Innocent

13 3 0
                                    

"Aku tidak bisa pulang dalam keadaan begini" pikir Sammy melihat kondisinya, dia tidak berani melaju kencang dengan motornya, kepalanya sangat pusing dan perutnya mual sekali, rasa-rasanya seisi perutnya ingin dimuntahkan, Sammy sedang menuju sebuah rumah bertingkat 2 dengan pagar hitam besar didepannnya, dengan kucing-kucing yang memanjangkan badannya diatas pagar tersebut, seperti benteng yang tengah dikawal oleh prajurit. Sammy memarkirkan motornya didepan pagar rumah tersebut, kini ia sangat berjuang untuk tetap berdiri menopang tubuhnya dengan kedua kakinya yang lemas, sekuat tenaga ia berusaha membuka selot kunci pagar rumah itu, kemudian ia langsung masuk kedalam dan menggedor-gedor pintu depan.

"Sat!, cepat buka kumohon, aku harus masuk!" teriak Sammy dengan suara yang mulai melemah. Tiba-tiba pintu dibukakan oleh Satrio, sang pemilik rumah, juga teman masa kecil Sammy, dengan wajah bingung melihat Sammy yang seperti orang gila dia menarik Sammy masuk kedalam.

Sammy langsung menuju wastafel, mengeluarkan semua air hitam yang ada didalam perutnya, bahkan semua yang ada didalam perut Sammy keluar dengan warna hitam, beraroma khas jamu dan campuran alkohol. Sammy menenggelamkan kepalanya di wastafel itu, wajahnya memerah dan kepalanya makin menyiksa, Sammy tidak dapat berpikir dengan baik dan ia juga tidak tau sedang apa dia sampai harus begini?.

5 menit berlalu, Sammy masih berada di posisi yang sama, kini rasanya sudah tidak ada apapun didalam tubuhnya, namun kepalanya masih seperti medan perang, dengingan yang tidak kunjung berhenti entah nyata atau hanya ada didalam kepala pemabuk ini. Dari jauh Satrio hanya terdiam sibuk dengan komputernya sambil sesekali menanyakan kondisi kawannya yang sedang kesusahan itu.

"Sudah baikan, Sam?" tanya Satrio.

"Bajingan.."

"Baguslah, kau sadar juga akhirnya, kukira kau mau tidur disitu malam ini, untungnya rumahku sedang kosong jadi kau bisa—" belum selesai Satrio bicara, Sammy sudah menjatuhkan tubuhnya diatas sofa dan terlelap, tubuhnya terkulai lemas bagai mayat, masih dengan seragam sekolah dan jaket motornya ia melepaskan semua rasa lelahnya diatas sofa kulit coklat rumah itu.

"Dasar bodoh" kata sang tuan rumah melihat kawan masa kecilnya itu terlelap.

DAR

Suara tersebut menggelegar membelah udara, memecah gendang telinga, panas, panas sekali rasanya."Apa ini? Kenapa dadaku terasa sangat sesak?" Sammy kebingungan, mulutnya mengeluarkan darah, Sammy semakin bingung sebelum dia sadar, sebuah luka tembak yang datang entah dari mana berada tepat di dadanya, darah terus mengalir keluar dari luka tersebut.

Kini kakinya lemas, tidak kuat menahan berat tubuh Sammy, semakin lemas dan akhirnya ia menjatuhkan diri ke tanah, terbaring tidak berdaya Sammy berteriak mencari pertolongan ketika ia melongok, banyak sekali orang yang sedang lalu lalang didepannya, namun tidak ada yang melihat satupun kearah anak muda malang ini, terasa persis seperti tidak terlihat, mereka semua berjalan, berbicara dan bersenda gurau bersama, ada yang sedang bersepeda lewat tepat didepan mata kepala Sammy, tapi tidak seorang pun menyadari keberadaan Sammy.

Kini Sammy tidak merasakan sakit dari luka itu, rasanya marah sekali, benci, matanya melotot seperti orang yang tidak waras, kebenciannya semakin dalam ketika ia melihat sekelompok anak muda yang sedang bersantai bersama sambil tertawa-tawa bagai tidak ada permasalahan sama sekali di hidupnya, mereka semua terlihat sangat bahagia.

"I see.. so im all alone huh?" Sammy sejenak terdiam, kemudian dia tertawa terbahak-bahak dengan mulutnya yang berlumuran darah, dia terus tertawa geli tidak berhenti. Dengan segenap tenaga yang tersisa ia mengambil nafas terakhirnya, dan kemudian ia keluarkan semuanya sekaligus berbarengan dengan amarahnya.

"I'LL SHOW YOU ALL WHAT AM I CAPABLE OF MOTHERFUCKERS!!!"

//

Alarm berbunyi membangunkan laki-laki ini, terbangun dan terkaget dirinya masih di sofa yang sama tempat ia membaringkan tubuhnya setelah ia mabuk berat, ia segera mematikan alarm di handphone nya, nafasnya terengah-engah, dan kepalanya masih sakit efek dari alkohol yang berlebihan, ia kembali membaringkan tubuhnya di sofa itu dengan posisi yang lebih manusiawi, matanya menatap langit-langit dengan kosong, entah apa yang dipikirkannya dan entah apa pula yang ia rasakan sekarang.

Sammy mengambil handphone nya, tidak ada notif, seperti yang sudah ia duga dan memang sudah seharusnya begitu. Waktu menunjukkan pukul 05.00 pagi ketika ia melihat jam dinding di dapur sembari menuangkan segelas air dingin untuk melegakan kerongkongannya, sambil membawa gelasnya Sammy berjalan kembali ke handphonenya ketika ia mendengar suara notif, firasatnya buruk.

Benar saja, ia mendapat kabar bahwa warung tempat biasa geng Sammy berkumpul kemarin sore didatangi petugas keamanan atas laporan warga terhadap tindakan pelajar yang meresahkan, dan Sammy tahu kalau tidak mungkin pihak sekolah tidak ada campur tangan. Sammy sangat beruntung ketika ia sudah tau bahwa dirinya bisa jauh lebih mabuk kalau ia tetap disana jadi ia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, kalau tidak kemungkinan besar dia akan ikut terjaring.

Sekarang permasalahannya bisa saja pihak keamanan akan menjaring mereka satu persatu, ada kemungkinan bahwa nanti ia juga akan kena imbasnya, ada beberapa kemungkinan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada Sammy, dan itu bukan selalu tentang dirinya yang nanti juga akan tertangkap.

Sammy tidak mau memikirkannya lebih jauh lagi, ia berjalan menuju pintu depan dan membukanya, suasana masih gelap dan anginnya sejuk sekali, sepi, suasana yang sangat Sammy sukai. Sammy duduk di sebuah kursi kayu sambi menyenderkan punggungnya, menatap kearah langit yang masih hitam pekat.

"Masalah baru?" terdengar suara Satrio dari balik pintu.

"Yah, kurang lebih begitu, rasanya yang ini akan sedikit merepotkan"

"Sudah kubilang kau harus lebih memilih pergaulan"

"Dan inilah yang kupilih"

"Kau tidak suka hidupmu datar ya?"

"Kadang permasalahan dapat memacu kerja otakku, aku tidak suka otakku terus berdiam yang nantinya akan berkarat"

"Tapi itupun nanti dapat berbalik pada dirimu, kau tau kan?"

Sammy terdiam sejenak, tersenyum kecil sambil menutup matanya.

"Semuanya punya konsekuensi bukan begitu kawanku?"

Satrio tertawa mendengar jawaban Sammy, entah itu respon karena memang lucu baginya? Atau justru respon kasihan?

"Terserah Sam, itulah kau, selalu bermain dengan api" kemudian Satrio melemparkan sebungkus rokok kearah Sammy, Sammy pun menangkapnya dengan sigap.

"Untukku?" tanya Sammy.

"Santai saja dulu sobat, besok harimu bisa saja lebih berat dari hari ini" kemudian Satrio berjalan kembali kedalam rumah meninggalkan Sammy di teras rumahnya, didalam hatinya Sammy masih penasaran dan bergumam.

"Kejadian menarik apalagi yang akan menanti diriku?"

SeekerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang