Chapter 16 : Jordan miris

311 68 107
                                    

Hai, i'm come back, wkwk. Maaf ya, akhir akhir ini aku sering molor update cerita ini, soalnya banyak beut tugas sekolah numpuk numpuk, dan saat itu juga tugasku harus di kumpulkan.

Hiya hiya hiya😂 happy Reading :)

"Aku mencintaimu, Davano." Manda menghela napasnya, "Tapi boong, haha." lanjutnya sembari tertawa bak nenek sihir.

"Huh, masa iya gue yang cantik jelita bak inces syahrini syalalalala suka sama Davano?" Manda mengibaskan rambut cokelatnya itu ke belakang.

"Gak mungkin!" pungkasnya.

Ketika Manda hendak membalikkan badannya, niatan dari hatinya itu berkehendak lain, seolah membuat kedua kakinya kaku di tempat.

Manda mengerutkan keningnya itu, "Masa iya sih, gue suka sama Davano?"

Manda menautkan kedua alisnya itu. "Nggak nggak! Inces yang syantik badai ini gak suka sama Davano." ucapnya berlagak sombong.

"Gue ada perasaan gak sih sama Davano?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Tanya ama hati dulu aaah!"

"Eh, hati gue mana nih? Gue mau nanya sama elo!" Manda sibuk mencari cari letak hatinya itu.

"Letak hati dimana sih?! Di deket ginjal ya?" Manda menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal itu.

"Eh, gobloknya Manda! Letak hati aja masa lo nggak tahu, sih!"

"Eh, bentar - bentar, gue ngomong sendiri, kah? Wesh wesh wesh, pertanda tanda.... " Manda tertawa hambar seraya bertepuk tangan.

"Selamat Manda! Kamu sudah gila!"

***

Davano baru saja memarkirkan motor vespanya itu di depan rumah kecilnya, rumah yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan rumah Manda yang mewah itu.

Bagi Davano, rumahnya sederhana namun mempunyai banyak kesan di balik rumah tersebut.

Langkah kaki Davano mendadak berhenti saat kedua sorot matanya itu mendapati dua sosok laki - laki yang sering sekali mengikuti ataupun menghantuinya itu.

Davano hanya bisa mendengus kesal.

"Ngapain lo berdua ada di sini?" tanya Davano malas.

"Ekhem.. Cek satu dua dicoba.. Maksud dan tujuan Jordan dan Rizky datang kemari ingin mengajak kau supaya ikut bermain game playstation di rumah babang Rizky, macam tuu laah." ucap Jordan detail.

"Oh." balas Davano singkat.

Jordan merekahkan senyumannya, "Gimana? Lo mau main game di rumah Rizky, kan?" tanya Jordan antusias.

"Males." sahut Davano seadanya.

Seketika raut wajah Jordan berubah menjadi masam, ia hanya bisa mendesis pelan, lalu menyenggol lengan Rizky yang ada di pinggirnya itu.

"Van, lo bener - bener gak mau main game? Main ke rumah gue juga, lo gak mau?" tanya Rizky hati - hati.

"Maaf, bukannya gue nolak, sekarang gue mau bantu bapak gue jualan kerak telor." ujar Davano tanpa ekspresi.

Rizky tersenyum kikuk, ia mengangguk paham. Lagipula, seharusnya ia tahu jika di saat jam - jam segini, Davano sibuk membantu bapaknya berjualan, kini Rizky merasa tidak enak hati.

"Beneran lo gak mau main sama kita berdua yang imut, gumush, dan kece badai ini?" tanya Jordan lagi.

"Udah, lah, Dan, Davano gak ikut juga gak papa." Rizky menengahi.

ManDavanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang