Archie Bale
(My Psychopath Boyfriend)
***Di malam hari, ibuku suka sekali memakai pakaian-pakaian model kemeja lengan panjang kebesaran, hoodie yang membuatnya tampak tenggelam, dan selusin pakaian raksasa lainnya.
Kadang-kadang dia jadi kesusahan sendiri. Seperti saat ini, dia menaikkan lengan pakaian berulang kali saat memotong buah-buahan.
Tidak heran sebenarnya, karena pakaian-pakaian itu milik ayah.
Ayahku yang seorang pembunuh dan sudah mati itu.
Yura alias ibuku tidak tampak menua sama sekali. Paling-paling hanya garis-garis halus saat ia tersenyum yang tampak. Selebihnya, dia tampak sebaya denganku. Kata teman-temanku, ibuku cantik sekali dan lebih kelihatan seperti seorang kakak.
Aku mengambil potongan-potongan apel yang segera mendapat pelototan gratis darinya. "Saladmu tak akan jadi jika kau selalu mengambil buah yang baru saja kupotong," omelnya.
"Aku lapar," kataku membela diri sendiri.
"Bersabarlah sebentar."
Aku menopang dagu dan menatap bosan pada apa saja di dapur rumahku ini. Semangkuk salad akhirnya didorong ke arahku.
"Temani aku."
Ibuku menghela napas, tetapi tidak beranjak dari duduknya. Dia duduk di seberangku, lagi-lagi menaikkan lengan pakaian dan menatapku.
Aku memang terbilang manja kalau berurusan dengannya. Beberapa temanku mengejekku anak mama. Tidak ada yang salah, aku juga tidak peduli.
"Tidak ada kencan dengan kekasihmu?"
"Aku dan Margarita tidak punya hubungan apa-apa." Aku mengelak.
"Tapi kau menciumnya sebelum dia pergi kemarin sore."
Aku membelalak. "Kau melihatnya?"
Yura memutar bola matanya. "Aku juga tahu apa yang kalian lakukan saat aku tidak ada."
Aku hanya mampu tersenyum lebar.
"Jangan jadi laki-laki berengsek, Archie."
"Seperti Ayah?"
"Seperti ayahmu." Yura membalas dingin.
"Tapi Ibu mencintainya meski dia berengsek, setiap malam kau memakai pakaiannya."
"Justru aku tidak ingin itu terulang."
"Ayah keren tahu." Aku suka sekali menggoda ibuku dengan memuji-muji ayah soal tindakannya dulu, dia akan senewen dan memarahiku. "Katanya dia ahli menggunakan pisau."
Penekananku pada kata pisau membuatnya kesal. "Tidak. Jangan jadi seperti dia."
"Tentu, aku akan memakai busur panah saja." Aku menyebut keahlianku.
"Archie!"
"Aku hanya bercanda."
Namun, ibuku tidak menangkapnya seperti yang kupikirkan. "Jangan jadi seperti dia," ulangnya.
Kali ini nadanya murung dan lemah.
Aku beranjak dari kursiku, memutari meja, dan memeluk ibuku dari samping. "Iya, aku tidak sebodoh dia."
Tentu saja aku tidak pernah bertemu langsung dengan ayahku. Yang kutahu namanya Aldrich, aku mewarisi nama keluarganya, Bale. Dia tinggi, berambut seputih salju, dan membunuh banyak orang dalam hidupnya.
Dia meninggalkan ibuku dengan cara yang tak bisa dikatakan baik. Itu tolol namanya.
Kalau sudah begini, ibuku pasti akan pergi ke kekarnya dan tidur, melupakan apa yang terjadi hari ini. Besoknya, dia akan kelihatan baik-baik saja, meski aku tahu kenyataannya adalah sebaliknya.
Memang susah kalau pasanganmu orang yang tidak waras seperti ayah.
***
Shin Yura.
Selanjutnya, mau cerita siapa?
Best regards, Bayu Permana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Krótkie Opowiadania"It might be stormy now, but it can't rain forever." * bagian dari #socialdistancing #dirumahaja dan #workfromhome. hadir sebagai teman. biar sama-sama kuat. © Bayu Permana, 2020.