RUN

153 9 3
                                    

Ada yang sedikit berbeda.

Biasanya setelah latihan, Jimin akan pulang diantar(?) Jungkook dan Taehyung. Namun hari ini hanya ada Jungkook di samping Jimin, Taehyung ijin pulang lebih dulu karena harus pergi ke rumah neneknya.

"Jim.."

"Hm"

"Koreografi yang diajarkan tadi susah tidak?"

"Lumayan."

"Menurutmu nanti kelas kita akan jadi juara tidak?"

"Entah." jawab Jimin singkat.

"Ish!! Bisa tidak sih kau jawab pertanyaan orang lain dengan kalimat?!! Jawabanmu selalu membuatkan kesal!"

Jimin menoleh sebentar untuk melihat reaksi Jungkook yang berlebihan, sedang bersujud sambil memukul-mukul tanah, setelahnya kembali berjalan menuju rumahnya.

"Bodoh." Ucap Jimin sambil tersenyum tipis.

Jungkook yang mendengarnya pun merasa tak terima kemudian berlari menyusul Jimin yang berada 10 langkah di depannya.

"Apa kau bilang?!! Aku tak bodoh tau." Jungkook bersedekap sambil menyamakan langkahnya dengan Jimin.

Keduanya tetap berjalan berdampingan tanpa ada yang berbicara. Jimin tentu saja tak akan mau susah-susah untuk bertanya ataupun sekedar basa basi dengan manusia cerewet di sampingnya ini. Sementara Jungkook masih malas untuk menanyakan sesuatu, karena pada akhirnya hanya akan diacuhkan oleh Jimin.

Jadi.. sama-sama diam adalah pilihan terbaik.

Ngomong-ngomong, Jungkok menoleh ke samping untuk menemukan bahwa Jimin mempunyai beda tinggi yang cukup siginifikan dengan dirinya. Bahkan Jungkook bisa melihat pucuk kepala Jimin dengan mudah.

Seandainya saja hubungannya dengan Jimin masih seakrab seperti dulu, sudah tentu Jungkook akan mengolok tinggi Jimin tiap hari.

Ceritanya sih mau balas dendam.

Waktu kecil dulu Jimin selalu menganggap Jungkook adiknya karena dulu Jungkook lebih pendek, padahal Jungkook lahir 1,5 bulan lebih dulu, selalu minta dipanggil Jimin Hyung, selalu bersikap seolah Jungkook adalah mahluk lemah yang perlu dilindungi pahlawan seperti Jimin.

Ya, itu dulu. Ketika mereka masih menjadi tetangga. Masih akrab. Masih saling menyayangi. Masih mempunyai rasa persaudaraan.

Tapi sekarang.. ah sudahlah. Jungkook malas memikirkannya, biarlah itu menjadi kenangan masa kecil.

Yang perlu Jungkook lakukan sekarang adalah bagaimana caranya mengembalikan hubungan baiknya dengan Jimin. Walaupun sepertinya sulit, tapi Jungkook akan tetap berusaha.

Kali aja Jimin bisa berubah menjadi seperti dulu. Jimin kecil yang manis, lembut, penyayang-

Dughh

"Aww!!" Jungkook memegangi tulang keringnya yang terasa nyeri, habis di tendang Jimin. "Apa yang kau lakukan?!"

"Memanggilmu." Jawab Jimin santai.

"Manggil tuh pakai mulut, bukan pakai kaki. Sakit tau!!"

"Sudah kulakukan, tapi kau budeg."

Tanpa merasa bersalah, Jimin melanjutkan langkahnya. Mengabaikan Jungkook yang sedang berjalan pincang di belakangnya.

"Kenapa memanggilku tadi?"

"Pulanglah."

"Kau mengusirku??"

"Iya."

"Dasar tak tau terima kasih. Sudah diantar, malah ngusir. Pakai kekerasan pula."

"Aku tak pernah memintamu mengantarku ya! Kau yang memaksa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang