Sakamaki 2

194 11 2
                                    

Gadis bermarga Haruno itu terdiam di tempat duduknya, meskipun sofanya nyaman tapi tidak dengan perasaannya yang kalut sekarang, matanya melirik ke arah lain untuk menghindari tatapan tajam dari orang-orang di sekitarnya. Dengan gugup dia memilin ujung bajunya untuk mengurangi rasa gugupnya sekarang meski tidak ada efeknya sekali pun.

Setelah kejadian dia memukul pipi Laito sampai memar, dia segera di seret oleh Ayato (yang kebetulan melihat kejadian dimana Putri menabrak Laito sehingga keduanya jatuh dari tangga, dan Putri yang memukul pipi Laito) dengan kasar ke ruang tamu setelah memanggil para saudaranya untuk datang.

"kenapa tadi kau berusaha kabur? bukankah kau sudah tahu kalau kau tidak akan bisa kabur dari sini?" Reiji menatap dingin Putri yang duduk berseberangan dengan dirinya.

Putri mengernyitkan alisnya, berpikir sejak kapan Reiji berkata tidak bisa kabur dari sini?

"Tentu saja, aku mau kabur. Aku bahkan tidak mengenal kalian. Aku datang kesini hanya untuk berteduh sementara sambil menunggu hujan reda, apa salahnya hanya berteduh sebentar?" ucap gadis itu dengan pandangan heran.

"Tentu saja kau melakukan langkah yang salah, kau tidak tahu sedang berteduh di rumah siapa, hah!" kata Ayato dengan bentakan.

Putri memiringkan kepalanya sedikit kesamping, mulai tidak paham apa yang dibicarakan Ayato. "Apa maksudmu?"

"Cukup Ayato! tolong kontrol emosimu, aku hanya ingin menjelaskan beberapa hal pada Putri," kata Reiji sambil melirik Ayato yang mendengus kesal.

"Dan kau, Haruno Putri. Mulai sekarang dan seterusnya kau akan tinggal di sini bersama kami. Dan jangan coba-coba untuk kabur! Atau kau akan mendapatkan akibat yang lebih buruk dari ini,"

Putri melotot horror pada Reiji dengan menahan amarah. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya yang sudah gatal ingin menonjok wajah pemuda berkacamata tersebut. Seenaknya saja dia meminta (baca:Memerintah) Putri untuk tinggal semension bersama mereka. Hello situ waras? Meminta seorang gadis untuk tinggal seatap dengan para lelaki yang tidak dikenalnya, ditambah dengan panggilan Istri dari mereka beberapa jam yang lalu.

Apa mereka sudah gila? Ini benar-benar tidak adil untuknya, yang baru beberapa jam mendapat musibah dari keluarganya.

Gadis itu segera berdiri dari duduknya dengan sentakan keras di kakinya, tatapannya sangat tajam bagai silet yang siap kapan saja memgores kulit. Amarahnya sudah diambang batas.

"KAU SUDAH GILA KAH? KAU ITU SIAPA KU SEHINGGA DENGAN SEENAK JIDATMU MEMERINTAHKU UNTUK TINGGAL DISINI. BAGAIMANA PUN AKU TETAP MENOLAK," dengan amarah yang meluap-luap dan bentakan keras tepat di depan para Sakamaki bersaudara.

"Kau.....berani sekali kau bicara begitu!" Subaru mendekati Putri, dengan emosi yang tidak stabil dia menarik kerah baju sang gadis sehingga membuat bajunya sedikit robek. Putri begitu terkejut, woy dia baru beli ni baju. Harganya 30 rebu, itu pun saat diskon.

"Kau harus benar-benar di hukum agar jera ya," kata Subaru lagi dengan tegas.

"bang sabar bang, ente jangan marah-marah dulu. Lepasin dulu oke? Baru kita bicara baik-baik," Putri memegang tangan Subaru, mencoba melepaskan tangan pemuda itu dari bajunya. Oke, emosinya tadi meluap entah kemana.

Sekilas Putri melihat raut wajah kebingungan dari Sakamaki brother, jelas mereka tak mengerti bahasa alien milik gadis itu.

"Subaru, lepaskan!" perintah Reiji dengan tenang. Subaru berdecak kesal lalu melepaskannya tak rela, dia menjauh dari Putri sekitar 1 meter.

"Thanks..." Gadis itu merapikan bajunya tadi yang kusut bekas cengkraman Subaru, kemudian memandang Sakamaki brother. "Pertama-tama aku akan memperkenalkan diri. Namaku Haruno Putri dan aku minta maaf karena sudah membuat kekacauan di Mension kalian ini, karna aku tidak tahu apa-apa soal ini. Dan aku meminta penjelasan,"

Reiji masih tak mengubah ekspresi wajahnya, dia hanya memperkenalkan diri dan memperkenalkan saudara-saudara lucnut nya. Setelahnya dia menatap dengan serius, lha emang serius dari tadi.

"Kau tahu kan mengacaukan mension kami itu tidak gratis dan membuat keributan disini?"

"Iye tahu, gak ada di dunia itu yang namanya gratis. Mau minta duit? Nih aku ada duit tapi cuma 1000 yen, ambil aja. Gak dibalikin juga gak papa," dengan watadosnya Putri menyerahkan 1000 yen ditangannya dengan mengulurkannya didepan Reiji.

"Jangan bercanda! Singkirkan tanganmu dari sana," seru Ayato ngegas.

"Santuy bang, gak osah marah-marah. nanti cepat tua lho," Putri  geleng-geleng kepala. Heran kenapa mereka begitu kasar dan jutek gitu. Dia kembali menyimpan uangnya, toh tidak diterima juga, kan mayan uangnya gak jadi hilang.

Ayato mengertakkan giginya kesal bahkan sampai mengepalkan kedua tangannya. Lama-lama dia bisa gila gara-gara gadis ini.

"Lalu mau kalian apa? Kalau gak mau duit," kata Putri malas.

"Kami ingin Putri-san tinggal disini, agar aku dan Teddy punya teman bermain, iyakan Teddy," Kanato memeluk teddy erat lalu berbicara dengan boneka itu seakan-akan dia hidup.

"Wah, dia waras? Atau jangan-jangan dia mantan pasien RSJ yang kabur," batin Putri sambil bergidik ngeri melihat Kanato.

"Kanato ini bukan soal agar kau bisa bermain dengannya jika dia tinggal disini, melainkan ini perintah atas surat yang diberikan oleh Ayah," Reiji menatap datar saudaranya yang bersurai ungu itu.

"Terserah aku! Jangan menasihatiku!" seru Kanato marah.

"Oh ya, siapa yang membuat surat itu? Aku tidak sempat membacanya saat kesini tadi," dengan penasaran Putri menolehkan kepalanya pada Reiji.

"Leluhurmu dan leluhur keluarga kami alias Ayah kami. Merekalah yang membuat perjanjian bodoh ini! Terikat satu sama lain tanpa syarat membuatku muak," Shuu yang sejak tadi tidur di sofa kini membuka suara walau dengan nada malas.

"Wait, perjanjian apa? Mana suratnya? Biar kulihat," Putri merasa tak percaya apa yang dia dengar.

"Nih!" Subaru yang entah sejak kapan memegang surat tersebut menyerahkannya pada gadis bermarga Haruno itu.

Dia dengan cermat membaca setiap kata perkata tanpa melewatkannya satu pun, tak ada yang ingin tertinggal.

Putri Pov

Aku selesai membacanya. Jelas aku merasa seperti dibuang sendiri oleh keluargaku. Aku tidak bermaksud menuduh ayah dan ibuku mengikuti rencana leluhur kami. Mereka tahu soal perjanjian ini tapi mereka tak mengatakannya karna takut nanti aku menjadi tertekan dan depresi. Aku tahu ayah dan ibu juga tak ingin melakukan perjanjian ini, mereka menyayangiku dan adikku, tapi sepertinya leluhur kami memaksa ayah dan ibu agar melakukannya agar tak terkena kutukan. Itu yang kutahu dari surat ini, tidak diperjelas kutukan seperti apa yang membuatku harus penerima perjanjian konyol ini.

Oh kalau adikku, dia sudah dinikahkan secara paksa di usia 16 tahun sebelum kejadian yang menimpaku ini terjadi, padahal seharusnya dia masih harus sekolah, sayang gara-gara menikah muda tujuan hidupnya jadi terhambat.

"Apa kau percaya sekarang Violet-chan?" Aku memandang cowok mesum bertopi fedora ini, dari senyumnya saja dia terlihat puas.

"Terserah lah, aku lelah," kataku sambil melempar surat itu entah kemana, sebagian dari diriku masih tak percaya dan sebagian lagi merasa sedih. Lebih baik aku tak berurusan dengan mereka dulu jika mood ku sedang down.

Aku kesini jam 5 sore sebelum gelap dan sekarang sudah jam 11 malam, tentu saja aku merasa lelah meski sempat pingsan tapi rasanya aku kembali mengantuk setelah membaca surat itu.

"Hati-hati selama kau tidur ya, kami mengawasimu," Aku melirik Ayato yang menyerigai, dan tanpa sadar mataku terpaku pada bibirnya. Ciuman itu kembali berputar di otakku, aku merasa wajahku memanas.

"Oh shit. Kenapa harus ingat dengan ciuman itu lagi sih?. Huh, awas saja kau rambut cabai, aku tak akan memaafkanmu," batinku kesal. Tanpa berkata apa-apa lagi aku meninggalkan ruangan yang penuh dengan orang-orang aneh itu.

TBC



I'm The Wife Of Vampire [Diabolik Lover]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang