3

66 11 2
                                    

"Terus? Lo bales apa?"

"Gue diemin aja, ga gue read juga" Ica menghela napas lesu, gadis itu merebahkan kepalanya diatas meja kantin, "mau hilang aja rasanya," Ica mengangkat kepalanya kemudian menatap meja itu jijik, tersadar bahwa permukaan meja masih lengket tanda belum dibersihkan.

Padahal ini masih pagi, tapi mood Ica sudah hancur berantakan sebab kejadian tadi malam. Awalnya ia sudah berniat tak akan menceritakan hal itu pada Chika, bahwa ia suka Abin, sayang rencananya tak berjalan mulus sesuai ekspektasinya dan ia juga butuh seseorang yang bisa memberinya masukan.

"Bales dong, Ca. Harusnya lo langsung basa basi, tanya kek kemarin latihan band buat apa, gitu lho" ujar Chika tak membantu.

"Jangan gitu dong, gue jadi makin bingung" rengek Ica mengacak rambutnya kesal.

Chika terdiam, merasa kasihan juga melihat sahabatnya frustasi gara gara cinta seperti ini. Chika menepuk pelan kepala gadis disampingnya itu, "yang sabar ya hyung, cari baru lagi aja."

"Lo nggak ngerti Chik, kali ini rasanya beda, kek gue dari awal udah ada feeling ini bakalan berhasil"

"Itu kan cuma feeling, liat dong realitanya"

"Masa gue harus berhenti lagi sih Chik?"






-----
Ica mengelap peluh di dahinya, duduk di tengah lapangan dengan matahari terik yang seakan berada tepat di atas kepalanya.

"Kenapa sih guru-guru sini tuh makin nggak jelas, dikumpulin disini buat apa coba? Udah nunggu setengah jam tapi nggak ada apa apa, aula sekolah nangis nih liat kita panas panasan disini." Protes Ica, tangannya mulai sibuk mengangkat rambut dan menguncirnya.

Ica diam sejenak menunggu respon dari Chika disebelahnya tapi tak kunjung ada jawaban, "Chik jawab dong, gue jadi kek orang gila ngomong sendiri" Ica menoleh, terlihat Chika yang sudah mulai pucat, keringatnya bercucuran deras.

"Chik! Lo kenapa anjir?" Ica mencoba membantu Chika berdiri, berusaha membawanya ke UKS.

Ica tidak kuat, tubuh Chika pun seperti tak punya tenaga untuk berdiri, "WOI INI PMR MANA SIH? KERJA DONG, ADA YANG PINGSAN INI!" Teriak Ica tak peduli dengan murid lain yang mulai memperhatikannya.

Anggota PMR yang tadinya sedang meneduh santai di pinggir lapangan merasa terpanggil, langsung berlari ke arah Ica sambil membawa tandu dan membawa Chika ke UKS dengan Ica yang mengekor dibelakang.

-----
"Dek, kamu balik ke lapangan aja, biar dia kita yang tungguin" ucap salah satu kakak kelas anggota PMR.

"Enggak kak, aku disini aja, nanti kalau dia udah sadar baru aku ke lapangan" jawab Ica sambil sibuk mengarahkan botol minyak kayu putih ke hidung Chika.

"Kamu ke lapangan, dia kita yang tunggu" ujar salah satu anggota PMR lain yang juga kakak kelas, ia mengambil botol kayu putih dari tangan Ica dan mulai melakukan seperti yang dilakukan Ica tadi.

Ica tersenyum kecut, tak membantah karena tidak mau membuat masalah dengan kakak kelas, "iya kak, permisi."

Gadis itu mendecak kesal, keluar dari ruang UKS dengan terpaksa, niatnya ngadem di UKS gagal karena kakak kelas yang sukanya memerintah.

Ica berjalan malas ke arah barisan kelasnya dan duduk disana, tepat setelah itu kepala sekolah berjalan ke arah podium, dibelakangnya ada enam orang laki laki jangkung yang mengikuti lelaki paruh baya itu. Ica menegakkan punggungnya, mulai memperhatikan salah satu cowok yang terasa familiar baginya.

Itu Abin.

"Teman teman kalian yang berdiri disini akan mengikuti lomba band antar sekolah yang dilaksanakan hari ini, oleh karena itu mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing masing, semoga mereka dapat melaksanakan kegiatan dengan lancar dan bisa mengharumkan nama sekolah kita. Berdoa... mulai."

Semua murid di lapangan menundukkan kepala, kecuali Ica yang malah mematung memperhatikan lelaki jangkung yang ia suka. Sebenarnya ia sedikit kesal, kenapa harus hari ini sih? Chika yang biasa menemaninya kemana mana juga sedang sakit hari ini. Benar benar bad day. Ica memutar otak, memikirkan bagaimana caranya bisa tetap menonton perlombaan band itu.

Satu ide gila muncul di kepalanya.

Ica mengedarkan pandangan, terlihat yang lain masih sibuk menunduk, begitulah kepala sekolahnya memimpin doa, lama sekali.

Gadis itu berjalan pelan keluar dari barisan dan berlari kecil menuju kelas, jantungnya berdegup kencang, ini benar benar pertama kali Ica melakukan hal seperti ini sendirian.

Ia membuka pintu kelasnya dan menutupnya pelan, Ica langsung menuju ke tempat duduknya, mengambil hoodie dan masker di ranselnya yang kebetulan ia bawa, memakainya dengan penuh rasa cemas, tak lupa mengalungkan ranselnya ke bahunya.

Gadis itu keluar kelas dengan mengendap-endap, persis seperti pencuri yang baru saja keluar dari rumah curiannya. Ia berlari menuju ke belakang sekolah, melewati jalan kecil yang penuh dengan rumput dan tanaman liar, membuat kakinya yang tak tertutup rok abu abu itu terasa gatal.

Hingga akhirnya ia sampai di ujung jalan, dihadapannya sudah ada tembok tinggi yang siap menghadang, ia menoleh kanan-kiri, menemukan sebuah meja yang berada di balik belukar. Ia mendorong meja itu, sedikit kesusahan karena permukaan tanah yang tidak rata, Ica naik dan berdiri di meja itu, tangannya terangkat tinggi dan kakinya menjinjit tapi masih belum bisa meraih permukaan atas tembok.

Gadis itu belum menyerah, ia mencoba sekali lagi, kali ini ia mencoba melompat.


Yes, berhasil


Ica mencengkram kuat bagian atas tembok dan kakinya memanjat dinding. Hingga tiba saatnya gadis itu turun.

"Aduh tinggi banget lagi" keluhnya. Ica menarik napas panjang, ia menutup matanya dan menjatuhkan tubuhnya kebawah.

Gadis itu membuka matanya perlahan, mengerjap dan menyadari ia berhasil turun tanpa terluka sedikit pun.

"Berhasil anjir. Wahh, berarti emang jodoh" ujarnya sumringah.

Tiba tiba gadis itu teringat sesuatu,









"Lombanya dimana ya?"


☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam dari mas Abin

Salam dari mbak Ica juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam dari mbak Ica juga












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang