Hujan turun membasahi tanah dan bumi, Dingin menciptakan suasana sejuk, Suara hujan begitu syahdu untuk didengarkan. Kualihkan tatapanku kearah luar nampak jalanan kota begitu padat, Seolah olah hujan tidaklah berarti apa apa bagi mereka. Kutatapi pasangan muda mudi disana, Menunjukan sisi keromantisan mereka dikala hujan datang. Sang pria memberikan kehangatannya kepada pasangannya. Tak sedikit orang diluaran sana juga berteduh, Karena tak membawa alat pelindung diri dari hujan.
Terdiam aku merenungi hujan, Kuratapi langit diatas sana. Kosong pikiran ini, Berusaha untuk memikirkan suatu hal tak bisa juga aku lakukan. Betapa buntunya otak ku. Mendesah aku, kualihkan kembali pandanganku ke meja depan kursi ini. Kuratapi kopi di depanku diatas meja, Tak ada tersentuh minuman itu sedikit pun. Ingin
Aku menghilang saja dari bumi ini.
Betapa kecewanya diriku. Seperti kaset rusak, Kejadian tadi begitu membekas dalam diriku. Sungguh ingin rasanya aku melenyapkan orang itu. Ingin rasanya kucakar wajah sok polosnya itu. Memuakkan. Betapa tidak, Perempuan Jahanam itu datang kerumah menemui Mamaku berkata bahwa dia hamil anak dari Papaku. Betapa kagetnya diriku mendengar hal itu. Orang yang selama ini aku anggap menjadi pahlawanku mengecewakan diriku.Apakah dia tidak berpikir sebelumnya bahwa ada aku yang sudah remaja dan ada adikku yang ingin beranjak ke fase remaja. Apakah dia pernah berpikir sebelum melakukan hal laknat itu?. Terlintas sekelabat masa lalu dimana aku dan keluarga bercanda, Tertawa bersama menikmati kebersamaan. Tanpa kusadari, Mengalir air mata ini. Membuktikan betapa kecewanya aku hari ini. Hilang sudah harapan yang sudah sejak kecil aku inginkan untuk masa depan nanti. Untuk siapa lagi harapan itu akan kuberikan? Pada siapa? Tunjukkan pada ku!.
Kini harapan itu hilang segalanya, Lenyap semua, Yang tersisa hanyalah kenangan pahit yang benci kini untuk di ingat. Kuresapi rasa pahit sedikit manis dari kopi ini, Berpikir untuk merilekskan sejenak pikiran ini dari kejadian yang benci untuk diingat. Sekian lamanya aku duduk dikafe ini, Bangkit diriku dari kursi ini melangkah keluar dari kafe.
Berdiam sejenak di depan pintu kafe, Kuresapi bau khasnya hujan. Betapa menyejukan diri. Rintik rintik hujan membasahi sedikit diriku. Kudongakkan kepala menatap langit, Hujan sudah mulai reda. Berjalan aku meninggalkan kafe tersebut. Ditemani dinginnya malam, Kupeluk kedua lenganku untuk memberikan kehangatan sembari berjalan menyusuri trotoar ini menuju minimarket.
Kususuri lorong lorong dari minimarket ini, Berjalan mengitari rak rak makanan dan minuman. Berhenti di salah satu rak makanan, Kupilih chiki chiki secara random. Berjalan lagi mengitari lorong lorong minimarket ini, Kuambil minuman dingin. Kutatap tanganku yang banyak memengang makanan dan 2 minuman, Setelah dirasa cukup berjalan aku menuju kasir.
"Totalnya 150 ribu mbak". Kata kasir perempuan itu sembari memberikan plastik berisi makanan dan minuman itu.
Kuambil plastik tersebut dari tangan kasir itu dan kubuka dompet ku, Kuberikan uang 150 ribu kepada kasir tersebut.
"Makasih atas berbelanjanya mbak".Ucap kasir itu.
"Sama sama". Balas diriku diiringi dengan senyuman.
🥀🥀🥀🥀🥀
Kulihat dari pagar depan rumahku, Ada mobil Papa disitu. Berarti Papa sudah pulang batinku. Tanpa menunggu lagi, Segera kuberjalan memasuki rumah. Tanpa mengucapkan apapun aku masuk kedalam rumah mengabaikan mereka yang duduk di sofa itu. Betapa malasnya diriku melihat Perempuan Jahanam itu."Aqilla!". Suara lantang Papa memasuki indra pendengaranku,Mengintrupsi ku untuk berhenti sejenak. Tak ada kutolehkan kepalaku menghadap Papa, Tak ada sahutan yang kuberikan kepada Papa.
![](https://img.wattpad.com/cover/210675443-288-k324896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
Ficção AdolescenteTerima kasih buat rasa sakit yang kamu berikan ini,Penderitaan ku adalah bahagia mu,Sedih ku adalah kemenangan mu