Rian terkekeh pelan.
Mood-nya hari ini sedang sangat bagus. Ujian prakteknya mendapatkan nilai sempurna. Di kelasnya hanya ia yang dapat nilai sempurna. Dosen dan teman-temannya memujinya. Ia tersenyum bangga. Tentu saja, jangan panggil dirinya Rian jika tidak bisa mendapatkan nilai sempurna di ujian praktek.
Sombong. Memang. Perihal akademik Rian selalu berada di atas teman-temannya. Itulah kenapa ia mendapatkan beasiswa penuh dari kampusnya.
Dan seolah menyempurnakan harinya, chef Fajar siang ini terlihat sangat-sangat-sangat tampan!
Rian mau meleleh melihatnya.
"Itu tolong mulutnya ditutup, Yan. Jangan ngiler!" sahut Kevin.
Rian terkesiap lalu menyeka mulutnya yang tidak ada air liurnya. Sial! Dia ditipu temannya.
Rian menatap sinis Kevin. "Bilang aja iri, gak bisa punya pacar chef ganteng kaya pacarnya aku!" balas Rian sinis.
"Idih, ngapain? Kan gue punya kokoh Marcus! Dia gak perlu masak juga tetep bisa ngasih gue makanan enak."
Rian mencibir. Masa bodoh dengan eksistensi temannya yang ikut makan siang menjelang sore bersamanya, ia kembali memperhatikan chef gantengnya yang sedang sibuk memasak.
Tidak apa kok Rian dicueki, asal ia masih bisa melihat chef gantengnya dalam pandangannya. Setiap hari begini juga tidak masalah. Ia malah betah menyaksikan chef Fajar yang berkeringat karena panasnya api yang mencium bokong penggorengan.
Sekadar info, chef gantengnya seksi sekali ketika tangannya menyingsing lengan bajunya sampai siku atau ketika ia mengusap peluhnya di pelipis dengan sapu tangan atau ketika tangannya bergerak cepat memotong bahan makanan. Rian jadi bingung sendiri. Ia antara takjub dan ingin menempel pada tubuh kekasih barunya itu.
Sedang asik memuja chef gantengnya yang sudah menjadi pacarnya, Rian terkesiap ketika mereka satu pandangan. Tidak mengalihkan pandangan, alih-alih Rian melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. Tidak lupa mulutnya berucap, "Hai Mas chef gantengnya aku." yang dibalas dengan gelengan kepala dari Fajar.
Temannya yang satu meja dengan Rian, Kevin dan Anthony, jadi speechless. Mereka tahu kelakuan ajaib Rian jika bersangkutan dengan makanan enak atau chef ganteng, tetapi melihat secara langsung aksinya yang luar biasa aneh tetap menimbulkan efek tersendiri bagi mereka.
Anthony sudah menggelengkan kepalanya sambil menghela napas pasrah. Kevin menepuk jidatnya yang tidak bersalah hingga memerah.
"Temen lo ... beneran deh bikin malu aja," sahut Kevin pada Anthony.
Anthony mendelik. "Bukannya sahabat lo, Pin?"
Telinga Rian sebenarnya mendengar ucapan menghina temannya tetapi ia tak acuh. Chef gantengnya lebih penting saat ini daripada meladeni temannya yang sering kali menghinanya.
Biarkan saja, yang penting chef Fajar hari ini ganteng! batin Rian.
•••
Rian yang tadi sedang menyangga dagunya, kini duduk tegap.
Bola matanya berbinar ketika chef Fajar keluar dari dapur dan mengambil nampan berisi makanan yang mereka pesan. Dalam hati Rian sudah bersorak senang, karena lagi-lagi yang mengantarnya adalah pacarnya alias chef gantengnya!
"Selamat siang semuanya, pesanan kalian sudah siap. Selamat menikmati," ujar Fajar sambil menata piring berisi makanan lezat di atas meja.
Jika Anthony dan Kevin memperhatikan piring makanan mereka, yang berisi spageti dan nasi goreng seafood, lain hal dengan Rian yang menatap lekat kekasihnya itu.