Jelita pov.
Sekali lagi kuamati wajahku di air danau. Cantik seperti biasa, meski pucat. Kututupi lobang sebesar gundu di tengah-tengah antara payudaraku dengan slayer merah menyala, kontras dengan gaun panjangku yang berwarna hitam.
Kulihat dia masih duduk di tepi danau dengan tenang, wajah tampannya terlihat sedih. Ya, biasa sedih, di sini siapa yang tidak sedih, dulu aku menangis tujuh hari tujuh malam karenanya. Wajar bila dia juga diam sebagai ungkapan kesedihannya, kalau nangis mungkin malu karena dia laki-laki.
Kulipat jari-jari lentikku menghitung keberadaannya. Ah, baru tiga hari empat malam. Gilanya dari pertama dia datang, aku suka sama dia.
Malam semakin larut, purnama menggantung di atas danau, aku putuskan untuk menghampirinya, duduk di sisinya.
"Hai, masih sedih?" Dia menoleh, dan mengangguk.
"Boleh aku nanya, mungpung kamu masih baru?" Dia menangguk kembali.
"Apa aku cantik?" Dia memutar badannya, kini menghadap kepadaku, alisnya bertaut. Wah, tampan sekali, mataku silau oleh tatapan sendunya.
"Apa aku tidak cantik?" Aku bertanya sekali lagi, hanya ingin mendengar suaranya.
"Kamu cantik, kenapa? Belum ada yang bilang kalau kamu ini cantik?" Wah, suaranya bariton, sangat merdu, aku tambah suka padanya.
"Semua yang pernah ketemu bilang aku cantik, manusia yang masih hidup juga kalau melihatku, bilang aku cantik, tapi aku tak suka dibilang begitu oleh mereka."
"Kalau tak suka, terus kenapa tanya padaku?"
"Karena aku suka, bila kamu yang bilang, tapi serius menurutmu aku cantik?"
"Iya kamu benar-benar cantik, malah perempuan tercantik yang pernah kulihat," wah, romatisnya, kayaknya dia jadi cinta pertamaku. Aku memberanikan diri menatap mata sendunya. Aihhh.. bulu matanya lentik, aku semakin terpesona.
"Siapa namamu?"
"Aku lupa nama asliku, di sini semua memanggilku Jelita, kamu siapa?" Dia tersenyum mendengar jawabanku. Kulihat ada cekungan curam di pipinya.
"Senyum yang indah. bisakah kamu selalu tersenyum bila bicara denganku?" Dia kembali tersenyum dan mengangguk.
"Namaku Arjuna," akhirnya dia menyebutkan namanya.
"Aku suka namamu," kini aku bisa melihat darah kering di atas jantungnya, ku perhatikan lebih seksama, ada pisau lipat yang tertinggal.
"Jelita, kau orang pertama yang berani ngobrol denganku."
"Iya, aku tahu, karena aku bilang kepada seluruh penghuni di sini, kalau aku suka padamu, jadi mereka tidak akan mengusikmu tanpa izinku."
"Terima kasih, Jelita," aku penasaran pada pisau lipat di punggungnya, ada ukiran ₩₩, namun sebelum aku menyetuhnya pisau itu menghilang. Arjuna memgerang kesakitan. Rupanya sesorang telah mencabutnya dengan kasar.Kupeluk Arjuna, darah hitam keluar dari lobang bekas pisau yang menghilang. Arjuna duduk kembali setelah rasa sakitnya berkurang.
"Pisau yang digunakan menusukmu, mungkin pisau special, ada ukiran huruf 2W yang digaris tengahnya," Arjuna terkejut mendengar penjelasanku.
"Apakah ujungnya berwarna merah?"
"Pisau lipat, kecil, aku tidak memeperhatikan ujungnya."
"Kamu yakin, itu pisau lipat?" Aku mengangguk. Tiba-tiba Arjuna menangis histeris, suara tangisnya membelah malam, membuat semua yang mendengar tersayat perasaannya. Kubiarkan dia menangis sepuasnya, aku yakin dia tahu siapa pemilik pisau itu, dan itu melukai perasaannya jauh lebih mengerikan dari luka kematiannya. Dan aku akan membantunya balas dendam.Bersambung ....
Semoga penasaran yach....😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
JELITA
FantasyJelita gadis cantik yang tak tahu siapa dia sebenarnya. Dia hanya tahu dia cantik dan punya kekuatan yang mumpuni sekedar membuat semua orang di sekelilingnya mengagumi dan segan padanya. Sampai suatu saat dia bertemu Arjuna. Laki-laki misterius yan...