1:friend

309 33 0
                                    

"Aku mau jadi Princess Jasmine!"

"Tapi aku tidak mau jadi Alladin!"

Aku hanya mendelik sewot, lalu cemberut dan merajuk seharian.

---

"Coba Jasmine, katakan apa cita-citamu?" tanya Mom saat usiaku baru sepuluh tahun.

"Aku mau jadi istrinya Tristan." balasku sambil tersenyum manis, membuat Mom dan Dad menatap tajam ke arahku. "Membuatkan sarapan, menyiapkan air hangat setelah pulang kerja, menemani nonton tv dan menghabiskan akhir pekan bersama."

Mom terkekeh, tapi Dad menatapku garang. Tristan yang ikut makan bersama kami hanya menjulurkan lidahnya mengolok-olokku.

"Wlee... Tapi aku tidak mau!"

---

Minggu pagi yang cerah.

Aku mematut diri di cermin, mengenakan dress bunga-bunga selutut, slip on dan floppy hat cokelat. Rambut cokelatku ku sisir rapi dan tak lupa menyemprotkan parfum rambut.

Hari ini aku akan pergi dengan pacarku, Tyler. Kami sudah berpacaran empat bulan dan karena sama-sama sibuk dengan urusan sekolah, kami hanya bisa menghabiskan waktu di akhir pekan.

Dari jendela kamarku yang mengarah ke depan, ke jendela lantai dua rumah Tristan, dapat kulihat ia sedang merapikan rambutnya dan mengoles sesuatu. Mungkin minyak nyongnyong? Ah, tidak, pasti itu pomade.

Tristan yang menyadariku menatapnya, berhenti dan tersenyum.

Aku membalas senyumnya. Ah, Tristan memang tampan dan keren. Tapi karena ia sahabat terbaikku, maka jelaslah posisinya takkan bisa lebih.

"Sudah, jangan dandan mulu! Aku takut Tyler pingsan!" teriak Tristan tak tahu malu. "Cepat ya, aku tunggu di bawah."

Hell, apa hubungannya coba antara dandan dan Tyler pingsan?

Dan aku akhirnya menurut. Menyudahi acara berdandanku dan melompat melewati anak tangga. Sebenarnya ini bukan hanya kencanku dengan Tyler, tapi juga Tristan dengan pacarnya, Nora. Double date.

Aku menutup pagar dan berlari ke arah Tristan yang rumahnya di seberang jalan rumahku. Memeluknya dan mendongakkan wajahku menatapnya.

Tristan wangi. Ia juga tampan. Aku jadi suka berlama-lama memeluknya. Tapi biasanya Tristan akan risih dan segera memukul kepalaku ringan. "Jangan peluk-peluk, nanti ada yang salah sangka!"

Orang-orang sekitar rumah sering mengira kami pasangan kekasih hanya karena kami sering jalan berdua, Tristan sering main ke rumahku, bahkan Mom sangat sayang ke Tristan daripada aku sendiri. Mereka tidak tahu kalau sebenarnya kami telah memiliki tambatan hati masing-masing. Tristan dan Nora sudah berpacaran hampir empat bulan, seminggu setelah Tyler dan aku.

Tapi hari ini Tristan tidak berkata apa-apa saat kupeluk. Ia balas menatapku dan merangkulku erat.

"Eh, eh, jangan begitu. Nanti orang salah sangka!" seruku sambil berusaha memukul kepala Tristan. Tapi aku terlalu pendek untuk Tristan, jadi hanya lehernya saja yang terkena sabetan tanganku.

FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang