Sisa rintik hujan masih terasa menghantam tubuh, diiringi angin malam yang dingin menusuk sampai kulit. Untungnya Putri pakai jaket, kalo engga bisa gawat nanti.
"Ran, pelan-pelan aja bawa motornya,dingin. Apalagi tadi habis hujan"
"Kenapa put? Kamu kedinginan? Peluk aku aja biar anget, hahaha." Jawabku sambil tertawa.
"Ahh kamu bisa aja nyari kesempatannya." Jawab putri sambil senyum.
Dan etah ada angin apa, seketika putri pun beneran memelukku dari belakang. "Ahh sebuah moment yang gabakalan aku lupakan." Kataku dalam hati.
Setelah sekian lama, akhirnya kami pun sampai di sebuah kedai sederhana yang penerangannya juga cuma memakai cempor seperti jaman dulu.
Dengan jajanan tradisional seperti bala-bala, gehu, gepuk, dadar gulung, ulen, cireng, bandrek, dan masih banyak lagi yang lainnya."Mang, bandrek dua." kataku saat memesan.
"Bade didieu atanapi di bungkus?"
"Didieu wae mang." Aku memakai Bahasa Sunda, karena aku lahir di Daerah yang orang-orangnya berbahasa Sunda.
Seketika aku melihat putri, terlihat dia merasa senang sambil memakan jajanan yang ada. Tapi entah kesenangan yang mana yang dia rasakan, yang pasti aku juga merasa senang jika putri bisa senang.
"Put, laper ya? Kaya orang yang belum makan semingu, hahaha."
"Apaan sih, orang biasanya juga kaya gini." Jawab putri sambil malu.
Ya begitulah putri, kalo soal makanan pasti nomer satu. Tapi anehnya mau makan sebanyak apapun, badanya gak pernah gede.
"Put, gimana kabarnya si Andre?" Ya Andre adalah pacar putri dan juga temanku, dulu Putri suka menjadikanku tempat curhat mengenai si Andre, jadi ya sedikitnya aku tau apa yang terjadi antara mereka.
"Yaa begitulah, seperti biasanya. Sibuk dengan kerjaanya sendiri." Putri menjawab malas.
"Yasudah, jangan terlalu dipikirin nanti juga ada waktunya buat kamu."
"Ya, biasa aja sih nanti juga ngontek sendiri."
"Yaudah, makan lagi sana. Biasanya juga abis banyak, ahahah."
"Ih kamu, bisa aja ngeledeknya." Seketika Putri pun tersenyum kembali, tapi aku tau itu hanya senyuman palsu.
Tak terasa malam semakin larut, kami pun besiap-siap untuk pulang. Karena ayah Putri berpesan agar pulangnya jangan terlalu malam.
"Mang, sabarahaeun sadayana?"
"Dua puluh rebu"
"Ieu mang artosna, teu kurang teu lebih. Heheh"
"Ahhh aya-aya wae si ade mah, di tampi artosna."
Setelah membayar aku pun langsung mengantar Putri pulang, dan tak lupa juga membeli bandrek buat Ayah Putri. Dan setelah mengantar Putri, aku pun langsung pulang kerumah.
Sebuah malam yang panjang, entah senang atau sedih. Senang karena bisa berdua dengan orang yang disukai, dan sedih bila teringat dia milik yang lain.
"Semua yang datang pasti akan datang, Semua yang pergi pasti akan pergi. Kita hanya bisa berencana, tapi Tuhan lah yang mengatur segalanya"
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Short StoryAku tak pernah menyesal atas apa yang telah kuberi, karena hati tak pernah bisa dibohongi. Kini aku akan pergi, maaf atas segala yang pernah terjadi. Semoga kamu mengerti dan menyadari, jika dulu ada orang yang sangat mencintaimu dan bertindak bodoh...