Lembar Kelima ; Latihan Perdana Sadara

19 4 1
                                    

"Selainya dimana yah? Kok nggak ada?" Sadara sibuk mencari keberadaan selai di lemari dapur. Namun, ia tak berhasil menemukannya.

Ayah Sadara yang sedang bersiap-siap ingin pergi ke kantor menjadi berjalan ke ruang keluarga. Ayah mengambil stoples selai bluberry di atas meja. Ia berjalan ke dapur, lalu menyerahkannya ke Sadara.

"Nih, ada di ruang keluarga tadi."

"Makasih ayah, sini tangan ayah," Sadara mencium tangan ayahnya. Ayah lalu berjalan tergesa-gesa menuju pintu. Beberapa detik kemudian, ayah sudah pergi dengan cepatnya.

Sadara mengoleskan selai di atas tiga lembar roti tawar. Ia meletakkannya di kotak bekal lalu menutupnya. Ia mengambil sekotak susu ultramilk di lemari dapur lalu bergegas untuk berangkat ke sekolah. Abang gojek yang tadinya Sadara pesan, sudah menunggu di depan pagar rumahnya. Sadara lalu mengunci pintu rumahnya dan naik di motor abang gojek. Setelah beberapa menit, ia tiba dengan selamat di sekolah.

"Hey yo!! Dara tungguin!!!"

Sadara yang sedang berjalan tergesa-gesa merasa terpanggil. Ia menoleh ke arah belakang. Paradista menghampirinya. Sadara diam sebentar menunggu Paraditsa yang sedang berlari ke arahnya. Sadara melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Cepet amat lo jalannya." Paradista mengelap peluh di pelipisnya. Ia terlihat kewalahan menyamai kecepatan berjalan Sadara.

"Bentar lagi bel, buruan Dista," Sadara mengambil lengan Paradista. Mereka berjalan bersama menuju kelas.

Setibanya di kelas, rupanya belum terlalu banyak siswa dan siswi di dalamnya. Beberapa bahkan masih duduk-duduk santai di atas meja di luar kelas. Biasa, sudah kebiasaan mereka untuk nongkrong dan ngobrol sambil menonton pemandangan orang bolak-balik kantin.

Sadara dan Paradista meletakkan tas mereka di kursi masing-masing. Ketika, ingin duduk, Balaputra menghampiri Sadara.

"Ntar lo dimasukkin ke grup khusus musikalisasi ya. Nih nomer lo gue bagi, nggak papa kan?" Balaputra menampilkan layar handphone nya.

Sadara mengangguk ringan. Ia membuka tas nya, mengeluarkan kotak bekal dan juga susu kotaknya. Arion belum datang. Sambil sarapan, Sadara mengetikkan pesan untuk Arion agar segera berangkat ke sekolah pasalnya bel akan segera berbunyi.

Balaputra yang sudah menyelesaikan kegiatannya lalu meninggalkan Sadara. Sadara segera menghabiskan roti selainya sebelum guru tiba.

"Assalamu'alaikum. Selamat pagi anak-anak."

Seorang Pak Guru yang belum Sadara kenali sudah berdiri di depan papan tulis. Pelajaran akan segera dimulai, tetapi Arion belum juga tiba. Apa yang terjadi dengan Arion? Sadara menjadi sedikit cemas.

Pak guru yang berada di depan berbicara panjang lebar. Sadara tak terlalu memperhatian guru itu. Kalimat terakhir guru itu mengagetkannya.

"Karena hari ini cerah, silakan berganti seragam olahraga. Bapak tunggu di lapangan." Pak guru itu mulai berjalan meninggalkan kelas.

"Hah? Apa?" Sadara terkejut. Masalahnya ia tidak tahu kalau hari ini diwajibkan membawa seragam olahraga.

"Mampus gue." Sadara menepuk jidatnya.

Beberapa laki-laki mulai melepaskan seragam batik mereka. Laki-laki tak pernah peduli dengan dimana tempat yang cocok untuk berganti pakaian, berbeda dengan wanita.

Paradista berjalan ke arah Sadara. Ia memeluk goodie bag berisikan seragam olahraga.

"Duh Dara, sorry. Gue lupa ngasih tau lo soal jadwal hari ini." Paradista merasa bersalah.

Love Me Love My DogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang