Rian itu hobi makan. Makan apa saja dia lahap. Biar begitu dia tetap menjaga tubuhnya. Ia tetap rajin berolahraga. Maka dari itu tubuhnya tidak gemuk, tidak juga kurus melainkan semok; berisi di tempat tertentu dengan porsi yang pas.
Kata temannya, Rian itu pemakan segalanya. Omnivora. Dalam konotasi yang positif. Rian tidak ada alergi ataupun pantangan dalam makanan. Itulah kenapa mulutnya dengan gampangnya melahap berbagai macam makanan.
Dari sayuran sampai daging, mau pedas ataupun tidak, Rian akan makan semuanya. Itulah penyebab pipinya lebih tembam dari teman-temannya.
Bukan hanya makanan utama, cemilan pun tidak dilewatkan oleh Rian. Bahkan, permen kapas pun Rian suka. Benar-benar definisi sesungguhnya dari penyuka segala makanan.
Namun, sayangnya, Rian jomlo. Atau bahasa halusnya tidak punya pacar. Bukannya tidak ada yang mau memacari Rian, sangat banyak malah. Dari yang seumuran dengannya sampai pria dewasa yang secara tidak langsung berpapasan dengannya dan tiba-tiba saja mengutarakan ketertarikannya. Namun, selalu Rian tolak.
Rian itu punya magnet tersendiri. Beberapa orang yang naksir padanya mengakui itu. Mereka bilang, Rian itu manis walau lebih banyak diamnya. Rian juga punya senyuman yang sangat manis dan cerah. Ketika ia tersenyum, matanya akan ikut tersenyum dan itu lebih dari cukup untuk memikat hati siapapun yang melihatnya. Belum lagi dengan kulitnya yang putih mulus, glowing katanya. Semakin menambah poin plus dirinya.
Bukannya pemilih, Rian hanya punya satu impian tentang pacarnya kelak.
Yaitu, Rian ingin punya pacar seorang chef. Orang yang bisa masak dengan begitu lihainya. Mau itu perempuan ataupun laki-laki, Rian tidak masalah asalkan orang itu pandai memasak. Dan pastinya, mau memasakkan dia apa pun.
Pria idamannya sampai saat ini adalah Chef Juna. Bukan saja ganteng, seksi dan berkarisma, tetapi pria itu sangat pintar dalam memasak. Dan Rian ingin punya pacar seperti itu.
Jika bisa, sih, Chef Juna saja yang jadi pacarnya. Sayangnya, keinginannya itu terlalu mustahil. Dan karena impian konyolnya (kata teman-temannya) ini, Rian jadi susah mendapatkan pacar.
Zaman sekarang, rata-rata orang mencari pacar yang setia. Rian juga mencantumkan poin tersebut di tipe idealnya, tetapi yang lebih utama adalah pintar memasak. Teman-temannya sudah lelah mencomblanginya. Bahkan saking desperate-nya, Kevin, salah satu teman dekatnya, menyuruhnya berpacaran dengan abang tukang baso atau tukang nasi goreng atau pecel lele. Toh, abang-abang itu pintar memasak, kan?
Rian yang kala itu disuruh seperti itu hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Bukan seperti itu yang dia maksud! Pokoknya yang seperti Chef Juna!
Pintar memasak, tampan, seksi dan berkarisma. Titik.
Pernah satu kali, Rian dan teman-temannya makan di salah satu restoran di mal daerah Jakarta Selatan. Satu kebiasaan Rian adalah selalu memperhatikan chef-nya. Walau terkadang yang bisa dia lihat itu terbatas, karena, hey, dapur dari sebuah restoran itu termasuk tempat rahasia. Namun, dari celah kecil itu netra hitam Rian dapat menangkap sesosok lelaki yang tampak cekatan dalam memasak. Dan Rian begitu terpesona.
Sayangnya, itu tidak berjalan lancar. Karena Rian tidak pernah melihat sosok itu lagi walaupun ia berkunjung lagi dan lagi ke restoran itu. Teman-temannya hanya menggeleng pasrah dengan kelakuan Rian.
Seminggu berlalu, Rian terpaksa mengikuti ajakan teman-temannya untuk makan malam di sebuah restoran baru di daerah Kemang. Katanya, restoran itu bagus. Punya suasana yang cozy dan kekinian. Lumayan buat foto-foto dan pamer di Instakilogram.
Awalnya Rian begitu pasif, walau tetap saja ia memesan banyak makanan. Sampai ekor matanya menangkap sesosok laki-laki yang berpakaian putih dengan kancing hitam dua baris di tengah pakaiannya dan sebuah topi khas chef bertengger di kepala berambut hitam itu, Rian seperti tersengat aliran listrik beribu volt. Ia jadi merasa tidak menyesal sudah datang ke sini.
Bola matanya terus menatap lelaki itu yang Rian yakini jika ia adalah seorang chef. Matanya memindai perawakan lelaki itu. Tubuhnya terlihat kurus tapi tampak proporsional dengan tinggi badannya yang Rian rasa lebih tinggi darinya. Dadanya terlihat bidang dibalut pakaian khasnya itu. Kulitnya cokelat terang, terlihat manis. Rambut hitam dengan potongan pendek, memperlihatkan tengkuknya dengan leluasa. Dan laki-laki itu mempunyai senyum yang sangat manis. Rian terkesiap begitu melihat senyuman itu yang tertuju pada pasangan di sana. Senyumnya sangat manis, juga cerah. Senyum yang menular. Dan Rian, penasaran dengan suara lelaki itu. Apakah akan seseksi Chef Juna sang idamannya?
Seolah malam itu adalah malam keberuntungan Rian, lelaki itulah yang mengantarkan makanan ke meja mereka.
Rian tidak bisa menutupi kekagumannya melihat lelaki itu sedekat ini. Bagaimana dia menyusun dengan apik makanan tersebut di meja persegi mereka. Begitu sensual sekaligus sopan.
Dan belum cukup itu semua membuat Rian terpesona, begitu mulut sang chef terbuka dan mengeluarkan suaranya, perut Rian terasa tergelitik oleh ribuan kupu-kupu. Suaranya sangat seksi. Tidak se-husky Chef Juna memang, tetapi suaranya menimbulkan efek tersendiri bagi Rian.
Malam itu, Rian jatuh. Jatuh pada pesona sang chef entah bernama siapa.
Dan Rian, berkeinginan kuat untuk mendapatkan lelaki itu sebagai pacarnya. Bagaimana pun caranya, ia akan berusaha mendekatinya.
Tunggu saja!
•
•
•Note:
Terinspirasi dari Webtoon berjudul JOYful Delight.Book baru! hahaha
Aku gak kuat nahan diri buat gak publish. Idenya terus muter-muter di otakku yang cuma se-Mb ini. Kalau gak dilepas bikin pusing, bikin gak fokus jalanin hari (yailah). Ayo di baca, vote dan komen, biar semakin semangat nulisnya 😋Hehehe thanks 💜
Matchacaa© 2020
[0205]