Dira sudah bersiap dengan kemeja putih lengan pendek beserta rok hitam selutut miliknya. Ia meraih sebuah ransel abu-abu yang digantung di belakang pintu kamarnya. Segera keluar kamar dan menuruni satu persatu anak tangga dihadapannya.
Bercermin? Tidak. Dira tidak suka bercermin. Bahkan di kamarnya pun Dira tidak mempunyai cermin yang biasanya terdapat pada kamar-kamar gadis seumurannya. Untuk masalah kerapihan penampilannya, Dira akan bertanya pada Aran tentang hal itu. Dan nanti, Aran yang akan memberitahu Dira apa saja yang masih kurang rapih darinya. Aran bahkan akan membantu Dira jikalau penampilannya ada yang tidak sesuai, seperti rambutnya yang sedikit berantakan, kerah kemejanya yang belum rapih, roknya yang ketinggian, dan lain sebagainya. Aran pun mengerti akan penyebab mengapa Dira seperti itu. Rasa tidak percaya diri yang berlebih-lebihan pada gadis itu membuat Dira tidak ingin melihat dirinya sendiri, bahkan di cermin sekalipun.
"Sudah siap?" Tanya Aran.
"Yeah, I'm ready.... GOOOO!!!" jawab Dira dengan penuh bersemangat. Dan lagi-lagi hal itu dapat membentuk sebuah lengkungan pada bibir Aran. Dira memang selalu dapat melukiskan seutas senyuman di wajah Aran.
...................................
Aran dan Dira memang berteman sejak kecil. Sejak ibunya Dira memutuskan untuk pindah ke Amerika, satu-satunya teman yang Dira punya hanyalah Aran. Aran adalah tetangganya yang penuh perhatian dan kesabaran dalam menghadapi sikapnya itu. Dira beruntung memiliki sahabat seperti Aran yang selalu ada untuknya. Bersama dengan Aran adalah keteduhan tersendiri bagi Dira. Aran selalu bisa membuat Dira merasa nyaman didekatnya karena Aran tak pernah menuntut Dira untuk menjadi lebih dari apa yang Dira bisa, Aran selalu memaklumi kekurangan Dira, menerima Dira apaadanya disaat seluruh dunia menghujaninya dengan hujatan yang kejam. Jika Ibunya Dira adalah tempat berlindung bagi Dira. Maka Aran adalah tempat ternyaman untuk Dira meneduhkan perasaan dan pikirannya yang sering kali terombang-ambing karena penilaian negatif dari orang lain terhadapnya.
Bagi Dira, Aran adalah sosok lelaki yang bijaksana dan baik hati. Tak hanya itu, dimata Dira, Aran adalah sosok lelaki tangguh dan berpendidikan yang sangat amat lembut terhadapnya. Dira beruntung mempunyai sahabat seperti Aran yang selalu ada untuknya. Aran tak pernah kasar kepada Dira. Bahkan, bagi Dira, Aran adalah satu-satunya laki-laki yang memperlakukan Dira seperti seorang ratu. Dira sangat menyayangi sahabatnya itu. Dira tak pernah mau untuk kehilangan Aran. Tidak. Bahkan di mimpinya pun Dira tak pernah mau membayangkannya.
Walaupun umur mereka sebaya, namun saat duduk di bangku sekolah menengah atas Aran mendapatkan jalur tempuh pendidikan yang dipercepat atau biasa yang dikenal dengan akselerasi. Aran memang terkenal sebagai murid yang pandai dan terkenal ketampanannya, namun dia juga dikenal sebagai pria yang dingin terhadap wanita, kecuali seorang wanita yang selama ini ada disisinya; Dira.
Aran dan Dira tidak pernah satu sekolah sejak kecil. Mereka bersekolah ditempat yang berbeda. Aran bersekolah di Sekolah Menengah Atas Harapan, sedangkan Dira bersekolah di Sekolah Menengah Atas Lentera.
Semenjak lulus, Aran tak pernah absen untuk menjemput dan mengantar Dira ke sekolah. Selama Dira bersekolah, Aran disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan kantor dari perusahaan milik ayahnya. Aran adalah penerus tunggal perusahaan ayahnya dan kini ia mempunyai tanggungjawab penuh atas berjalannya roda perusahaan yang kini sedang dipimpinnya.
Ditengah sibuknya berkutat dengan setumpuk dokumen di meja kerjanya, sejenak Aran mengehela napas. Aran memilih untuk rehat sejenak sebelum kembali memeriksa puluhan dokumen-dokumen penting lainnya.
Ia menoleh kearah pojok atas meja kerjanya. Terdapat sebuah bingkai yang membalut sebuah foto didalamnya. Fotonya bersama Dira saat mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama terpampang disana. Dira menggunakan rok abu-abu sementara Aran mengenakan celana hitam. Keduanya memakai kemeja putih lengan panjang. Walaupun seragam mereka selalu berbeda karena mereka tak pernah satu sekolah, Aran dan Dira tak pernah lupa untuk saling menyemangati satu sama lain agar selalu semangat dalam menimba ilmu. Terutama Aran yang tak pernah bosan memberikan dukungan kepada Dira supaya gadis itu tetap fokus pada tujuannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain mengingat dari dulu Dira merupakan korban bullying disekolah, pasti sulit untuk Dira menyesuaikan dirinya untuk berbaur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Theirs Beast, My Princess
Aktuelle Literatur"Semua wanita itu cantik, Dira." aku berusaha meyakinkan Dira yang kepercayaan dirinya sebagai wanita kini mulai menciut (lagi). "Mungkin kau benar, Ran, tapi tidak denganku. Aku berbeda. Mereka menghujatku karena aku tidak cantik seperti mereka, h...