4|Martabak telur

869 405 153
                                    

Satu tahun berteman dengan Agam di SMA, dan tiga tahun sebelumnya saat di SMP, membuat Rahel sangat mengenal Agam. Makanan kesukaan Agam, jenis baju yang sering digunakan Agam, keluarga berantakan Agam, hingga perasaan Agam kepadanyapun ia tau.

Agam yang selalu bersungguh-sungguh dengan setiap kata yang terucap dari mulutnya, hingga terkadang membuat Rahel merasa bersalah. Tiga tahun lalu, saat berada di kelas 2 SMP, tepat satu tahun sudah Agam mengenal Rahel, Agam menyatakan perasaannya. Agam bilang pada Rahel, bahwa ia sangat mencintai Rahel, ia ingin Rahel menjadi kekasihnya.

Tapi mana mungkin bisa? Rahel tidak bisa berpacaran, apalagi dengan temannya sendiri. Dan juga karena Bagaskara. Rahel sudah lebih dulu jatuh cinta kepada Bagas, sebelum ia bertemu dengan Agam. Rahel sudah jatuh cinta dengan Bagas yang telah berjasa kepadanya, yang turut menyelamatkan kehidupannya saat itu. Yang selalu membuat hatinya bergetar saat berada didekatnya.

Tapi ternyata Agam tidak pernah berubah. Agam tetap menjadi Agam, teman baik Rahel. Agam yang selalu memberikan segala yang dimilikinya untuk Rahel. Malam ini, Agam datang, dengan sebuah kantung plastik berisi tiga kardus martabak telur kesukaan Rahel. Padahal sudah larut, tapi Agam teringat Rahel saat sedang melewati penjual martabak ini. 

"Waahh, banyak banget gila, gue ambil piring sama saos dulu, ayo masuk." Rahel menenteng kantung plastik itu dengan sangat bersemangat. "Gue duduk sini aja, Hel. Mau nonton TV." Agam memilih duduk di ruang keluarga Rahel. "Mau minum apa?"

"Es milo aja, ada?" ia memastikan dulu.

"Ya, ada-lah, semua jenis makanan sama minuman kesukaan lo ada di sini, tunggu, ya." Rahel berjalan ke dapur. Menyiapkan es milo favorit Agam, juga untuk dirinya sendiri. Benar, Rahel tidak bohong kepada Agam. Karena memang selera makanan mereka berdua hampir sama. Jadi makanan dan minuman kesukaan Rahel yang ada di sini sebagian besar juga disukai oleh Agam.

Agam masih memindah-mindah channel, sedang mencari tayangan yang ingin ia lihat. "Kak Raheelll, Assalamualai-kum." Tiba-tiba Cinta masuk ke dalam rumah Rahel dan terkejut melihat kakak kelasnya ada di situ. "Eh, kok Kak Agam ada di sini?" 

"Loh, kok ada Cinta, udah larut ngapain ke sini?" Rahel yang baru keluar dari dapur terkejut melihat Cinta. Lagipula, ia hanya membuat es milo dua gelas saja. Ia jadi tidak enak saat melihat ada Cinta di sana. "Kok Kak Agam ada di sini?" Tanya Cinta heran, wajar, ia belum pernah melihat Agam di sini sebelumnya. 

"Yaelah, gue udah sering lagi ke sini." Jawab Agam sekenanya. "Kok gak pernah ketemu?"

"Ya soalnya gue kalo ke sini pas Rahel lagi gak sama lo." Rahel ikut mengangguk untuk menyetujui pernyataan Agam. Karena memang benar, Agam selalu ke sini saat Cinta sedang belajar di rumahnya, saat sore atau malam hari biasanya. 

"Sini, Ta. Lo doyan martabak kagak? Enak banget ini, langganan gue sama Rahel." Agam menawari Cinta yang masih berdiri di sana. Sementara itu, Rahel sudah larut dalam buaian martabak terenak sedunia ini. Cinta beranjak ingin ikut memakan martabak itu, namun ia teringat sesuatu, "Kak, Hel, lo punya ini gak, bolpoin penerbangan, bolpoin yang bisa nerbangin pesawat." 

"Hah?" Bolpoin penerbangan? Bolpoin apa coba. Mana ada bolpoin yang bisa nerbangin pesawat? 

"Itu istilah kali, Hel. Buat MOS, yakan?" Cinta mengangguk. "Iya bener, bolpoin yang merknya pilot kata temen gue, ada gak kak?"  

"Merk apaan tuh? Gak punya gue, Ta." Jawaban Rahel membuat Cinta cemas. Besok Cinta harus membawa bolpoin ini untuk MOS, dan buruknya, ia baru ingat selarut ini. "Yah, gimana dong gue, kalo gak bawa dihukum."

Rahel ikut berpikir, "Temen lo gak ada yang punya lebih?" Cinta menggeleng. Ia baru mengenal beberapa teman saja, dan mereka hanya punya satu untuk mereka sendiri. "Yaudah beli aja." Agam memberi usulan. Tapi segera disanggah Rahel, "Jam sebelas malem ini, Gam, toko mana yang masih buka?" 

"Ya dicek dulu satu-satu, gue beliin aja." Agam memutuskan sepihak. Ia memakai kembali hoodie putihnya. Ia tau jika Rahel tidak bisa melihat Cinta dihukum karena sebuah bolpoin. "Yaudah gue ikut." Rahel segera memakai jaket yang tadi ia letakkan di atas meja. 

"Yah jadi ngrepotin. Trus gue gak ikut gitu? Kan gue yang butuh." Cinta merasa bersalah karena sudah merepotkan dua orang yang baik hati ini. "Udah lo pulang aja, Ta. Serahin semuanya sama pangeran Agam." Berkat perkataan itu, Agam sukses mendapat pukulan kecil dari Rahel.

"Eh nggak deh, meskipun lo lebih cantik, Ta, gue tetep setia sama Rahel, sorry ya, hehehe." Agam tertawa tanpa dosa. 

"Setia banget lo kayak anjing."

"Asalkan majikannya itu lo, jadi anjingpun gue mau, Hel."

"Hahahaa, sorry, Gam. Sayangnya gue islam, gak pelihara anjing."

"Yah, anjing."

°°°

Beberapa menit kemudian. Bagaskara baru saja pulang ke rumahnya. Darimana lagi jika bukan balapan. Kegiatan Bagaskara hanya itu-itu saja. Sekolah, nongkrong di warung dekat sekolah, pulang dan main game selama mungkin, ke rumah temannya, sparing futsal, dan juga balapan. Jarang sekali ia belajar, tapi yang namanya pintar, dijelaskan di sekolah sekali saja ya sudah paham, tidak perlu belajar lagi.

Bagas merasa perutnya bergetar, ia lapar. Tetapi ayah bunda sudah tidur. Iapun pergi ke kamar Cinta, untuk menawarinya delivery makanan.  Tetapi Cinta tidak ada di kamar. Ke mana dia? Sudah selarut ini Cinta tidak ada di kamar. Bagas sangat cemas. Ia mengecek seluruh ruangan di rumahnya, tetapi nihil.

Bagaspun menelpon Cinta, siapa tau Cinta pergi dengan membawa ponsel miliknya. Dan ternyata, diangkat.

"Halo, Ta. Lo di mana?" 

"Di rumah Kak Rahel, Bang." 

"Ngapain? Udah jam sebelas bego."

"Makan martabak."

"Lah, lo beli martabak kok gak tawarin gue, sih. Cepetan pulang."

"Gak beli, martabaknya dari Kak Agam."

"Agam masih di situ?"

"Lagi keluar sama Kak Rahel, beliin gue bolpoin."

"Kok lo gak minta gue aja yang beliin?" 

"Ya salah sendiri gak ada di rumah tadi. Udah gue tutup." 

Cinta menutup telponnya sepihak, membuat Bagas menggertakkan giginya. Semakin ke sini ia semakin menyadari sesuatu. Kenapa cowok bernama Agam itu selalu mencampuri urusan orang-orang yang berada di sekitarnya? Hingga ia yang begitu sempurna, seringkali diabaikan dan dianggap tidak berguna.



💚💚💚

always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang