BBTB #04

1K 57 5
                                    

Hari ini merupakan jadwal Mochi untuk mengantarkan kue di warung-warung terdekat di daerah rumah nya. Bunda Mochi selain bekerja sebagai ibu rumah tangga, Bunda Mochi juga membuat kue yang di letakkan di warung-warung. Padahal, Ayah Mochi sudah berulang kali mengatakan untuk tidak lagi berjualan, karena Ayah Mochi yang bekerja saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Semburat orange mulai menampakkan diri nya, sementara Mochi masih mengutip hasil penjualan sembari mengantar kue dengan berjalan kaki.

"Huh, semangat Mochi kamu pasti kuat," gumam Mochi menyemangati diri nya sendiri sembari membawa kotak kue jualan Bunda nya.

Mochi melewati jalan yang sepi, bulu kuduk Mochi merinding ketika melewati pemakaman yang sepi. Padahal, hari masih sedikit terang. Namun, Mochi sangat ketakutan.

Srek srek

Bunyi suara dari semak-semak belukar di samping nya membuat Mochi berjingkrak kaget. Mochi sangat penasaran. Hingga, segerombolan geng motor mendekat dengan suara motor yang di gas kuat. Mochi semakin ketakutan. Mochi lari ke arah semak-semak belukar bersembunyi.

"Ga-gavin," ucap Mochi terbata-bata.

Gavin yang melihat Mochi, membekap mulut Mochi agar diam. Segerombolan geng motor itu, sudah sampai di jalan yang di lalui Mochi.

"Brengsek ! awas aja lo Gavin. Sampai gue ketemu sama lo, habis lo !" umpat salah satu anggota geng motor yang seperti nya, ketua dari geng motor itu.

Geng motor itu pergi begitu saja, membuat Gavin bernapas lega.

"Ga-gavin, kenapa kamu sembunyi disini ?" tanya Mochi takut-takut.

"Nggak usah sok nanya deh lo !" ketus Gavin keluar dari tempat persembunyian nya.

"Eh, Gavin tunggu!" panggil Mochi.

Gavin terus berjalan menuju arah motor nya berada yang Gavin sembunyikan di antara semak-semak belukar tidak jauh dari nya.

"Lo ngapain ikutin gue !" ketus Gavin ketika melihat Mochi mengikuti langkah kaki nya.

"I-ini, sapu tangan Ga-Gavin jatuh," balas Mochi terbata-bata sembari memberikan kepada Gavin.

"Buang aja !" ketus Gavin lagi sembari menaiki motor ninja double R nya.

"Tapi,—"

Gavin sudah berlalu pergi dengan melajukan motor nya kencang. Mochi menghela napas. Mochi merasa senang hari ini bisa dekat dengan Gavin. Apalagi, diri nya mendapat sapu tangan Gavin. Mochi segera pulang sebelum geng motor tadi kembali.

Gavin melajukan motor nya ke basecamp'The Bad Boy'. Basecamp milik nya bersama si kembar Geo dan Leo.

"Bangsat ! kalian berdua ninggalin gue !" maki Gavin.

"Ma-maaf Gav. Kita bukan ninggalin lo. Tapi,—"

"Nggak usah bacot lo berdua ! kalian mau alasan apa lagi ?!"

Geo dan Leo menunduk dalam diam nya.

"Kalian tahu kan ? Nicho nggak pernah main-main dengan ucapan nya ! lagian, kenapa kalian bisa kalah balapan sama kacung nya ?!"

"Maksud lo apa Gav ?! kita udah berusaha semaksimal mungkin ! lo kali, yang nggak becus," sahut Geo yang mulai emosi.

"Udah. Kalian jangan bertengkar. Anggap aja ini kekalahan kita yang pertama dan terakhir. Gue nggak mau, karena Nicho kita bertengkar," lerai Leo.

"Sekarang, kalau udah kayak gini rencana kita apa ?" tanya Geo.

"Seperti perjanjian kita diawal, kalau gue akan memberi Nicho sejumlah uang dan menyerahkan pacar gue sama Nicho."

"Apa ?! lo gila Gav ?!" seru Leo protes.

"Gila apa Leo ? gue biasa aja. Lagian, itu masalah gampang !"

"Itu kan menurut lo ! Nicho itu bajingan ! lebih bajingan dari pada kita ! lo tahu itu kan ?!"

Leo menyanggah perkataan Gavin yang seenak nya.

"Itu urusan gue ! kalian tinggal terima bersih aja," sahut Gavin santai.

