Matahari sudah mulai condong ke arah barat. Aku masih betah berdiri di pinggir Sungai Han. Wajah Taehyung masih membayangiku.
Masih kuingat hari dimana aku memutuskanmu. Aku mengatakan bahwa 'aku jenuh padamu' dengan alasan 'sudah sebulan kita tidak bertemu' lalu kau mengiyakan dan mengatakan padaku 'mungkin kau butuh ruang'. Aku merasa sedih pada awalnya. Karena kau begitu mudah melepasku. Namun, seminggu kemudian ponselku berdering pada sabtu malam. Kau menghubungiku dan mengatakan 'Bae, aku merindukanmu. Aku janji akan berubah, percayalah'.
Namun, itu hanya bertahan sehari. Lusa setelah kau menghubungiku, aku melihatmu pergi dengan wanita yang berbeda pada pagi dan sore hari. Pada malam harinya aku menghubungimu dan berkata 'aku benci padamu brengsek, kita putus' tanpa menjelaskan apapun padanya. Kemudian ia mencoba menghubungiku dan mengirimiku pesan 'aku mencintaimu' yang kubaca seminggu setelah kejadian aku memutuskannya. Aku membalasnya dengan 'kita tidak akan pernah bersatu lagi' seperti yang sudah-sudah. Kemudian hampir semua temannya menghubungiku, Menanyakan hal yang sama 'apa kalian tidak akan bersatu lagi?'.
Minggu berikutnya adalah hal yang menyebalkan untukku. Aku merindukanmu. Aku hampir gila memimpikan semua perkataan dan perlakuan manismu padaku, merindukan pertengkaran kecil diantara kita. Aku berusaha mengalihkannya dengan berteriak secara emosi bahwa perkataanku benar -kita takkan pernah bersatu lagi-. Hal yang paling menyebalkan dari patah hatiku saat itu adalah ia dapat hidup tenang di kota ini dan begitu mudah melupakanku. Sial, aku benci diriku yang lemah.
Saat pertama kali mengenalmu, kupikir hubungan kita bakal abadi selamanya. Karena, sulit bagiku dulu dalam menerima cinta. Sampai kau datang dan memberikan perhatian, perkataan, dan perlakuan manis yang kukira dulu kalau itu adalah Cinta. Dahulu aku sangat menolakmu dan tidak mempercayaimu. Namun, yang kau lakukan adalah mengejarku dan berusaha meyakinkanku.
Aku sempat goyah pada awalnya. Ketika selama sebulan penuh kau terus berusaha mencoba menghubungiku dan mengirimiku pesan. Bahkan, kau tak segan-segan muncul di kolom komentar social mediaku. Kau terus mengatakan bahwa 'aku mencintaimu'. Yang ada dipikiranku saat itu adalah 'apa ia juga melakukan hal seperti ini juga kepada wanita-wanita mainannya?'.
Suatu malam, aku menghubunginya dan mengatakan padanya 'ini sungguh melelahkan kau tahu?, kita takkan pernah bersatu lagi seperti yang sudah-sudah'. Mematikan sambungan telepon kemudian mematahkan kartu simku dan memblokir semua social media Taehyung yang kulakukan setelahnya. Membulatkan tekad dengan hidup tenang tanpa memikirkan Taehyung.
Namun, nyatanya sangat sulit dan menyiksaku. Aku kosong seperti hidup dalam birunya air dan langit seperti tahu jika aku sedang merindukannya ia akan kelabu. Seperti saat ini. Ini sudah berjalan setahun dan aku benci mengatakan bahwa aku masih mencintai dan merindukannya. melupakannya seperti orang yang baru pertama kali bertemu lebih sulit lagi.
Sial, kenapa aku merasakan kehadirannya saat ini? aku dapat mencium aroma maskulinnya. mengusap pergelangan tanganku kasar, aku meneggak minumanku yang baru kubeli setelah menjauh dari Taehyung dan pasangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red
FanfictionLosing him was blue i'd never known, Missing him was dark grey all alone, Forgetting him was like trying to know somebody never met. Cause, loving him was RED