Remembering

50 4 2
                                    

       Aurissyahra Lionar Fatricia.
Berambut panjang dengan warna hitam pekat,mungil dan manis. Yang baru saja masuk ke sekolah SMA Bina Bangsa, tetapi kini harus terbaring lemah, karena insiden tabrak lari 2 hari kemarin. Ada yang mengganjal pikiran nya 2 hari belakangan ini, cowok yang menolong Auris tempo hari, dan belum sempat Auris mengucapkan terima kasih.

     "Huft" helaan nafas yang ke sekian kalinya, Auris bosan. Saat Auris pulang 2 hari yang lalu bersama Pak Ujang, Mama Auris panik dan langsung menelpon dokter, dokter bilang punggung Auris terkena luka dalam kecil, sedangkan kaki dan tangan nya babak belur, butuh waktu beberapa hari untuk memulihkan luka-luka di tubuh Auris.

BRUK!

    Suara gebrakan pintu kamar Auis membuat perempuan yang akan tidur, langsung terlonjak kaget. Saat melihat ke arah pintu siapa yang datang Auris mendengus sebal. Perempuan yang masih dengan seragam putih abu nya.

    "AURIS LO GAK PAPA?! BILANG SAMA GUE RIS, SIAPA YANG TEGA NGELAKUIN INI SAMA LO?!" Heboh perempuan yang kini sibuk menggoyangkan tubuh Auris, dan meneliti semua, mulai dari muka, tangan dan kaki.

   "Gue gak papa." jawab Auris. Perempuan itu menyipitkan mata nya dan naik ke atas kasur.
     
   "Lah iya, lo gak papa, muka, tangan sama kaki mulus mulus aja." perempuan itu terheran-heran melihat tangan dan kaki Auris tidak ada luka sedikit pun.

     "Mama ngasih obat salep ke gue, kata nya bisa cepet ngilangin bekas luka." Ratna. Mama Auris berpesan agar Auris selalu memakai salep itu.

     "Bagus deh, kan gak lucu cewek cantik ada pelor nya" setelah mengatakan nya perempuan itu terkekeh geli.

    "Ngaku juga lo kalo gue cantik" Auris menaik turun kan alis nya, dan di balas delikan andalan nya.

    "Cantikan juga gue" Katanya, Perempuan itu mengambil apel yang ada di nakas Auris dan memakan nya tanpa izin.
         

    Vanessa Adistia, teman Auris sering di panggil Eca. Sedikit tinggi dari Auris, rambut sebahu, dan kulit kuning langsat . Sahabat Auris sedari SMP yang selalu satu kelas denganya, bahkan hingga SMA mereka tetap satu kelas. Bukan murni dari hasil pembagian guru, tetapi ayah nya Eca lah yang meminta agar guru menyatu kelas kan dua sahabat ini. Sebenarnya Auris tidak masalah jika tidak satu kelas dengan Eca, mereka masih tetap bisa bersama, Eca nya saja yang merengek kepada ayah untuk tetap menyatu kelas kan mereka berdua.

    Eca mengambil laptop Auris, dan di letakan di ujung tempat tidur. Perempuan itu memilih-milih film drakor yang ada di lapton Auris.

    "Ris nonton yang ini" Eca memposisikan badan nya bersiap untuk nonton.

     "Gue udah nonton" Jawab Auris, dan meminum jus jeruk.

   "Besok lo sekolah kan?" Tanya Eca.
Di balas gumaman Auris.

   "Ca" panggil Auris.
      
  "IDIH DASAR MAK LAMPIR, GILA LO!" Teriak Eca, dan memposisikan untuk duduk di sebelah Auris.

   "Lo, ngatain gue mak lampir ca?" tanya Auris menatap Eca.

    "Hah?" Eca menatap ke arah Auris.

   "Bukan lo ris, bukan, itu emak nya si soo bin galak banget sama anak" Ucap Eca sambil menunjuk-nunjuk layar laptop.

   "Yeee lo dasar!" sebal Auris di balas cengiran dari Eca.

    "Ca, gue mau nanya" Eca menatap Auris sebentar dan kembali fokus pada layar laptop.

    "Nanya aja, semua bisa di jawab oleh Vanessa Adistia yang cantik ini" memang maklumi saja, Eca ini mempunyai tingkat percaya diri dari batas normal seharus nya.

AURISSYAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang