Jung Jinsoul merapikan kemeja sekolah yang dipakainya, sambil mematut dirinya di depan cermin, ia memakai almamater sekolahnya. Dia menghembuskan napas, berusaha mengatur rasa gugupnya, hari ini adalah hari pertama semester awal di kelas 3 SMA, sebagai peraih peringkat tertinggi di sekolahnya dia ditunjuk sendiri oleh kepala sekolah untuk mengisi pidato singkat mewakili angkatannya. Tentu saja ini bukan pertama kalinya, tapi karena dia orang yang pemalu dan tidak begitu pandai berbicara langsung dia selalu gugup apabila disuruh untuk berbicara di depan, namun disisi lain dia juga tidak bisa menolak dan berpikir positif karena dia sudah diberi kepercayaan oleh kepala sekolah. Jinsoul yang sudah merasa siap segera mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya, dia turun kebawah untuk menikmati sarapan bersama keluarganya.
"Pagi, ayah, ibu, kak" ujarnya sambil duduk di sebelah kakak laki-lakinya, Jung Hoseok. Dia segera melahap telur mata sapi dan bacon di piringnya, ibunya memberikan ekstra bacon padanya.
"Ah ibu, ini kebanyakan" ujar Jinsoul sambil memotong baconnya
"Sudah makan saja, hari ini kamu ada pidato pembukaan untuk mewakili angkatanmu kan?"
"Jinsoul, kamu masih saja disuruh berpidato? Wau benar-benar hebat adikku ini" ujar Hoseok mengusap puncak kepala adiknya.
"Kamu pasti gugup ya? Sudah tidak apa-apa, ayah yakin kamu pasti akan lancar" ujar ayahnya sambil melihat Jinsoul yang sibuk makan sambil membaca selembar kertas berisi pidatonya.
"Iya, padahal sudah sering tapi masih saja aku tidak bisa mengontrol rasa gugupku" ujar Jinsoul
"Tidak apa-apa, gugup itu wajar saat kamu akan melakukan sesuatu yang tidak kamu kuasai tapi ibu yakin kamu pasti bisa"Selesai sarapan Jinsoul segera berangkat, halte bus tidak jauh dari rumahnya dan betapa beruntungnya dia begitu sampai di halte bus yang menuju sekolahnya berhenti, dia segera naik dan duduk di bagian samping dekat pintu supaya dia mudah keluar. Perjalanan dari rumah dan sekolahnya juga tidak terlalu jauh, sekitar 10 menit bila naik bus. Kakaknya, Hoseok yang kuliah di jurusan seni bisa saja mengantarnya ke sekolah tapi motornya sedang di perbaiki, tapi Jinsoul sudah terbiasa menggunakan angkutan umum untuk pergi-pergi. Sambil menunggu bus sampai di sekolah dia membaca lagi teks pidatonya, memastikan bahwa dia memahami apa yang harus ia katakan nantinya. Bus berhenti di salah satu pemberhentian, beberapa penumpang turun dan ada juga yang naik. Sekilas dia seperti melihat seragam sekolah yang sama dengannya dan ternyata benar, seorang perempuan yang baru saja naik duduk disebelahnya dan ternyata mereka memakai seragam yang sama. Jinsoul tidak berusaha melihat perempuan itu dan fokus pada teks pidatonya, fokusnya agak memudar saat dia mencium aroma buah berry di sebelahnya, parfum perempuan yang beseragam sama dengannya yang duduk di sebelahnya. Jinsoul menoleh sedikit berusaha tidak terlalu memperhatikan perempuan itu, dia yakin postur badannya tidak lebih tinggi dari dia, dia mengenakan airpods di telinganya sambil menatap handphonenya.
"Gawat" Jinsoul mulai salah tingkah ketika perempuan itu menyadari dia diperhatikan olehnya.
"Kau murid baru juga?" Jinsoul menoleh dan mendapati perempuan itu tersenyum padanya.
Detik itu dia tidak bisa fokus pada pidatonya maupun pada apa yang ditanyakan perempuan itu, dia fokus pada kedua mata yang baru saja menyapanya dengan ramah. Begitu dia ingin menjawab bus telah sampai di pemberhentian sekolah, tanpa menjawab apa-apa Jinsoul langsung keluar dari bus dan mempercepat langkahnya. Wajahnya memerah dan dia semakin salah tingkah apabila berjalan disamping perempuan itu karena satu, ia ketahuan mencuri pandang dan yang kedua, tingkah canggung dan kikuknya membuat dia langsung pergi begitu saja tanpa menjawab apa-apa.