"Lo mau serahin pacar lo yang mana Gav ? secara, Nicho itu nggak mau bekas," timpal Geo.

"Kita lihat aja nanti," balas Gavin tersenyum miring.

Geo dan Leo berpandangan dan mengangkat bahu nya acuh.

*****

"Assalammualaikum," ucap Mochi ketika sampai di rumah nya.

"Waalaikumsalam," balas Rita.

"Bunda, jualan kita laris alhamdulillah," kata Mochi girang dengan menunjukkan kotak kue nya yang kosong.

"Alhamdulillah kalau begitu sayang," balas Rita tersenyum.

"Bun, ayah mana ? kok belum pulang ?" tanya Mochi tidak melihat tanda-tanda keberadaan Ayah nya.

"Bunda nggak tahu sayang. Tadi Bunda telfon ayah, tapi nggak di angkat. Bunda khawatir," ujar Rita dengan cemas.

"Bunda, kita berdoa ya semoga ayah baik-baik aja," balas Mochi menenangkan.

Rita mengangguk. Tak lama, ayah Mochi pun baru sampai di rumah.

"Assalamualaikum," ucap Haris memasuki rumah nya dengan tidak semangat.

"Waalaikumsalam," balas Rita dan Mochi bersamaan.

Rita dan Mochi bergantian menyalami tangan Haris.

"Ayah, kenapa baru pulang ? Bunda khawatir."

"Maaf Bun, Ayah tadi ada sedikit masalah. Jadi, Ayah nggak bisa pegang ponsel," balas Haris mendudukkan diri nya di sofa yang sudah usang.

"Masalah apa Ayah ?" tanya Mochi penasaran.

"Salah satu rekan kerja Ayah, tidak menyukai Ayah. Jadi, karena dia bos Ayah menurunkan jabatan Ayah jadi office boy," jawab Haris.

"Lho, kenapa bisa begitu Ayah ? kan, Ayah tidak salah apa-apa," sahut Mochi tidak terima.

"Ayah tidak punya bukti yang cukup kuat Mochi. Cctv kantor sudah ada yang retas dan di hapus. Ayah di tuduh korupsi," balas Haris denga menghembuskan napas nya.

"Baru saja, kita menyambut suka cita ketika Ayah di angkat menjadi manager keuangan, sekarang jabatan Ayah diturunkan," timpal Rita dengan gurat wajah sedih.

"Bunda ... apapun jabatan Ayah di kantor, setidak nya Ayah punya pekerjaan untuk menghidupi kalian berdua. Maafkan Ayah ...," lirih Haris sendu.

Mochi yang merasakan kesedihan Ayah dan Bunda nya berusaha memberi semangat.

"Ayah, Bunda ... jangan sedih. Ini semua ujian dari Allah swt untuk kita. Sanggupkah, kita melewati nya atau tidak. Kita harus selalu bersyukur apapun keadaan nya," tutur Mochi dengan bijak.

Haris dan Rita tersenyum.

"Makasih ya sayang, kamu memang anak Ayah yang paling bijak," puji Haris.

"Mochi janji. Suatu saat nanti, Mochi akan membuat Ayah dan Bunda bangga dengan hasil kerja keras Ayah dan Bunda yang udah susah payah membiayai sekolah Mochi," sahut nya semangat.

"Semoga, keinginan dan cita-cita kamu terwujud ya sayang ," timpal Rita.

"Aamiin ...."

"Nggak terasa, sekarang kamu sudah kelas XII Mochi. Ayah berharap, kamu lulu dengan nilai terbaik nanti," ujar Haris.

"Aamiin Ayah ....," balas Mochi mengamini doa Haris.

"Iya. Padahal dulu Mochi baru masuk sekolah kelas X," tukas Rita.

"Waktu itu nggak terasa Ayah, Bunda. Karena waktu terus berjalan." Seiring berjalan nya waktu, perasaan ini masih sama. Mengagumi seseorang yang tidak pernah bisa aku gapai.

"Iya sayang. Putri kecil Ayah sudah mulai bijak sekarang," ucap Haris mengacak-acak rambut Mochi.

"Bunda ...," rengek Mochi manja.

Rita hanya tersenyum melihat suami dan anak nya yang bersenda gurau seperti ini. Rita berharap, ujian ini akan segera berakhir dan tidak akan ada lagi ujian yang menimpa keluarga kecil nya.

Badboy & The Beast (PINDAH MangaToon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang