Sakamaki 4

166 12 6
                                    

(11.00 P.M)

Ayato menyandarkan tubuhnya disofa tatapannya tertuju ke luar jendela, dimana hujan kembali turun. Tak terbesit dipikirannya untuk keluar sekedar jalan-jalan.

Memikirkan bagaimana kontrak leluhur itu bisa terjadi antar dua belah pihak, yang jelas-jelas cucu-cucu mereka tidak tahu masalah pernikahan kontrak itu.

"Pasti si kakek tua itu yang melakukannya, aku yakin siapa lagi selain dia yang berkuasa di tempat itu," gumam Ayato pelan.

Tap Tap Tap!

Suara langkah kaki mengalihkan perhatiannya pada jendela dan memusatkannya pada seseorang yang saat ini sudah ada di sampingnya.

"Bagaimana keadaannya, Reiji?"

"Hanya luka kecil, tidak sampai membuatnya mati meski tadi hampir saja kekurangan darah," jawab Reiji kalem.

"Ck, si bocah itu hanya bisa merepotkan saja,"

"Hmm...kali ini aku setuju, tapi kita terpaksa melakukannya karena perintah dari 'dia'. Dan demi darah suci," kata Reiji sambil membenarkan kacamatanya.

"Aku tak yakin dia sanggup tinggal disini, jelas sekali kalau dia sudah tidak ingin hidup lagi," Ayato mendengus sinis dan memandang kembali jendela.

"Itu urusan nanti, biar 'dia' yang menentukannya,"

"Urusai, Jangan bahas tentang 'dia' lagi. Pergi! Aku mau tidur," usir Ayato sambil merebahkan kembali tubuhnya di sofa.

Reiji hanya melirik sebentar lalu segera meranjak pergi dari sana.

*********
(7.00 A.M keesokan paginya)

Sinar mentari pagi menyinari sebagian dari kamar bergaya eropa kuno klasik milik seorang gadis bermarga Haruno. Dia mulai membuka matanya memperlihatkan netra beriris Ruby itu.

Pandangannya sedikit buram dan perlahan mulai menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke matanya.

Gadis itu ingin bangun dari kasurnya tapi sesuatu yang berat menindih tubuhnya, sontak dia menoleh kesamping dan mendapati seorang pemuda bersurai pirang pucat dengan earphone yang melekat di kupingnya, wajahnya terlihat damai dengan hembusan napas tipis.

Gadis itu ingin bangun dari kasurnya tapi sesuatu yang berat menindih tubuhnya, sontak dia menoleh kesamping dan mendapati seorang pemuda bersurai pirang pucat dengan earphone yang melekat di kupingnya, wajahnya terlihat damai dengan hembusan napa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putri diam tak bergeming beberapa saat lalu menatap sesuatu yang menindih tubuhnya, tangan Shuu tampak melingkar di pinggangnya sangat erat layaknya dijadikan guling. Gadis itu mengernyitkan alisnya dan memberontak.

"Hei bangun! Kau pikir aku guling!?"

Tak ada sahutan dari Shuu, pemuda itu masih nyenyak dengan mimpi indahnya. Dengan tangannya Putri mencoba menyingkirkan tangan Shuu yang melingkar di pinggangnya.

"Oi, bangun pemalas!" Kata Putri dengan sekuat tenaga. Dan akhirnya tangan itu terlepas juga.

"Berisik, ini masih pagi. Dan kau sudah membuat ribut saja," kata Shuu yang akhirnya terbangun dari tidurnya.

I'm The Wife Of Vampire [Diabolik Lover]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang