1 | Malaikat pemberi apel

59 2 0
                                    


Selamat membaca cerita VIRGO

Cowok misterius itu seperti malaikat, karismanya begitu menginspirasi.

-oOo-

Di tengah hiruk pikuk kota, berjalanlah seorang cowok dengan raut muka datar, mengabaikan orang orang disekitar yang kompak membicarakannya meski sedikit terdengar memuji.

Suasana hari yang cerah tengah menggerakkan kakinya untuk berjalan kaki ketimbang naik transportasi super mewahnya yang pasti akan menimbulkan polusi udara. Di jam pulang sekolah seperti ini entah kenapa dia justru ingin keluar dari rumah untuk berjalan jalan mencari udara segar. Ah sekolah.. dia mulai merindukanya...

Dia terus berjalan pelan menikmati semilir angin yang diam diam membelainya. Di pinggir jalan raya sekalipun tempat ini masih terasa segar dan alami, mungkin karena tidak ada gedung gedung tinggi yang dibangun disini. Belum sampai tujuan, laki laki itu justru berhenti di sudut pertigaan jalan.

Dia memandang sekeliling, kalau dipikir-pikir daerah ini memang jarang diliwatinya. Tempat ini cukup epik, ada banyak kafe dan tempat tempat menarik lainya disepanjang lintasan matanya namun sisi positifnya tidak terlalu padat pengunjung seperti tempat lain, asap kendaraan juga tidak terlalu berkecamuk mengganggunya.

Setelah selesai mengamati.. dia pun melanjutkan jalanya.. tapi...

Matanya tertuju kepada seorang gadis kecil dengan pakaian lusuh, bawahan memakai rok span yang memperlihatkan paha kurus mungil miliknya, rambut keriting gadis itu bahkan tergerai tak terurus, matanya yang sebam entah karena apa. Kalau diamati sepetinya dia anak kecil yang terlantar.

Tangan kecil gadis itu tiba tiba menarik ujung celana cowok itu dan pandanganya yang kosong membuat langkah cowok itu langsung berhenti, fokus kepada gadis kecil dibawahnya.

Gadis kecil itu seperti mengharapkan sesuatu. Kepalanya mendongak jauh ke atas karena cowok itu sangatlah tinggi.

Dia pun membungkuk menyamai gadis kecil tersebut.
"Dik, kamu sendirian? Ibu bapaknya kemana?"

Gadis itu tidak menjawab, justru malah menangis tersedu-sedu.

"Jangan nangis, ini buat adik" Dia mengeluarkan sebuah apel merah segar yang dibawanya lalu memberikannya, membuat adik itu tersenyum dan memeluknya.

Di balik punggung cowok itu, berdirilah cewek seumuranya yang masih dengan seragam sekolah baru saja melangkah keluar dari toko laundry kiloan sebelum akhirnya terhenti.

Selena Lea Michella, siswi SMA Setia Darma kelas XII, anak prestasi. Hampir setiap hari dia pergi ke tempat laundry langganannya itu, mbak Lasmi, orangnya cuantik awet muda karena rajin minum jamu.

Selena cukup memelas melihat pemandangan yang membuatnya terenyuh, betapa baiknya cowok yang tidak dia ketahui wajahnya itu mau peduli dengan rakyat kecil yang kesusahan, bahkan beribu ribu pejalan kaki yang lewat tidak pernah sekalipun berhenti untuk sekedar memberikan rasa simpati.

Dalam hati Selena merasa bersyukur bahwa di zaman sekarang ini masih ada juga orang baik seperti dia, andai bisa melihatnya dengan jelas, tapi tidak papa, Selena sudah bersyukur walaupun hanya bisa melihat punggung kekarnya dari belakang.

"Dia pasti malaikat ya" Ujar Selena.

Sedetik kemudian, lamunan Selena terbuyarkan oleh sosok paruh baya yang ada didepanya. Tentu saja dia sangat mengenal sosok itu yang tak lain adalah ayahnya, Sucipto.

Tanpa basa basi Selena segera menjinjing kedua tas besar berisi baju laundry an itu menaiki motor yang di kendarai ayahnya. Setelah sigap mengatur posisi ternyamanya, Selena kembali menengok ke belakang untuk melihat sekali lagi si pemberi apel tetapi orang itu bahkan sudah hilang ditelan bumi.

Hembusan angin yang sedang ribut membuat rambutnya tergerai bebas di udara. Senyum ceria terpancar diwajahnya, mata hitam yang berbinar pelan pelan menampakkan sisi tersendiri dalam dirinya. Selena selalu mengingat setiap detik yang dia habiskan bersama ayahnya, sebagai anak tunggal, Selena memang jarang mendapat perhatian penuh dari kedua orang tuanya, jauh dari kata manja dia justru tumbuh semakin dewasa menjadi cewek yang mandiri.

Selena dibesarkan di keluarga menegah kebawah, selama ini keluarga Selena hidup dalam kesederhanaan. Ayahnya hanya seorang pensiunan guru fisika dan ibunya merintis usaha baru dengan menanam berbagai macam bunga di pekarangan bagian depan rumah kecilnya.

 Ayahnya hanya seorang pensiunan guru fisika dan ibunya merintis usaha baru dengan menanam berbagai macam bunga di pekarangan bagian depan rumah kecilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Umur Selena sudah mencapai 18 tahun, sejak SMP dia selalu mendapat beasiswa karena kemahiranya dalam menari yang sering mendapat penghargaan. Selena bukan cewek dengan otak cerdas, juga bukan murid yang selalu rangking satu di kelas, tapi dia adalah satu satunya cewek berprestasi di sekolah dalam hal ekstrakurikuler, yaitu tari ballet.

Dulu saat umur Selena masih 8 tahun, setiap hari dia mengikuti pelatihan tari bersama bibinya, tapi saat dia masuk SMP, bibinya meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu ayah Selena menyuruhnya berhenti menari dan fokus di bidang akademik dengan segala paksaan, tapi Selena tidak bisa berhenti karena semua itu bagian dari mimpinya.

Akhir akhir ini, ekstra ballet yang dia ikuti tanpa sepengetahuan ayahnya sedang sibuk mempersiapkan drama teater yang akan digelar disekolah untuk menyambut sebuah acara penting.

Itu sebabnya Selena sering pulang telat ke rumah, dengan alasan belajar kelompok. Setiap setelah jam pulang sekolah, anak ballet diwajibkan berkumpul untuk latihan. Mereka tidak berlatih di sekolah, melainkan di salah satu studio tari yang letaknya tidak jauh dari laundry mbak Lasmi dan sejak dulu studio itu memang sudah di booking oleh Setia Darma, dikhususkan untuk ekstra ballet.

Pelatih Selena bernama Lala, semua orang memanggil dengan sebutan coach. Dia sangat ramah namun disaat saat serius dia terbilang cukup kejam dalam melatih anak didiknya, hari ini semua anak dalam ekstra itu telah diseleksi ketat untuk pemilihan peran drama, tentu saja Selena sebagai penari terbaik di sekolah mendapatkan peran penting dalam pementasan ini.

Drama teater itu akan digelar dua hari lagi, oleh karena itu coach Lala menyuruh semua anak ballet istirahat dengan cukup dan prepare kebutuhan diri masing masing dengan meniadakan latihan, habisnya beberapa hari terakhir ini mereka sudah berlatih tanpa mengenal waktu demi mencapai hasil yang maksimal.

Dua hari kemudian...

* * *


Follow : aulianada11

Semoga kalian suka cerita ini yaa🖤🖤



| Story Of Teen Fiction |

VIRGO♍ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang