1- Dijodohkan

507 16 3
                                    

Kita adalah takdir yang seharusnya tidak bertemu.

[ Be With You ]

"What! Bunda masih waras kan?"

"Masih dong, Sayang," jawab Laras yang tidak lain tidak bukan adalah Ibunda dari Kania.

"No, Bunda! kalo Bunda masih waras nggak mungkin Bunda ngomong kayak tadi." Kania membalikan badannya membelakangi tubuh sang Bunda.

Rasanya kesal sekali mendengar Bundanya mengatakan hal yang sama sekali tidak bisa Kania cerna di dalam otaknya.

"Emangnya yang tadi Bunda omongin kenapa, Cantik?"

"Semuanya gak masuk akal Bunda. Bisa-bisanya yah Ayah dan Bunda berpikiran begitu."

"Kalo Kania nggak mau gimana? apa Ayah sama Bunda akan tetap maksa Kania?" tanya Kania yang berharap bahwa orang tuanya akan mengatakan tidak. Tapi sepertinya semesta sama sekali sedang tidak berpihak kepadanya.

"Iya," jawab Bundanya Kania bersamaan dengan Ayahnya yang baru saja memasuki kamar Kania.

"Ayah? kok kalian tega sih sama aku?"

Perlahan Herman mendekati putri kesayangannya. Ia duduk di samping Kania dan membelai lembut rambut Putri kesayangannya.

"Sayangnya Ayah ... Ayah tidak mungkin memberikan kamu kepada Laki-laki yang tidak baik."

"Tapi Kania belum mau menikah Ayah. Lagi pula Kania masih kelas dua SMA kan."

"Kania, Ayah kan gak pernah bilang akan menikahkan kamu sekarang. Ayah ngerti usiamu baru meninjak tujuh belas tahun. Ini hanya pertunangan, sayang."

Kania masih tetap menggeleng. Dalam benaknya tak pernah terlintas sedikitpun kalau dirinya akan di jodohkan bahkan di minta untuk bertunangan dengan Lelaki yang sama sekali tak pernah ia kenal.

Wajahnya, usianya, umurnya, tempat tinggalnya, dan lain sebagainya. Ayah Kania hanya bilang namanya Ervan, lulusan terbaik dari salah satu universitas di belanda. Dan juga lelaki yang bernama Ervan itu adalah anak tunggal dari sahabat dekat Ayahnya Kania ketika jaman kuliah dulu.

"Kania ... coba pikirkan baik-baik, Sayang. Ervan adalah Laki laki yang baik. Laki-laki yang pastinya akan bertanggung jawab akan dirimu."

"Ayah tau darimana? Ayah aja gak pernah ketemu sama dia, kan? kenapa Ayah bisa menyimpulkan kalo dia Laki-laki yang baik dan bertanggung jawab?"

"Karna Ayah kenal baik dengan Papahnya Ervan Sayang. Sifat keperibadian seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan Orang tuanya. Contohnya kamu, kamu itu sama keras kepalanya seperti Bunda ketika masih muda dulu. Dan sifatmu yang pendiam juga pemilih dalam berteman itu sama seperti Ayahmu dulu saat di bangku SMA. Sampai-sampai dia tidak memiliki banyak teman di masa mudanya dulu," jelas Laras panjang lebar.

Suaminya hanya pasrah mendengar itu. Sebenarnya itu aib yang sudah lama ia tutup-tutupi dari putrinya. Tapi ujung-ujungnya ketahuan juga kalau Ayahnya dulu hanya memiliki sesikit teman karena terlalu pemilih dalam setiap hal.

Sudah sampai aib masa lalu Ayahnya kebongkar, kayaknya nggak lucu deh kalau Kania masih tetap kekeh menolak Ervan untuk menjadi tunangannya.

"Kapan dia kembali ke indonesia?"

"Minggu depan dia kembali, sekaligus ada pekerjaan yang baru saja ia dapatkan di sini," beritahu Ayahnya Kania sambil memasang senyum mencurigakan.

Geli sekali Kania melihat senyum itu.

"Bisa di kondisikan gak sih, Yah senyumnya?"

"Jadi gimana, kamu mau sama Ervan?"

"Ok. Tapi ada satu syarat."

"Apa?" tanya kedua orang tuanya bersamaan.

"Kania akan bertahan, tapi itu hanya jika nyatanya dia memang Lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Kalau sedikit saja Kania tau ternyata dia bukan tipe Laki-laki yang seperti itu, Kania akan langsung meninggalkannya!! tidak peduli mau Bunda dan Ayah setuju atau tidak Kania akan tetap meninggalkannya."

"SETUJU!!! Terimakasih, Bidadari Ayah." Laras dan Herman memeluk putrinya secara bersamaan. Akhirnya tidak sia-sia juga aib itu terbongkar kepada putrinya.

KANIA & ERVAN [ Be With You ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang