MAKASIH

36 4 0
                                    

       SMA BINA BANGSA

  Tulisan itu kini sedang di tatap perempuan yang baru saja sembuh dan beristirahat di rumah. Rambut yang di kucir kuda,dan jepit kuning dua di pinggir poni. Perempuan itu melangkah masuk dan sesekali tersenyum pada siswa-siswi yang menanyai kabar nya, kenapa bisa tersebar kabar dirinya terserempet? Jawaban nya Eca. Di setiap sosial media, Eca mengupload foto yang bersama Auris, dan caption yang sangat di lebih-lebihkan, tentu saja itu mengundang pertanyaan dari orang-orang dan dengan senang hati pasti Eca menjawab nya.

   Saat ingin melewati parkiran, Auris berhenti sebentar dan memperhatikan sekeliling, mencari motor besar hijau milik seseorang. Cowok yang Auris rindukan selama 3 hari belakangan ini, tapi mungkin cowok itu tidak sama sekali merindukan Auris. Tidak berapa lama, suara derungan motor yang sangat Auris kenal baru saja memasuki gerbang sekolah, dengan segera Auris menghampiri cowok itu.

   "KAK DAREN!" Auris berteriak sambil berlari kecil ke arah cowok yang baru saja turun dari motor nya.

     "Selamat pagi Kak Daren"senyum Auris melebar, melihat cowok yang sedang membenarkan tas hitam di bahu kanan nya tanpa sedikit pun melihat Auris.

   "Minggir" ucap nya sambil mendorong pelan bahu Auris.

   Cowok yang di sebut nama nya Daren itu melangkah meninggal kan Auris, dan Auris berlari kecil mengejar Daren di belakang untuk menyamakan langkah kaki Daren yang besar.

   "Kak Daren gak kangen Auris? Auris baru masuk sekolah,Kak Daren gak mau nanyain kabar Auris? nanti siang mau ke kantin bareng? Atau nanti pulang sekolah mau pulang bareng? Auris mau mau aja kalo sama Kak Dar-"

   Daren membalikan badan nya membuat Auris menabrak dada bidang cowok itu, Daren mendorong pelan kening Auris dengan satu telunjuk tangan nya, Auris mendongak menatap Daren yang badan nya sangat tinggi dari Auris, perempuan itu tersenyum sangat manis sedangkan Daren menatap nya dingin.

   "Dengerin gue" Ucap Daren dingin, Auris mengangguk polos, seperti anak yang siap mendengarkan dongeng dari Ayah nya.

   "Gue gak kangen lo, gak mau nanyain kabar lo, gak mau ke kantin bareng lo dan gak mau pulang bareng sama lo, gue gak mau hal apapun yang bersangkutan sama lo" Ucap Daren berkata pelan tapi menusuk.

   Senyum yang sejak tadi mengembang di bibir tipis Auris, kini pudar setelah mendengar ucapan cowok di hadapan nya, tapi tidak lama Auris kembali tersenyum walau tipis dan menghela nafas lalu menatap Daren.

   "Kenapa Kak Daren selalu bilang enggak sama Auris? Kenapa gak pernah sekali pun Kak Daren bilang iya?" Ucap Auris lembut, tanpa menghilangkan senyum nya sedikit pun.

   "Kalo lo bilang bakal jauhin gue, baru gue jawab iya"

   Sedari tadi ada yang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan datar.

   "Pergi dari hadapan gue" kata cowok itu

   "Gak mau" jawab perempuan itu.

   "Emang ya lo dasar nya gak tau malu!" bentak cowok itu.

   Cowok yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua keluar dari tempatnya untuk menghampiri mereka berdua, cowok itu memegang pergelangan tangan Auris dan menatap tajam ke arah Daren.

   Auris menatap pergelangan tangan nya, dan melihat ke cowok itu.

   "Lo?" Cowok itu menatap Auris sebentar dan kembali menatap Daren.

   "Jangan jadi banci karena bentak cewek" Cowok itu menarik pergelangan tangan Auris untuk segera pergi dari hadapan Daren.

   "Siapa yang lo bilang banci?" Ucap Daren, berhasil menghentikan langkah cowok itu yang masih memegang pergelangan tangan Auris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AURISSYAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang