[ 9 ]: Anxious

410 55 3
                                    

Cemas. Suasana pada lorong rumah sakit itu terlihat tegang, Singto hanya mengetuk-ngetukkan jemarinya ke pinggiran kursi sembari menatap ke arah satu arah, sementara tepat di sampingnya ada seseorang yang menampilkan wajah yang sama.

"Berhenti memasang wajah mengerikan seperti itu, mereka akan baik-baik saja."

Singto memutar tubuhnya ke arah Krist, menatap lengan pria itu yang terluka, "Bagaimana denganmu?"

"Aku masih hidup."

"Bukan itu."

"Lalu apa?"

"Entah."

"Aku hanya mendapatkan luka ringan."

"Itu tidak ringan bagiku dan juga yang lain."

"Berhenti berpikir buruk, pikirkan yang baik-baik saja, jangan biarkan pikiranmu burukmu itu menguasai keadaan, segalanya akan baik untuk kita."

"Aku yang tidak hati-hati kali ini."

Salah satu jari Krist terarah pada permukaan bibir Singto, berniat untuk membungkam pria itu, ia terlalu lelah untuk mendengarkan rentetan kesalahan yang di klaim oleh pria itu. Bagaimana pun segalanya sudah terjadi dan tidak akan pernah bisa di ulang kembali, jadi percuma saja menyalakan Singto, lagipula mereka memang kurang tanggap untuk menghadapi segalanya dari awal, jadi ini salah siapa? Kesalahannya terletak pada mereka semua karena tidak hati-hati.

"Sudah. Aku lelah dari tadi mendengarkan ucapanmu."

"Aku mau istirahat? Tadi kau menolak untuk rawat inap di sini."

"Aku baik-baik saja, tidak perlu berlebihan."

"Ingin kembali? Aku akan mencarikan hotel untukmu beristirahat."

"Lalu mereka, kau mau kita meninggalkan mereka?"

Singto menatap ke arah ruang rawat yang berada di depannya dengan embusan napas beratnya, tangan pria itu dengan hati-hati meraih kepala Krist dan menyandarkannya pada bahunya sendiri, sembari menepuknya ringan.

"Tidur saja, aku akan menjagamu."

"Kau yakin bisa menjagaku?"

"Sekarang kemungkinan itu kecil, tapi bukan berarti suatu saat nanti aku tidak bisa melakukannya."

Kedua sudut bibir Krist tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman begitu mendengarnya, kali ini ia hanya diam dan tidak menyahuti apa yang Singto katakan padanya, ia mencoba memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya bersandar pada seseorang yang biasanya membuat amarahnya muncul, seseorang yang selalu saja bisa menguji kesabarannya. Sementara pria di sampingnya hanya bisa diam, ia menepuk bahu kanan dengan pelan bahkan hampir tak tersentuh tak mau pria itu merasa sakit atau lainnya, sembari terus menunggu kedua orang yang masih dalam perawatan itu untuk sadar, semoga saja segalanya seperti yang Singto harapkan.

 Sementara pria di sampingnya hanya bisa diam, ia menepuk bahu kanan dengan pelan bahkan hampir tak tersentuh tak mau pria itu merasa sakit atau lainnya, sembari terus menunggu kedua orang yang masih dalam perawatan itu untuk sadar, semoga saja se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Betcha [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang