Main Course : Nasi Liwet

416 57 49
                                    


Hari sabtu adalah hari yang sempurna untuk menghabiskan waktu bersama kekasih. Begitu pun Rian. Sesuai janji dari sang pacar, chef gantengnya, siang ini mereka sudah berada di salah satu mal ternama di daerah Jakarta Pusat.

Setengah jam lalu, Fajar menjemput Rian ke rumahnya. Bukan main senangnya Rian ketika melihat pacarnya itu dalam balutan kasual. Masih tampak tampan dan mempesona walau pun tidak menggunakan pakaian khas kokinya.

Sesuai janji Fajar, ia membiarkan Rian memimpin kencan mereka siang ini.

Rian tentu saja sangat antusias. Ia sudah menunggu sejak kemarin. Dan ketika mereka keluar dari mobil Fajar, Rian sudah berani menggandeng tangan Fajar. Mereka berjalan bersisian selama memutari mal.

"Chef ganteng, mau nonton apa?" tanya Rian sembari menoleh lucu pada Fajar.

Fajar mengangkat bahunya. "Terserah Rian. Ada film apa?"

"Aku tidak tahu. Ayo ke bioskop dulu," ajaknya lalu semakin semangat menarik lengan Fajar.

Ketika sampai di bioskop, netra Rian terpaku pada layar yang menampilkan beberapa judul film yang sedang tayang.

"Hm, Midsommar?"

"Rian suka film horor?"

"Eh? Itu film horor, chef?"

Fajar mengangguk.

"Tapi gambarnya orang lagi gandengan gitu. Emang horor, ya? Chef udah nonton?"

"Belum, tapi udah liat trailernya. Berani?"

Rian mengerucutkan bibirnya. Kedua matanya menyipit menatap Fajar sinis. "Chef meragukan aku? Ya, berani lah!"

Fajar hanya menggelengkan kepalanya melihat respon Rian yang kekanakkan. Setelah mendapatkan tiket dan popcorn besar beserta dua cola, mereka masuk ke dalam teater setelah dipersilakan.

Faktanya, Rian memang tidak takut pada film horor. Sebut saja beberapa makhluk halus dari pribumi seperti pocong, kuntilanak, genderuwo atau pun sundel bolong. Rian sama sekali tidak takut.

Namun, ketika sudah berada di dalam teater yang gelap dengan suara yang terdengar mencekam, tetap saja membuat Rian ikut hanyut dalam suasana menegangkan. Ia duduk dengan sangat tegap, tangan yang saling bertautan dan mata yang awas. Beberapa kali ada suara terkesiap yang keluar dari tenggorokan Rian.

Rian deg-degan parah, tetapi sampai akhir film ia tidak mengerti kenapa disebut film horor. Karena itu sama sekali tidak menyeramkan. Hanya menegangkan saja. Rian jadi kesal sendiri menontonnya.

"Chef gantengnya aku, kok filmnya aneh, ya?" tanya Rian ketika mereka sudah keluar bioskop dan sedang berjalan di koridor lantai mal.

"Gak puas, ya?"

"Hm, kaya ada yang kurang gitu. Menurut chef gimana?"

"Karena emang banyak yang disensor. Kamu harus liat yang uncensored, Rian."

"Eh? Gitu? Di mana, chef?"

"Nanti saya carikan."

Rian memberengut. "Tahu gitu mending gak usah nonton di bioskop, kan rugi jadinya," dumel Rian.

Fajar hanya terkekeh pelan. Ia mengacak rambut hitam Rian gemas yang dibalas rengekan manja Rian karena sudah mengacaukan rambutnya yang sudah susah payah ia pakaikan pomade.

"Mau makan apa?" tanya Fajar mengalihkan atensi Rian.

Ditanya seperti itu, bola mata Rian berbinar. "Gak mau makan di sini. Chef masakin aku, ya?" pinta Rian dengan tatapan memelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DELICIOUS [F/R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang