Lembar Ketujuh ; Ada Apa dengan Arion?

17 3 2
                                    

Rupanya kamu juga punya gravitasi, selayaknya bumi.
—•—•—•—

Cting!

Sebuah notifikasi baru saja masuk ke handphone yang tergeletak di nakas. Sadara yang menyadari hal itu mencoba tak peduli. Ia sedang sibuk dengan binder miliknya. Cukup lama merangkai kata membuat kepalanya pusing sendiri. Beberapa menit lamanya, belum juga ia menemukan kata yang tepat untuk puisi yang ia buat. Dengan sedikit frustasi ia menjangkau handphonenya. Menggeser ikon berbentuk anak panah ke atas, menampilkan pop up chat dari seseorang yang tidak ia kenali.

+6287xxxx
Selamat malam. Nada di bait kedua dan terakhir sudah kurubah. Kamu tinggal menyesuaikan nanti.

Sadara : Kak Shankara ya?

+6287xxxx
Nggak perlu penjelasan, kamu juga tau. Cukup panggil Shankara aja. Nggak usah pake embel2 'kak'

Sadara : Eh? Serius? Ntar aku keliatan nggak menghormati.

+6287xxxx
Iya gapapa.

Sadara memencet layar add to contact. Berkomunikasi dengan Shankara memberikan pengalaman yang baru baginya. Shankara terasa misterius seperti... Burung hantu? Sadara berpikir sejenak, ia akan memberikan nama yang berbeda dari yang biasanya ia kenakan pada kontak teman-temannya. Dengan cepatnya, kontak Shankara sudah ia simpan dengan nama 'Shankara si Burung Hantu'.

Shankara si Burung Hantu send a picture.

Sadara membuka foto yang baru saja Shankara kirimkan kepadanya. Nampak beberapa paragraf tulisan dan juga beberapa coretan. Untuk seorang anak lelaki, tulisan Shankara cukup bagus, rapi dan tertata. Sadara menjadi lega, kini ia hanya perlu menyelesaikan puisi permintaan Shankara. Kalaupun puisinya tidak dipakai nantinya, ia akan baik-baik saja, sebab tak ada salahnya membuat sebuah karya seni seperti puisi.

Sadara : Terima kasih, Shankara

Shankara: Iya.

Chat terakhir dari Shankara menutup obrolannya dengan Sadara. Sadara menguap, matanya mulai tak bisa diajak kerjasama. Ia kemudian meregangkan tangan dan badannya. Setelah merapikan tempat tidur, ia segera berbaring di sana. Hingga beberapa menit kemudian, ia tertidur lelap.
—————

Sadara berjalan di koridor dengan santai. Beberapa orang terlihat berlalu-lalang. Meskipun ini adalah hari sabtu, kesibukan di SMA Wira Karya tak jauh berbeda dari hari paling sibuk, senin.

Ketika tiba di persimpangan, saat Sadara hendak memasang headphone bentuk telinga kucing miliknya, ia berpapasan dengan Shankara. Meski hanya sekilas, Sadara dapat melihat sedikit senyuman di bibirnya. Sadara sedikit tertegun melihat senyuman itu. Selanjutnya, Sadara menyetel lagu dari playlist musiknya untuk menetralisir keadaan.

Saat tiba di kelas, Sadara sudah melihat Arion yang sedang duduk dengan kursi yang ia miringkan 180 derajat. Sadara mulai memasuki kelas dan duduk di kursinya. Ia melirik Arion. Arion yang dilirik tidak menggubris. Arion masih diam.

"Yon!? Jangan melamun. Ntar jiwa lo di ambil." Sadara menepuk bahu Arion.

Arion melirik Sadara. Ia masih tetap diam. Dengan satu tarikan napas ia meletakkan kedua tangannya di kedua bahu Sadara.

Love Me Love My DogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang