21. Get Well Soon, Ayra

95 17 43
                                    

selamat membaca✨

***

"Get Well soon, Ay."

Alfi menatap tidak suka pada apa yang ada di hadapannya sekarang. Sekotak bubur dan susu, serta surat bertuliskan ucapan semoga sembuh yang tidak diketahui siapa pengirimnya itu berhasil membuat Alfi cemburu.

"Gercep bener dah, perasaan yang tau cuman anak-anak aja."

"Kenapa Fi?"

Alfi menyerahkan kantong dan surat tersebut kemudian duduk bersandar pada sofa. Mukanya udah kelihatan tidak enak. Asem parah. Biasalah, cemburu butanya sedang kambuh.

"Bisa nggak lo pasang cctv di teras? Pengen tau banget gue siapa yang ngirim nih makanan. Segala pake surat apalah, alay bener anjir," dengusnya tak suka.

Radit tertawa saja ketika mendengar gerutuan Alfi. Ia menaruh bubur tersebut di meja. Bukan karena tak ingin diberikan kepada Ayra, namun perempuan itu tidak pernah mau makan bubur saat sedang sakit. Padahal bubur adalah makanan yang paling cocok ketika demam seperti ini. Namun, Ayra berbeda. Bukannya habis malah dimuntahkan nantinya. Jadi, daripada mubazir mending dimakan saja.

"Makan lah, Rara mana mau dikasi bubur."

"Iya juga ya? Kok gue bisa lupa dah," katanya senang. "Mampus nggak lo sok tau banget lagi jadi orang."

"Dih najis, tadi aja sampe mau masang cctv di depan."

"Ya gue kan pengen tau Dit, siapa yang ngasi. Lagian emang lo nggak penasaran gitu ini dari siapa? Mana tau mau ini kiriman dari anak Alatas buat nyelakain Rara."

Radit tertawa. "Banyak nonton film Indosiar sih lo, makanya tuh otak jadi ngebug. Yekali anak Alatas mainnya kayak gini, najis banget dah."

"Ya kita mana tau njir rencana orang kayak gimana. Tiba-tiba aja abis makan ini si Rara sakit perut terus kejang-kejang. Atau parahnya lagi ini isinya pelet. Serem nggak tuh?"

"Najis lah, otak lo nggak waras banget."

"Takut aja gue tuh."

Takut katanya, tapi bubur itu tetap habis dimakan. Radit hanya menghabiskan susunya saja. Lumayan pagi-pagi begini dapat kiriman sarapan dari orang baik. Kalau Radit pikir-pikir, ternyata sepupunya itu laku juga ya. Bahkan orang tersebut seniat ini hingga mengantar makanan ke rumah.

"Dah sana lo sekolah, nyantui banget dah tuh idup."

"Berisik. Semenjak jadian sama Adel lo banyak bacot najis."

"Bodo amat. Sana nggak lo?"

"Ntaran elah, belum juga turun nih bubur udah maen ngusir aja. Tidur sendirian lo nanti malem enggak gue temenin lagi."

"Najis, nggak ada yang nyuruh lo nemenin gue bangsat."

Alfi berdecih, "Halah, kalau nggak ada gue mana tau lo cara ngurus Rara sakit. Masa orang sakit disuruh bangun padahal lagi pusing. Kan bego tuh namanya."

Radit beranjak dari duduknya sebelum mendengar lebih banyak kalimat yang keluar dari mulut Alfi lagi. Masalahnya, kalau Alfi sudah bersabda bakal panjang. Bisa-bisa lelaki itu tak berangkat sekolah karena mengomelinya.

AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang