A:PNNTM | Dua: Restu Dari Adiknya
Aku tidak bisa bernapas. Leherku terasa seperti dicekik, tapi mataku berat sekali untuk dibuka. Perlahan, indra pendengaranku dapat menangkap teriakan khas yang kutebak berasal dari pita suara seorang Qian Kun.
"Mati kau! Mati saja kau!"
Ha? Apa maksudnya? Kun ingin membunuhku?
Sialan! Aku harus bangun sekarang juga sebelum aku mati di tangannya!
Akhirnya, setelah kupaksakan, mataku dapat terbuka lebar dan melihat sosok adik Seo-Hyun yang sudah menindih tubuhku dengan tangan yang masih mencengkeram leherku kuat-kuat. Langsung saja, sekuat tenaga, aku mendorongnya agar menyingkir dari diriku.
"Apa-apaan sih, Kun? Kau ingin membunuhku, ha?!" tanyaku, terbatuk-batuk. Dunia di sekelilingku masih berputar sisa mabuk semalam.
Kun tampak menghela napas kasar, sorot matanya berapi-api.
"Bukankah aku sudah pernah bilang? Aku tidak akan membiarkan siapa pun berbuat macam-macam pada kakakku!" jawabnya.
Keningku jelas mengerut, tak mengerti. Memangnya dosa apa yang sudah kuperbuat pada Seo-Hyun sampai Kun begitu berang?
Eh, tunggu!
Ingatanku terakhir kali menyorot kejadian tadi malam di warung soju. Aku mencondongkan tubuh, wajahku dan wajah Seo-Hyun berdekatan, lalu apa? Apa aku mengemut daging manis? Memangnya di warung itu ada daging? Rasanya manis pula?
"Jangan bilang kau tidak ingat?!" Kun mulai mengambil ancang-ancang, hendak mencekikku kembali, namun untunglah aku dapat sedikit lebih cepat menghindarinya.
"Sabar! Sabar dulu!"
"Setelah berani mencium kakakku, kau mau aku bersabar?! Mana bisa, ha?!"
Apa? Bagaimana? Siapa? Kapan? Di mana? Kenapa? Kumpulan kata tanya itu seketika bermunculan dalam benakku. Jadi, daging manis yang kuemut semalam itu ... bibir Seo-Hyun? Astaga! Mati aku!
***
Karena kejadian semalam, Kun melarangku untuk berangkat kerja bersama Seo-Hyun. Aku harus menjaga jarak dari kakaknya minimal 3 meter. Seo-Hyun akan menaiki bus yang datang lebih dulu, sementara aku harus menunggu bus selanjutnya dengan Kun yang terus mengawasi.
Ya, wajar saja sih menurutku jika Kun masih mempertahankan keoverprotektifannya. Dia adik yang baik. Tentunya, dia tidak akan mungkin membiarkan petugas kebersihan seperti diriku jatuh cinta pada sang kakak yang sangat sempurna. Kalau aku punya saudari perempuan seperti Seo-Hyun pun, aku pasti akan bersikap demikian.
Niat Kun untuk terus memata-matai aku harus tertunda. Dia bilang ada panggilan wawancara lagi di sebuah perusahaan yang berlawanan arah dengan perusahaan tempat aku dan Seo-Hyun bekerja. Meski begitu, aku berusaha tahu diri. Aku tidak akan membiarkan kejadian seperti semalam terulang kembali.
"Lucas, bisa bicara sebentar?"
Sejenak, kuhentikan aktivitasku yang sedang mengelap kaca dan menoleh ke asal suara. Kulihat Seo-Hyun berdiri jarak beberapa langkah, memasang ekspresi tak yakin di paras cantiknya.
"Tentu. Bicara saja, Nuna," sahutku.
Wanita itu melirik ke sekitar, seperti tak nyaman dengan kehadiran rekan sekantor di sekeliling kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOME PEOPLE CALLED IT LOVE | NCT + WayV Series
Fanfiction❝Langit tanpamu tetaplah langit. Ia tidak akan berubah menjadi lautan air mata meski engkau tiada. Hanya saja, langit bersamamu dan tanpamu itu berbeda. Ia tetap langit, tapi tanpamu, ia menjadi kelabu di antara rindu dan sendu yang berpadu menjadi...