|•|•|•|•|•|•|•|•|•|
Ketika hati harus memilih cinta atau sahabat, apa yang akan kau pilih?
|•|•|•|•|•|•|•|•|•|Aku masih terduduk di atas kasur yang berseberangan langsung dengan kasur yang sedang ditiduri oleh Asila. Kini Zidan telah pergi ke kelasnya, meninggalkan aku dan Asila. Tadi setelah Zidan keluar, air mataku berhasil menerobos pelupuk mataku dan menggenangi pipiku, aku menangis selama beberapa saat. Tapi aku aku harus kuat dan tegar. Mungkin Zidan memang tak pantas untuk diriku.
"Engg... Dar, sejak kapan kamu ada di sini?" ucap Asila dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur. Dan itu mengangetkanku.
"Eh, astaga... baru kok, aku baru nyampe. Gimana keadaan kamu? Mendingan?"
"Mendingan kok, mungkin gara-gara tadi udah tidur. Oh ya Dar, tadi kamu ketemu sama Zidan gak yah?"
"Hah... emang tadi Zidan ada di sini yah?"
"Iya, tadi dia ada di sini Dar. Kamu tau gak, dia ternyata romantis banget tau Dar, masa coba tadi dia mijitin aku, terus dia nyuapin aku, abis itu di-." ucap Asila yang ku potong.
"Tunggu deh... kamu suka yah sama Zidan?"
"E-eh enggak kok Dar, aku gak suka"
"Gak apa-apa kali kalo misalkan kamu suka, bilang aja ke aku. Tenang, lagian aku udah gak suka sama dia"
"Mmm... kamu beneran udah gak suka sama dia?"
"Iya, nyantai aja kali Asila"
"Ya udah, iya aku su-suka sa-ma Zidan. Tapi kamu gak marah kan? Kamu beneran udah gak suka sama Zidan?" ucap Asila dengan nada terbata-bata, namun diakhiri dengan nada cemas. Astaga, kuatkan hati hamba-Mu ini Ya Tuhan.
"Hah... iya, gak kok, aku gak ma-rah sama kamu" ucapku dengan santai namun berusaha menutupi luka. Kamu harus kuat Dar.
Asila tersenyum manis, ia langsung turun dari kasurnya dan langsung berjalan ke arahku. Dia memelukku.
"Makasih yah Dar, tapi sayangnya kamu lebih pantas dibangding aku" ucap Asila saat dia masih memelukku.
Aku pun mendorong badan Asila menjauh, berusaha mengambil napas, sekaligus ada sesuatu yang ingin ku tanyakan.
"Maksud kamu apa? Kamu lebih pantes dibanding aku, kamu pintar, cantik, dan bertalenta. Zidan pasti lebih bahagia kalo bareng kamu" ucapku dengan nada terluka. Tak terasa air mata jatuh dari pelupuk mataku dan mulai mengaliri pipiku.
Asila mengelengkan kepalanya secara perlahan sambil ternsenyum, lalu ia menghapus air mataku menggunakan jarinya.
"Enggak Dar, kamu salah. Kamu lebih sempurna dibandingi aku dan Zidan pasti lebih bahagia bareng kamu, dibanding bareng sama aku, dan satu hal lagi..." ucap Asila dengan diakhiri dengan kalimat tak berujung.Tiba-tiba, speaker yang berada di rak box berbunyi, memainkan salah satu lagu kesukaanku. Bidadari tak bersayap milik Anji. Pintu UKS terbuka dan memunculkan orang yang aku dan Asila sayangi, yaitu Zidan. Ia menyanyikan lagu itu sambil membawa gitar. Ia bernyanyi sambil memetik gitar dan berjalan mendekati kami berdua.
"Bidadari tak bersayap datang padaku
Dikirim tuhan dalam wujud wajah kamu
Dikirim tuhan dalam wujud diri kamuSungguh tenang ku rasa saat bersamamu
Sederhana namun indah kau mencintaiku
Sederhana namu indah kau mencintaiku
Sampai habis umurku, sampai habis usiaMaukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu dihati
Kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku"
Dan pada lirik terakhir yang dinyanyikan, posisi Zidan saat ini sudah tepat berada di depan aku dan Asila. Dan ia menunjukan sebuah kertas yang berada di papan dada bertuliskan. 'I LOVE YOU.' Zidan pun melanjutkan lagunya tanpa menggunakan gitar, dan masih menunjukan kertas itu.
"Diam-diam aku memandangi wajahnya
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Tuhan ku sayang sekali wanita iniSampai habis nyawaku
Sampai habis usia
Maukah dirimu, jadi teman hidup ku
Kaulah satu di hati
Kau yang teristemewa
Maukah dirimu, hidup dengan ku
Katakan 'Yes, I do' jadi teman hidupku"
Zidan pun jongkok dan membuka lembar selanjutnya yang bertuliskan. 'Aishiteru Dara.' Astaga apa maksudnya ini semua.
Ia membuka lembar ke tiga, dan ternyata dikertas itu tertulis namaku yang dihiasi dengan gambar hati yang sangat bagus. 'Dara Aurelia.'
"Katakan 'Yes, I do' jadi teman hidupku" ucap Zidan dengan senyuman dan ia langsung mengegenggam ke dua tanganku ini.
Kini Asila sudah agak menjauh dari aku dan Zidan, dia kembali duduk di kasur yang tadi ia tiduri. Aku pun menengok ke arah Asila dan Asila hanya berkata.
"Sudah ku bilang, Zidan akan lebih bahagia jika bersama kamu Dar" ucapnya dengan senyuman.
Aku pun menangis terharu akan persembahan itu, aku tak ingin momen ini berakhir, momen langka yang sangat membahagiakan. Aku pun tersenyum dan mengangguk.
"Hah... apa maksudnya itu Dar? Aku tak mengerti. Katakan 'Yes, I do' jadi teman hidupku" ucap Zidan dengan nada bercanda namun diakhiri dengan nyanyian.
Aku memukul pelan tangan Zidan sambil berkata. "Yes, I do. Jadi teman hidupmu" ucapku dengan suara yang pelan karna malu.
"Really?" ucap Zidan seperti ragu akan jawabanku.
Aku hanya mengangguk pelan. Zidan melompat riang dan langsung ingin memelukku. Tapi...
"Eitss... tunggu dulu, jangan asal peluk-peluk aja. Inget belum muhrim..." ucap Asila dengan nada bercanda.
Aku dan Zidan pun sedikit menjauh karna hal itu. Astagfirullah aku khilaf Ya Allah, maafkanlah hamba-Mu ini.
"Thank's yah Sil, karna kamu udah bantuin aku" ucap Zidan kepada Asila.
"Iya, sama-sama" ucap Asila.
"E-eh tunggu, jadi maksudnya kamu dan Asila itu kerja sama?" ucapku dengan nada bertanya.
"Iya" Ucap Asila dengan santai.
"Tapi, bukan cuma kita berdua doang loh... Chika... adek masuk... acaranya udah selesai nih" ucap Zidan dengan sedikit berteriak. Apa Chika? Adek? Jangan bilang...
Chika, adik kelasku. Pun masuk ke dalam UKS dengan membawa serangkai bunga mawar warna ping. Ia berjalan mendekati aku dan Zidan, lalu ia menyerahkan bunga itu kepadaku sambil tersenyum dan berkata.
"Sorry yah kak... ini semua rencananya kak Zidan sama kak Asila" ucapnya dengan nada seperti merasa bersalah.
"Udah dek, jangan ganggu kakak kamu sama kak Dara yang lagi kasmaran itu, mendingan kamu duduk sini ikut nonton bareng kakak... hehehe" ucap Asila dengan diakhiri candaan. What kakak? Jadi...
"Oh ya, aku belum ngenalin adik aku yah ke kamu. Kenalin namanya itu Chika Dwi Nugraha, anak perempuan yang paling jutek dikeluarga" ucap Zidan. Kan bener...
"Aku udah kenal sama dia Zidan..." ucapku dengan sedikit beteriak.
"Hehehe... santai dong mba..." ucap Zidan.
"Lagunya masih sisa nih... nyanyi bareng-bareng yuk..." ajak Asila.
Aku, Zidan, dan Chika pun mengangguk. Dan kami berempat pun bernyanyi bersama.
"Sampai habis umurku
Sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu dihati
Kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Katakan 'Yes, I do' jadi teman hidupku
Katakan 'Yes, I do' hiduplah denganku"-Tamat-
***
Voment nya kakak UwU
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Antar Sahabat [Tamat]
Teen FictionKecewa? Ya mungkin. Tapi aku bisa apa? Kita tak akan pernah tau kemana hati ini akan berlabuh bukan? Jadi, aku tak salah disini. -Dara- ~~~ Ini hanyalah cerita romansa biasa antar sahabat yang saling menyukai satu sama lain. Cerita slice of life bia...