apa aku bersikap padanya, namun pikirannya selalu dengki. Ia selalu mencari kesempatan untuk membuatku semakin merasa terpuruk.

Sialan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan TemankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang