33. Antara Adel dan Radit

38 8 0
                                    

slmt malam minggu dan selamat membaca

***

"Brengsek!"

Radit diam, tak melawan ataupun menyangkal omongan sepupunya.

"Apa yang ada di otak lo saat itu, Dit, ha?" Ayra benar-benar tak habis pikir dengan Radit. Bahkan lelaki itu sama sekali tidak memberi tahu alasannya.

"Diem deh Ra, gue pusing."

"Bodo amat. Mati aja lo sana sekalian, kesel banget gue sumpah."

"Ra,"

"Apa apa?!"

Radit berdecak, "Lo nggak ngerti."

"Apa Dit yang gue nggak ngerti, apa?" tanyanya ngegas. "Lo aja bahkan nggak cerita apapun ke gue, gimana gue mau ngerti?"

"Ini nggak semudah yang lo bayangin."

"Emang gue bayangin apa?"

Radit diam, sudah malas beradu argumen dengan Ayra karena nyatanya memang dia yang salah. Melihat raut wajah Adel yang bersedih tadi, rasanya Radit ingin mengutuk diri sendiri.

"Kita semua, bahkan lo tau masa lalu Adel kayak gimana."

Ayra duduk bersandar di kursi. Membayangkan luka sahabatnya yang kembali terbuka karena ulah Radit.

"Dia rela-relain pakai baju couple kalian, karena dia percaya kalau keadaan bakal balik lagi kayak biasa. Tapi nyatanya,"

Radit menyela, "Gue ngancurin semuanya."

"Itu lo tau!"

"Dia nggak kuat, Dit, Adel itu sama aja kayak gue maupun yang lain. Sisi lemahnya juga ada."

Radit masih terdiam. Masih membiarkan Ayra melanjutkan kalimatnya.

"Kalau aja gue nggak maksa dia ikut, mungkin dia nggak bakal sakit hati kayak tadi."

Ayra menarik nafas, kemudian menghembuskannya kasar. "Gue nggak ikut campur kalau misalnya besok lo ketemu dia, semuanya udah berubah. Kalau dia jauhin lo, gue adalah orang pertama yang ngedukung aksi dia buat move on."

Setelah itu Ayra masuk ke kamar. Kali ini Radit harus benar-benar berpikir tentang apa yang sudah ia lakukan dan konsekuensi apa yang seharusnya ia terima nantinya. Biarkan laki-laki itu belajar dari kesalahan.

Ayra tidak tahu permasalahan mereka apa. Sebelumnya mereka baik-baik saja, bahkan di grup masih bahas soal baju seragam untuk pergi ke nikahan Aldi. Tapi, seperkian detik kemudian, semuanya berantakan.

Radit yang melihat kepergian Ayra hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Jika perkataan Ayra tadi benar terjadi dan Adel serius untuk menjauhinya, entah apa yang harus Radit lakukan.

Semuanya jadi rumit.

Masuknya ia dan Thala tadi sore bukanlah hal yang direncanakan. Perempuan itu malu karena datang telat dibanding teman-temannya. Karena bertemu Radit, yang notabennya keluarga yang punya acara, alhasil Thala meminta tolong untuk mengantarnya ke Anta. Awalnya lelaki itu menolak karena Thala tahu bagaiman hubungannya dengan anak Alatas, karena paksaan yang membuat Radit jengah, mau tidak mau lelaki itu harus menuruti biar tidak ribet.

Saat masuk juga, ia tidak melihat keberadaan sahabat-sahabatnya. Jadi dia pikir mereka belum datang. Namun saat tak sengaja menoleh, ia mendapati tatapan penuh dendam dari sahabatnya, dan tatapan kekecewaan dari Adel.

Radit punya alasan tersendiri kenapa ia memilih untuk mengakhiri hubungan ini. Dan sialnya, kejadian tadi malah memperkuat keyakinan bahwa hubungan mereka memang benar-benar selesai.

AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang