Mereka semua maju dengan cara berlari. Ketika diam-diam mengintip, mereka sudah jauh tak terlihat.
Kadang iri, diri masih berjalan tertatih-tatih merapikan jiwa yang rusak. Berharap masih bisa sembuh sepenuhnya, walaupun itu seperti harapan kosong. Sayang sungguh sayang.
Tapi dilain sisi, meski begitu tertinggal jauh, diri masih tak ingin menyerah dan terus berjalan. Kadang kesepian, ah akhirnya aku sendirian juga pada akhirnya. Kadang menangis, ah akhirnya aku kehilangan juga pada akhirnya. Kadang-kadang juga berhenti, entah sekedar beristirahat atau benar-benar ingin berhenti dan menyerah.
Berbaring seperti tiada daya lagi. Konfliknya hanya tarik ulur antara lelah dan tak bisa berhenti.
Dampaknya pada jiwa yang meringis. Bumbunya segala hal yang pernah terjadi dan menjadi taraumatik tersendiri tanpa orang lain ketahui sedikitpun.
Sendiri itu tidak menyenangkan, tapi juga tidak bisa mengharapkan orang lain untuk meminta mereka berjalan bersama.
.
.
.
Guys, bagaimanapun jauh mereka berjalan, sudah sejauh mana mereka berprogress, gue harap, kita semua tetap bisa terus berusaha juga tanpa lagi ada rasa membandingkan diri dengan orang lain.Yahh itu emg dibutuhin sih, kadang-kadang. Dengan harpaan dan tujuan yang jelas, seperti 'yah, aku akan seperti dia, aku akan bekerja keras seperti dia'. Bukan membandingkan yang seperti 'dia mah pinter aku enggak' bla bla dan bla.
Yuk, semangat!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Weary Soul
Short StoryAku ingin pergi jauh agar dapat merasakan rindu. . Ini cuman sepenggal fakta dan curahan hati yang membawaku pada depresi. . Ini semua adalah kisah author, bukan kisah imajinasi :') . Semoga kalian gak kayak gue, ya.