4 bulan kemudian...
Pukul 06.00
Ting...
Ting...
Ting...
(suara notif pesan yang masuk).Keluar dari kamar mandi kemudian menuju meja dimana Hp nya diletakkan.
“Apa ini.., menggangu saja” sambil melihat pesan masuk dari ulzzang dan melemparkan Hp nya keatas kasur.
“Apa aku harus menemuinya” guman moko sambil menggenakan pakaian sekolahnya.
Dibawah maru, kai dan kedua orang tuanya sedang berkumpul dimeja makan untuk sarapan pagi.
“Ibu" Panggil maru.
"Kenapa ibu terlihat marah apa ada masalah?” tanya maru yang sedang mengoleskan selai diatas roti.
Ibu nya tidak menjawab pertanyaan maru dan sibuk dengan Hp nya, maru yang melihat itu hanya menaikan satu alisnya keatas.
Maru hanya menebak pasti ibu kalas saing dengan teman perkumpulan nya yang suka memamerkan kemewahan.
Disisi lain ayah maru sedang menelepon seseorang dan terlihat sangat kesal, beberapa kali ayahnya memukul meja makan karena terlihat kesal.
“Maru..” panggil kai yang sendang mengunyah roti.
Maru yang mendengar kemudian menoleh kearah kai yang berada di sebelahnya “Kenapa?” tanya maru sambil mengigit rotinya.
“Ayah dan ibu kenapa? Apa ada masalah?” tanya kai heran takut terjadi sesuatu antara kedua orang tuanya.
“Aku juga tidak tahu” jawab maru sambil menggelengkan kepala.
Tak berapa lama kemudian moko turun kebawah dan ikut bergabung dengan yang lainnya.
“Tuan ini rotinya” kata bibi soo sambil menyerahkan roti kepada moko.
Kemudian moko mengambil roti nya dan mengoleskan selai saat melakukan itu moko mendengar helaan nafas ibunya sangat berat.
“Kenapa, apa ibu ada masalah dengan perusahaan?” tanya moko yang membuat maru dan kai terkejut.
Seumur hidup maru dan kai tidak pernah menanyakan masalah perusahaan kepada orang tuanya karena mereka pasti akan mengatakan itu bukan urusan mu.
“Hanya ada masalah sedikit saja tidak usah khawatir” jawab ibunya sambil melontarkan senyum kepada moko.
Setelah selesai menelepon “Maru..” panggil ayahnya.
“Iya, Kenapa yah?” tanya maru.
“Mulai sekarang kamu akan pulang dan pergi sekolah bersama moko” ucap ayahnya yang membuat mereka berdua terkejut.
“Kenapa?!” sontak maru bertanya karena kesal.
“Jangan ngegas, ayah hanya ingin kamu lebih rajin lagi ke sekolah” jawab ayahnya sambil melanjutkan sarapan.
Di tengah perjalanan menuju sekolah dengan suasana perjalanan yang sangat canggung.
Moko membonceng maru di belakangnya menggunakan sepedanya, mereka berdua terlihat sangat canggung terutama maru yang bingung apa harus memegang pinggang moko atau tidak.
“Huh..” helaan nafas maru.
“Stop!” sontak maru yang membuat moko berhenti menggayungkan sepedanya.
“Kenapa?” tanya moko heran .
Kemudian maru berdiri dan turun, setelah turun maru terus bertanya kepada moko kenapa dia, apa yang dilakukannya dan sebagainya, bagaikan orang yang bingung dengan yang terjadi pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Maru & Moko
Teen FictionHidup dengan seseorang yang tidak dikenal yang diangkat menjadi anak di dalam keluarganya bahkan setelah itu mereka pun harus tinggal serumah agar menghemat biaya karena perusahaan yang dipimpin keluarga maru bangkrut. Dan saat itulah maru mengetahu...