"Jung Jinsoul kau ini bodoh sekali" ujarnya sambil memukulkan kertas pidatonya ke kepalanya.
"Anak yang ranking paralel satu angkatan mengatakan dirinya bodoh? Lucu sekali" Jinsoul kenal betul suara siapa itu, dia menghembuskan napasnya dan menoleh ke asal suara tersebut.
Seorang laki-laki yang seumurannya sedang tersenyum lebar padanya, Jinsoul memutar bola matanya melihat laki-laki tersebut. Jeon Jungkook, satu-satunya teman yang dekat dengannya di sekolah, dia anak yang lumayan populer di antara perempuan tapi karena orang tua mereka berteman, mereka pun ikut berteman baik.
"Aku dengar kita akan sekelas.. lagi" ujar Jungkook menyejajari langkah Jinsoul.
"Apa-apaan nadamu itu? 'lagi'.. seperti kau bosan bersama terus denganku" ujar Jinsoul
"Apa? Aku dapat kabar dari temanku, dia memotret daftar kelas dan aku menemukan ini" Jungkook memperlihatkan foto daftar kelas dihandphonenya pada Jinsoul, disitu dia bisa melihat namanya di kelas 3-3 dan benar dia melihat nama Jungkook disana.
"Paling juga kau disuruh duduk di depan lagi" ujar Jinsoul sambil membaca kembali teks pidatonya
"Seenggaknya kalau sekelas denganmu nilaiku gak akan seburuk semester lalu" Jinsoul memukul Jungkook dengan kertas pidatonya
"Kau ini.. aku mungkin membuka jasa untuk mengerjakan essay/pr anak-anak di sekolah kita.. tapi aku tidak akan memberi contekan pada siapapun tidak terkecuali kau" ujar Jinsoul yang hanya dibalas tawa kecil oleh Jungkook.
Mereka berjalan memasuki koridor sekolah dan menaiki tangga untuk menuju ke ruang kelas mereka. Jungkook seperti biasa duduk di paling belakang yang dekat jendela, Jinsoul duduk di depan Jungkook.
"Tumben.. kukira kau akan duduk didepan" ujar Jungkook heran
"Disini saja lebih nyaman" ujar Jinsoul meletakkan tasnya
"Ohh karena ada aku ya jadi nyaman?" ujar Jungkook dengan senyum jahilTiba saatnya upacara pembukaan semester baru di auditorium, semua murid berdiri dan berbaris sesuai kelas masing-masing sambil mendengarkan pidato dari kepala sekolah dan tiba saatnya bagi Jinsoul untuk tampil ke depan. Saat namanya dipanggil untuk maju kedepan dan memberikan pidato singkat, dia mengatur napasnya sambil berjalan ke atas panggung, dia membungkuk pada kepala sekolah dan para guru yang berdiri di belakangnya.
"KAU PASTI BISA JINGOLAS" sebuah suara teriakan yang memenuhi satu ruangan auditorium membuat seisi ruangan tertawa. Hal ini merupakan salah satu alasan dia selalu gugup untuk membacakam pidato setiap awal tahun. Dia melihat ke seisi ruangan yang menertawainya, bahkan Jungkook pun ikut tertawa, namun saat itu pandangannya teralih pada anak dari kelas 1 yang berdiri di barisan depan kelasnya, perempuan di bus yang ternyata adik kelasnya itu, mereka bertemu pandang, Jinsoul tampak berusaha mengalihkan pandangannya tapi anak itu tersenyum padanya seakan memberinya semangat. Jinsoul membalas senyumnya seakan hanya ada satu harapan padanya.
"JINGOLAS, JINGOLAS, JINGOLAS" Jinsoul semakin gugup ketika para murid menyorakinya, dia kira dengan masuk ke SMA ini mereka semua tidak akan tahu nama olokannya saat SMP, para pengawas segera mengondisikan suasana dan menegur anak yang memulai itu semua. Jinsoul kembali menoleh pada perempuan tadi dan dia kembali tersenyum menyemangati Jinsoul. Saat kondisi sudah tenang dan para siswa menaruh perhatian penuh padanya, dia memulai pidatonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter [LipSoul]
Romance"Kak, kau orang pertama yang menatap mataku langsung saat pertama kali bertemu" - Jungeun "Bisa tidak kalau hanya kita berdua kau panggil namaku saja tanpa 'kak'?" -Jinsoul *The author had inspiration from The Half Of It movie*