Semakin hari, kusadari kekuranganku. Dan kekurangan terbesarku adalah, ketika aku memiliki mulut normal yang dapat berbicara, tapi tak pernah ingin berbicara kepada keluarga sendiri.
Kusadari, tak akan ku dapati surga. Perjuangan hijrahku, dapat berarti sia-sia.
Entah apa yang salah, diri dan hati ini tak mengerti. Aku hanya benci, ketika ketidak Adilan membunuhku dalam kata. Ini tidak adil, aku benci, benci dan benci. Mulutku tak ingin terbuka untuk berbicara. Sekedar berbincang bincang tentang hari ini, aku tak bisa.
Sebenarnya, aku kecewa teramat kecewa. Aku benci, aku iri, aku cemburu. Aku tak ingin seperti ini, tapi ini yang kudapat.
"Sedikit demi sedikit
Lama-lama menjadi bukit"Seperti itulah rasa sakitnya.
Terkadang, air mata datang berbicara dalam gelap. Bertanya diantara isakan , 'mengapa?' 'mengapa aku?'
Apa yang salah ?
Ternyata, mungkin ini salahku. Terlalu menuntut keadilan ditengah ekonomi yang kurang.
Tapi, bukan sepenuhnya salahku.
'kenapa hanya aku yang terlupakan? Kenapa?'Aku ingin pergi jauh.
Agar dapat merasakan rindu.Aku ingin hidup lagi. Tidak dalam kepura-puraan di balik topeng yang menyedihkan.
'kau tak mengizinkanku pergi. Tapi kau menggores luka disini'
Hatiku kenapa-napa. Tidak kah kau sadar?
Aku menghindar setiap kali disentuh. Bahkan sekedar elusan di kepala aku tak ingin.
Tidak. Bukan aku tak ingin. Tapi ini gerak refleks sebuah penolakan. Aku ingin, tak tubuhku enggan.
Aku benci. Tapi ini kenyataannya.
Semuanya terlalu lama. Ketika hatiku rusak parah. Bahkan tak ada yang menyadari.
Aku takut semakin rusak. Kenyataannya memang sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weary Soul
Short StoryAku ingin pergi jauh agar dapat merasakan rindu. . Ini cuman sepenggal fakta dan curahan hati yang membawaku pada depresi. . Ini semua adalah kisah author, bukan kisah imajinasi :') . Semoga kalian gak kayak gue, ya.