Akhirnya, keinginan sederhana Banjou Ryuga terpenuhi juga.
Saat ini, lelaki berambut cokelat gelap itu bersama sang kekasih sedang duduk santai di bawah pohon bunga sakura yang sedang mekar dengan indahnya. Tidak lupa pula membawa bekal dari rumah untuk di santap di sana. Bisa dibilang bahwa sekarang mereka berdua sedang piknik, sambil menikmati keindahan bunga sakura di atas mereka.
Juga merupakan musim semi pertamanya sejak ia dan Sento menjalin hubungan.
Menjadi sepasang kekasih.
Sebenarnya, Ryuga sering seperti ini, menyaksikan keindahan bunga sakura saat bermekaran di musim semi. Jauh sebelum dengan sang fisikawan muda itu, ia telah lebih dulu pergi Hanami bersama Kasumi. Bahkan berjanji akan mengunjunginya lagi bersama.
Namun, semua itu hanya tinggal kenangan. Kasumi telah pergi untuk selamanya, tidak akan pernah kembali lagi. Itu sudah bukan masalah lagi untuknya. Ia telah berusaha untuk merelakan kepergian Kasumi, juga agar wanita yang pernah mengisi hatinya itu bisa tenang di alam sana. Selamanya Kasumi akan selalu ada di hatinya.
Lagi pula, Kasumi jelas tidak akan senang jika ia masih terpaku akan masa lalu. Wanita cantik itu ingin agar dirinya dapat hidup bahagia, dan bisa melanjutkan hidup meski tanpa dirinya.
Bagaimana pun, Ryuga telah menemukan seseorang yang berhasil mengisi kekosongan di hatinya setelah kepergian Kasumi. Sosok yang begitu ia sukai, sang pemberi semangat baginya.
Kiryuu Sento.
"Oi, Sento!" Panggil Ryuga pelan, sementara sepasang iris cokelatnya memperhatikan Sento yang sedang menutup kembali tutup air botol mineral. Kemudian, Sento menoleh dan membalas menatapnya. Setelahnya, ia lalu melanjutkan, "Makasih, sudah mau menemaniku piknik sambil menikmati keindahan bunga sakura." Sudut mulutnya melengkung kecil sewaktu ia mengangkat kepala ke atas, melihat bunga sakura yang begitu cantik dan indah di saat yang bersamaan.
Senyum tipis itu tertangkap mata Sento, membuatnya sempat terpana akan wajah sang kekasih. Entah kenapa, wajah Ryuga terlihat lebih tampan saat tersenyum.
Begitu melihat Ryuga mengalihkan atensi padanya kembali, Sento akhirnya membuka suara, "Apa boleh buat, 'kan? Sekarang kau itu kekasihku." Kedua bahunya terangkat, sebelum akhirnya melanjutkan, "Membuatmu bahagia, aku rasa tidak ada salahnya."
Maksudnya?
Kening Ryuga mengernyit, sementara ia memutar tubuh menghadap Sento yang duduk di sampingnya. Wajah itu tampak mengerut kesal sewaktu ia berkata, "Apa maksudmu, mengatakan bahwa membuatku bahagia, tidak ada salahnya? Ingin lihat aku menderita, begitu?"
Suasana tenang mendadak berubah sedikit kacau.
Astaga! Ryuga kenapa, sih? Sento menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
"Bicaramu tidak keruan, tahu! Siapa juga yang ingin melihatmu menderita?" Sento berdecak, sementara raut wajahnya mengerut, "Kau, 'kan kekasihku. Mana mungkin aku akan berbuat begitu padamu!" Lanjutnya lagi, terselip nada kesal dalam suaranya.
Ekspresi kesal di wajah Ryuga perlahan berubah datar. Apa yang lelaki itu katakan ada benarnya juga. Sento sudah menjadi kekasihnya, tidak mungkin ingin ia menderita. Walau Sento sering mengejeknya, sebenarnya lelaki itu peduli padanya.
Apa ia salah paham, ya?
Ryuga berdehem, sebelum akhirnya bertanya, "Maksud ucapanmu itu ... apa?" Dagunya terangkat, sementara matanya menatap Sento lekat. "Katakan!"
Astaga! Ryuga! Kok, masih lemot aja, sih?! Sento berteriak frustrasi dalam hati.
Kesabaran di dalam hubungan ini sepertinya memang menjadi poin penting. Bahkan, Sento sendiri menahan diri untuk tidak memukul Ryuga saking gemasnya dengan kekasihnya yang lemot tersebut. Terlepas dari itu, betapa besar rasa cintanya untuk Ryuga, hingga akan bertahan dengan sifat kekasihnya itu.
Terdengar helaan napas berat, ia sedikit mencondongkan tubuh ke arah Ryuga. Dengan tenang Sento berkata, "Kau itu terlalu polos dan lemot, ya?" Kepalanya terlihat menggeleng kecil beberapa kali, lalu melanjutkan, "Maksudku, selama ini, 'kan aku terlalu sibuk sama pekerjaanku, dengan rumus-rumus fisika yang kau bilang memusingkan, juga masalah yang telah kita hadapi." Terdiam sesaat, sebelum meneruskan, "Aku rasa mengabulkan permintaan kecilmu ini, yang menginginkan piknik saat bunga sakura mekar, tidak ada salahnya. Karena aku juga ingin melihatmu bahagia, Ryuga."
Mata Ryuga nyaris tak berkedip sewaktu mendengarkan perkataan lelaki itu. Bahkan semburat merah samar di wajah Sento sempat tertangkap olehnya, hingga tanpa sadar ia menggumamkan nama kekasihnya, "Sento."
Setelahnya, Ryuga tersenyum lebar, menampakkan giginya, sementara desiran hangat menjalar di dada. Ia lalu berkata, "Aku tidak menyangka, kau akan berkata begitu, Sento!" Dengan tawa kecil yang lolos setelahnya.
Sento hanya diam melihat Ryuga yang tertawa. Suaranya terasa merdu di telinganya, hingga tanpa sadar tersenyum samar.
"Ah, kau manis juga ya," Banjou berkata riang, sementara matanya berkedip menggoda.
Sontak mata Sento melebar sewaktu ia berkata, "Kau!" Lalu menunjuk Ryuga dengan jarinya. "Aku ini tampan, tahu! Bukannya manis!" Geramnya.
Masih dengan ekspresi merengut, ia berkata lagi, "Lagian, kau saja tadi yang terlalu lemot untuk memahami ucapan sederhanaku!" Kedua tangannya terlipat di dada, "Dasar otak otot!" Cibirnya.
Setelah mengatakannya, Sento malah bangkit berdiri dari duduknya dan menatap Ryuga meremehkan. Itu membuat Ryuga juga ikut berdiri, menyeringai jail.
"Yeah, aku minta maaf karena terlalu lemot, deh." Nada suaranya terdengar santai dan tenang. Ia mendekatinya dan merangkul bahu Sento santai, lalu meneruskan, "Dipanggil 'otak otot' tidak masalah, kok." Kepalanya meneleng di antara senyuman yang terbit di bibirnya, "Tapi, kau sendiri jatuh hati pada si otak otot ini, 'kan?"
Mendengarnya, refleks membuat Sento menoleh cepat. Ia tercengang tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ryuga sama sekali tidak menyangkal, malah sepertinya terdengar bangga.
Banjou Ryuga, 'kah yang bersamanya ini?
"Ah, sudahlah!" Sento melepaskan rangkulan Ryuga pada bahunya. Ia sedikit menjauh dari lelaki itu, membalik tubuh membelakanginya.
Ryuga kembali mendekati Sento. Di antara senyuman samar yang terbit di bibirnya, kedua lengannya memeluk Sento dari belakang. Itu membuat Sento tersentak, matanya melebar.
Sesekali, Ryuga menciumi bahunya yang di luar pakaian yang ia kenakan, dan sukses membuatnya menelan ludah gugup atas perlakuan lelaki itu."Ryuga, apa yang kau lakukan? Jangan seperti ini," Bisik Sento. Wajahnya telah memerah dengan jantung yang berdebar kencang.
"Tidak mau! Biarkan aku memelukmu seperti ini, Sento. Aku mohon."
Sento merasakan Ryuga semakin memeluknya erat, namun tidak menyakitkan. Suhu tubuh lelaki itu dapat ia rasakan di punggungnya, menghadirkan gelenyar rasa hangat dan menenangkan. Ia menelan ludah gugup sewaktu kepalanya mengangguk ringan, membiarkan Ryuga memeluknya seperti saat ini. Juga karena Sento merasa nyaman dan diam-diam menikmatinya.
***
The EndMaaf jika cerita kali ini semakin aneh saja. Aku bingung harus menulis cerita seperti apa.
Akhirnya malah seperti ini!Terima kasih bagi yang sudah membaca!
Sampai ketemu di cerita sekali tamat (One-Shot) RyuSen or SenBan selanjutnya! // Entah kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Us
FanfictionBerisi kumpulan cerita pendek yang berbeda-beda di setiap chapter-nya. Khusus KR Build. [Kamen Rider Build By TOEI] [The Story Of Us By Marvasha] [Cover By Pinterest] [Boys Love] [Straight] [AU] [All Genre] [Slow Update]