nomer dua

16 3 0
                                    


bagian 2 :
kembali berjumpa


setelah pertemuannya yang pertama, minho tidak lagi dapat menemukan jisung di perpustakaan. bahkan minho sudah kembali bolos pada hari yang sama ketika dirinya bertemu jisung, tapi nihil. 

sebenarnya ia ingin sekali ke kelasnya. namun, rasanya ragu. bukan karena malu, hanya saja minho akan sangat mencolok dan itu tidak akan bagus untuk nama jisung sebagai murid baru.

tapi urusan hatinya meronta-ronta ingin bertemu sering kali membuatnya berakhir susah tidur pada malam hari. memikirkan bagaimana kabar pemuda mungil itu. apakah ia sudah makan? apakah ia sudah tidur? sedang apa ia hari ini? apakah ia merindukan minho? dan pertanyaan lain yang cukup tidak penting.

minho beberapa kali mendesah kecewa membuat teman sebangkunya menengok. changbin menepuk bahu pemuda yang menumpu kepalanya pada meja langsung bangkit karena panik.

"jisung?"

minho mencari sosoknya, namun tidak ketemu. sudut bibirnya melengkung turun buat changbin menatapnya aneh. takut teman sebangkunya ini kerasukan hantu dan semacamnya. dan lagi, siapa jisung?

"ho, lo gapapa?"

changbin akhirnya bertanya setengah takut. minho menatap changbin gelagapan.

"bin, lo ada liat cowok manis, mukanya mirip tupai, lucu, nepuk pundak gue gak? apa dia kabur ya abisan gue panggil namanya? lo ada liat gak bin?"

otaknya mencerna perkataan minho dan kini changbin mengerti. tangannya memukul pelan kepala minho hingga pemuda tampan itu mengaduh.

"apaan sih, bin? kok lo mukul gue? kan gue lagi nanya sama lo!"

minho ngegas karena kesal. walau pukulannya tidak terlalu keras, kepalanya tetap saja cenat-cenut akibat tangan besar itu. changbin menghela napas.

"itu gue yang nepuk lo, dodol. gak ada yang namanya jisung, ho."

minho baru ingin protes, namun ia tidak punya semangat untuk memarahi changbin ketika mendengar kalimat temannya tadi. harusnya minho sadar jika jisung mungkin bagian dari ilusi otaknya. atau mungkin jisung itu sebenarnya hantu ya? astaga, minho tidak habis pikir kalau akan ada hantu sehangat dan semanis jisung.

tidak lama, pintu kelas minho diketuk. beberapa murid tampak sedang berbincang, sepertinya sang ketua sedang minta ijin untuk sosialisasi ekskul dengan ketua kelasnya.

minho kembali menaruh kepalanya pada meja, tidak ingin melihat ataupun mendengar sosialisasi menyebalkan. ia hanya ingin bertemu jisung, jisung, dan jisung.

"lah, kok ada anak shelter promosi kesini?"

minho hanya berdeham tidak peduli dengan perkataan changbin. baru kali ia merasakan sedih hanya karena tidak dapat menemukan seorang pemuda yang baru sekali ia temui di perpustakaan. galau, minho galau sekali.

"permisi, kakak-kakak. minta waktunya sebentar ya. kami dari animal shelter mau promosi," ketua organisasi yang bernama yeji tersebut menjelaskan beberapa hal detail namun singkat. beberapa ada yang mengajukan pertanyaan karena tertarik. dan sisanya hanya tidak acuh.

"adakah yang ingin bergabung?" tanyanya untuk mengakhiri sosialisasi. beberapa murid mengangkat tangan membuat sang ketua memanggil pemuda mungil yang membawa buku di pintu kelas.

"yang bergabung, bisa catat namanya pada han jisung," kata yeji lalu menarik jisung yang tersenyum kikuk ke dalam kelas.

changbin memperhatikan pemuda tersebut. namanya, ciri-ciri yang minho beritahu padanya, sepertinya sesuai. lagi-lagi changbin menepuk pundak minho.

"ho, lo dengerin sosialisasinya gak?"

"males, bin." minho menjawab kelewat lemas, sepertinya galaunya sudah stadium akhir. sekali lagi changbin memperhatikan pemuda yang kini mencatat nama-nama temannya yang bergabung.

"ho, animal shelter buka pendaftaran, yang mau daftar bisa ke han jisung katanya," ujar changbin, namun minho masih belum bereaksi apapun.

"ho, lo denger gue kagak?"

changbin mengulang, minho mendeham.

"gue bilang, yang daftar bisa ke han jisung," changbin berucap penuh penekanan pada dua kata terakhir—hingga minho bangkit dan langsung  ke depan.

"HAN JISUNG—!" teriaknya lumayam kencang hingga para siswa di kelas hening melihat minho baru kali ini berteriak.

pemuda yang namanya disebut menengok, lalu tersenyum. "eh, kak minho?"

minho terdiam di tempat. matanya berbinar senang karena kini ia dapat kembali bertemu sosok yang selama ini ia rindukan. tangan mungilnya, senyumnya, sapaannya, semuanya masih sama seperti pertama kali minho bertemu han jisung. jika saja changbin tidak meneriaki namanya, minho pasti sudah memeluk erat sang pemuda mungil yang kembali sibuk mencatat.

begitu antrean barisannya sudah habis, minho mendekati jisung hingga pemuda itu terlonjak kaget karena minho tersenyum sangat lebar.

"hai kak minho?" jisung kembali menyapanya—membangkitkan desir aneh dalam darahnya. hatinya dibanjiri rasa bahagia karena jisung benar-benar ada di depannya.

jisung menepuk pundaknya, membuyarkan minho dari lamunannya. 

"kamu ngapain disini?" tanyanya membuat jisung menatap bingung.

"lho, kakak gak denger? tadi yeji habis sosialisasi buat shelter. kak minho ke depan mau ikut atau ketemu aku nih?" candanya buat pipi minho terasa terbakar malu. duh, ukenya dia apa jisung sih sebenarnya?

"oh, mau daftar nih. boleh kan?"

"haha, iya masih boleh kok. bentar." jisung kembali membuka bukunya, menuliskan nama minho bahkan sebelum ia berucap. minho menggeleng pelan berusaha terlihat biasa saja. padahal hatinya sudah ingin meledak karena jisung mengingat namanya.

"mentang-mentang udah tau gak ditanyain lagi ya namanya?" 

minho ikut tersenyum kala bibirnya membentuk sabit. "udah hapal tau, kak."

"oiya, masalah shelter nanti bisa ditanyain yeji ya, nomernya—"

"jisung.." panggilannya buat sang pemilik nama menjeda, "iya?"

"minta nomer kamu aja boleh gak?"

jisung terdiam beberapa detik sebelum menuliskan beberapa angka di kertas, lantas memberikannya kepada minho dengan senyuman.

"nih, buat nanya masalah shelter aja, ya?"

minho menerimanya. senyumnya yang lebar kini semakin lebar melihat angka-angka tersebut.

yeji memanggil jisung mengajaknya ke kelas lain untuk sosialisasi, tangannya memberi tanda untuk duluan karena dirinya masih ingin pamitan dengan minho.

"kak minho, balik dulu ya? sampai nanti," ujarnya sembari melambai. minho bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih, namun punggung mungilnya sudah lebih dulu menghilang dari pandangan. 

tidak apalah, yang penting ia sudah dapat nomer whatsapp han jisung.

minho kembali ke bangkunya dengan wajah sumringah, tidak berhenti menatap secarik kertas berisi angka seperti melihat sebatang emas—membuat changbin di sebelahnya kembali takut jika minho kerasukan.

"ho, lo gapapa kan?" tangannya menepuk bahu minho. 

"gapapa kok, bin. gue cuma kesenengan akhirnya dapet nomer si dia. ya tuhan, akhirnya bisa tidur dengan tenang dan chat dia," katanya lalu memeluk kertas itu erat-erat.

changbin menatap minho geli sambil menggeleng beberapa kali, "dasar orang kasmaran, bucin bener dah, lee minho." 



• • •

— to be continue



one only - minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang