Tittle: Betcha
Author: CattleyaLian
Genre: Dark romance, comedy, fluff, comfort, thriller, action, dll.
Cast: Singto Prachaya Ruangroj, Krist Perawat Sangpotirat, Mike Chinarat, Arm Weerayut, Tee Darvid, Kang Vorakorn, Mek Jirakit, dll.
Rated: M/mature [adegan kekerasan dan kata-kata kasar]
Disclaimer: KristSingto [peraya] milik mereka sendiri sementara alur cerita ini sepenuhnya milik saya.
Warning! Au, occ, Boyslove.Summary:
Singto merasa hidupnya pada setiap detik dalam ambang bahaya, semua ini berawal dari saat itu, kejadian menakutkan yang membuat hidupnya berantakan. Ia merasa tertekan, ingin lari dari kenyataan ini, hanya saja percuma, segalanya sudah berjalan di luar keinginannya. Namun, hal itu justru mempertemukannya dengan sosok manis yang perlahan tetapi pasti merenggut seluruh fokusnya, ia menginginkan Krist di tengah kondisi mereka yang tak memungkinkan untuk berpikir tentang sebuah cinta.
Apakah seorang Singto Prachaya--seorang pria biasa itu bisa merebut hati Krist perawat? Sosok pria misterius yang berdekatan dengannya hanya karena satu misi tertentu?
Prolog:
Ruang luas di angkasa yang kini membentang sejauh cakrawala, menampilkan cahaya keunguan, sewaktu matahari terbenam pada langit sebelah barat, mengekspose lembayung senja yang cukup indah untuk berpasang-pasangan mata yang memandangnya. Hal itu menemani sesosok pria yang tengah sibuk menatap jam yang terpasang manis pada pergelangan tangannya. Kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang indah.
Singto--nama pria itu--melangkahkan kakinya menelusuri tepian hutan dibelakang penginapan yang dirinya sewa untuk beberapa hari kedepan. Chiang Mai memang sangat indah dan menyejukkan matanya, tak salah ia memutuskan untuk pergi liburan ke tempat ini, mencoba mencari beberapa objek yang bisa dirinya abadikan dengan lensa kameranya. Bukan tidak ada alasan ia pergi ke tempat ini, ada beberapa hal tertentu yang menurutnya layak dicoba nanti.
Pandangan matanya menangkap jalan setapak kecil yang menuju ke dalam hutan, tak terhalang apapun, hanya ditutupi dengan papan kecil bertuliskan larangan untuk pergi ke sana dan dengan baik hati Singto melakukannya, akan tetapi tiba-tiba saja suara teriakan seseorang tertangkap oleh pendengarannya. Singto menajamkan pendengarannya begitu menyadari suara tadi berasal dari dalam hutan.
Awalnya ia ingin mengabaikannya saja, mencoba untuk kembali ke dalam penginapan, hanya saja rasa ingin tahu lebih mendominasi pikirannya, hingga akhirnya Singto menerobos masuk dalam semak-semak itu, bersikap seolah ia tak pernah takut pada apapun, meskipun nyatanya dalam hati ia terus merapalkan doa untuk menyelamatkan jiwanya.
Semakin lama sosok itu makin masuk ke dalam hutan belantara, ia bisa melihat tanda-tandanya yaitu ukuran pohon yang bahkan lebih besar dari 3 pohon ketika disatukan, akar yang mencuat pada permukaan tanah itu mungkin menjadi saksi berapa lama mereka tumbuh di tempat seperti ini, lumut-lumut hijau yang menempel pada batang pohon tersebut pun mengambil fokus Singto, jemarinya ingin menyentuh permukaan tumbuhan berbatang keras dan besar itu, akan tetapi lagi-lagi suara seseorang mengambil alih fokusnya, ia kembali berjalan mengikuti instingnya, hanya saja karena tanah pada pinggiran tempat itu lembab membuatnya tergelincir dan jatuh begitu saja. Tubuhnya berguling-guling pada tanah, beberapa dedaunan liar serta kering itu menempel pada badannya tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Singto memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, bayangkan saja ia jatuh berguling tidak jelas, membuat tubuhnya terkapar tak berdaya pada permukaan tanah sembari mencoba untuk menormalkan detak jantung serta perasaannya. Bukan hanya tubuhnya yang sakit akan tetapi pikirannya juga kini. Dengan lemah ia mencoba untuk bangkit dan berjalan tertatih untuk mencari jalan keluar, hanya saja tak menemukannya.
Decakan kesal keluar dari sudut bibirnya, sebelum berusaha untuk menghubungi orang lain, meminta bantuan kepada siapa saja yang bisa menolongnya, hanya saja usahanya berakhir dengan gagal, karena tak ada sinyal sama sekali pada tempat ini.
Singto mengumpat dengan kesal, tetapi ketika dari kejauhan ia melihat beberapa sosok pria yang tadi siang kebetulan satu rombongan tour dengannya senyuman pria tersebut berubah menjadi sumringah, walaupun jujur saja Singto tak mengenal para pria itu, ia hanya menyapa mereka dengan ramah. Namun, yang dirinya dapatkan hanya tatapan kesal seolah dirinya ini pengganggu.
Secepat yang Singto bisa, ia mengikuti mereka sampai akhirnya para pria tersebut memasuki sebuah rumah tua, Singto pun mencoba untuk memasukinya hanya saja pintunya sudah ditutup dari dalam, ia mencoba untuk mengetuk tempat itu, akan tetapi tak ada respon, hingga akhirnya ia mencari cara untuk masuk ke dalam dengan tidak menyerah. Segala usahanya berubah menjadi manis sewaktu ia bisa membuka satu jendela rumah tua itu. Namun, ada sesuatu hal yang aneh sewaktu ia berhasil masuk ke dalam sana. Kini ada beberapa pria tengah duduk pada dua sofa yang berjauhan, kedua kubu mengenakan pakaian hitam formal Singto melihatnya dengan jelas kini tidak seperti tadi, tak lupa ada dua koper hitam tergeletak di atas meja begitu saja tepat pada tengah-tengah mereka.
Para sosok itu menatapnya tajam seolah ingin membunuhnya hanya dengan menatapnya saja. Sungguh dalam hidupnya baru kali ini Singto merasa takut. Ia sangat takut sampai tak mampu melakukan apapun.
Akankah ia masih bisa menghirup udara esok hari? Untuk kali ini Singto tak tahu, ia harap jawabannya iya, walaupun jujur saja pria berkulit tan tersebut tahu nyawanya kini tengah terancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betcha [ Krist x Singto ]
FanfictionSingto--seorang pria biasa yang memandang hidup ini tak bermakna akan tetapi tiba-tiba saja sesuatu hal tak terduga terjadi padanya, membuatnya melewati banyak hal aneh yang tidak pernah sama sekali ia pikirkan sebelumnya dan juga mempertemukannya d...