AURIS

92 12 14
                                    

Perempuan dengan rambut di urai sepunggung dan jepit merah di pinggir poni nya itu sedang berada di depan gerbang sekolah. Minggu ke 2 bersekolah di SMA Bina Bangsa, membuat gadis kelas X itu mulai aktif di bidang organisai-organisai di sekolahnya. Oleh karena alasan itu lah perempuan berparas manis dan cantik ini pulang terlambat bahkan siswa-siswi pun sudah tidak ada di sekolah.

Cukup di rasa nya sepi , perempuan itu mulai menyebrangi jalan raya dengan langkah kaki yang di percepat, tetapi tiba-tiba dari arah samping terdengar motor yang melaju dengan cepat. Perempuan itu menghindar secepat mungkin, tetapi nasib buruk menimpanya, punggung dan kaki belakang nya terserempet, membuat perempuan itu jatuh di atas aspal hitam sedangkan yang menabrak nya hanya berhenti sebentar dan kembali melajukan motornya dengan cepat.

"Aduh, sakit." ringis Auris sambil memegangi kaki nya yang lebam, dan berdarah. Perempuan itu menengok ke arah kiri dan kanan tidak ada satu pun kendaraan dan orang yang melewat, untuk di mintai bantuan.

"Ish, lutut juga kena lagi"

Tak berapa lama. Sebuah motor yang akan melintas mendadak berhenti. Membuat Auris mengangkat kepalanya, tapi tak lama kembali tertunduk karena sakit di kaki dan punggungnya. Si pemilik motor turun dan menghampiri perempuan yang sedang meringis ke sakitan itu.

"Lo, kenapa?" Auris mengangkat pandang dan bertemu dengan mata cowok yang menggunakan helm full face hitam itu. "Kena tabrak lari?"

Auris kembali menunduk, dan mengangguk.
"Iya" jawabnya lirih.

"Ayo gue bantu, kita duduk di halte dulu."

Cowok itu membantu Auris berdiri, dan memapah nya untuk sampai di halte yang berada di depan mereka.
"Hati-hati." Auris duduk secara perlahan dan di bantu cowok itu.

"Lo, senderan aja biar rileks."

"Punggung gue juga kena, jadi kalo senderan sakit." Ujar Auris.

"Tunggu di sini, gue parkirin dulu motor gue, terus beli obat."
Auris hanya mengangguk, tanpa melihat ke arah cowok itu.

Setelah selesai memarkiran motor besar nya yang tadi berada di jalan raya kini motor itu berada warung yang letaknya pinggir gerbang sekolah. Sekalian juga cowok itu membeli kapas, obat merah, dan air putih. Semua gerak-gerik nya tidak pernah lepas dari mata Auris. Saat cowok itu akan menyebrang kembali ke halte, dengan segera Auris mengalihkan pandangan ke arah lain.

Cowok yang dengan masih menggunakan helm full face nya itu berjongkok di depan kaki Auris.

"Eh, eh mau ngapain?" Tanya Auris panik.

"Ngobatin." Jawab nya datar

"Jangan ngintip!" Bentak Auris.

"Gak tertarik." Jawabnya

Setelah mendengar jawaban dari cowok itu, Auris mendelik, Ya walaupun memang badan Auris kurus, tapi tak seharusnha cowok itu mengatainya kan.Selesai pada bagian kaki nya, kini cowok itu mengobati bagian lengan Auris.

"Aw, sakit pelan-pelan." ringis Auris saat cowok itu mengoleskan obat merah di siku tangan nya.

"Udah beres." Ucap cowok itu, tapi tidak terdengar jelas oleh Auris karena suaranya kini pelan di tambah helm nya yang belum di buka.

"Bisa buka helm lo? Gak kedengeran lo ngomong apa" kata Auris sambil memperhatikan nya.

Cowok itu membuka helm nya, dan mengacak-acak rambut nya, membuat Auris yang melihat itu memandang nya tanpa berkedip. Demi apa! Auris tidak percaya cowok yang ada di hadapanya menolong Auris, Tampan bukan main! Alis tebal, hidung yang mancung, mata sayu, bibir tebal pink, dan jangan lupakan kulit putih yang cowok ini miliki.

"Udah puas mandangin gue?" Ucapnya, menyadarkan Auris dari lamunan indah sesaat itu. Dengan segera Auris mengalihkan pandangan dan salah tingkah di tempatnya.

"Mana ada" elak Auris

"Nama lo siapa?" Tanya nya.

"Nama gue Auris" Kata Auris sambil memperhatikan nya kembali.

"Lo?" Tanya Auris balik.

"Renal" Jawab nya singkat.

"Kenapa bisa ke serempet?" Tanya nya lagi.

"Gue gak bisa nyebrang, tapi tadi gue yakin kok jalanan sepi" ucap Auris

"Terus kenapa pulang sore?"
Cowok di hadapanya ini terus bertanya seperti wartawan tapi dengan senang hati Auris menjawabnya.

"Ikut eskul dulu"

"Lo sendiri, kenapa pulang sore?" Kini giliran Auris yang bertanya.

"Sama" jawab nya singkat.

Auris mengernyitkan dahinya bingung, apanya yang sama?

"Udah mau malem, lo gue anterin pulang" Tanpa menunggu persetujuan Auris, cowok itu menggunakan helm full face nya dan berjalan untuk mengambil motor besar berwarna hitam nya.

Saat yang bersamaan, jemputan Auris datang.

"Maaf non, jemputnya lama tadi ada yang kecelakaan" Ucap pak ujang, supir pribadi di keluarga nya.

"Gak papa pak, sekarang bantuin Auris berdiri ya" Ucap Auris.

"Aduh non kenapa, kok bisa kayak gini?" Tanya pak ujang khawatir.

"Nanti Auris ceritain, tunggu dulu pak" Ucap Auris saat akan masuk ke dalam mobil.

"RENAL! GUE UDAH DI JEMPUT, LO PULANG AJA!" teriak Auris, saat melihat Renal akan memanaskan motornya.

Sedangkan Renal, hanya mengacungkan jempolnya. Dan Auris segera masuk ke dalam mobil di bantu oleh Pak Ujang.

"Yang tadi yang nyerempet non?" Tanya Pak Ujang saat sudah berada di dalam mobil.

"Bukan pak, yang tadi yang nolongin Auris" Jawab Auris. Dan di jawab anggukan oleh pak Ujang.
Saat tersadar dengan satu hal Auris langsung menepuk jidatnya.

"Lupa bilang makasih lagi." Gumam Auris.

AURISSYAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang