"Han Jisung! Sudah berapa kali harus saya katakan! Tugas harus selesai tepat waktu! Karena kinerjamu menurun setelah bertukar duduk dengan Yeji, sekarang kamu kembali ke tempat duduk awalmu dengan Felix di belakang. Sekarang!"
Jisung dengan lesu mengambil barang-barangnya dan kembali duduk di sebelah Felix. Sejak kejadian di PTC, ayah Han sangat melarang Jisung untuk bahkan berada dekat Felix.
"Kenapa lo akhirnya memutuskan buat menjauh?" tanya Felix tiba-tiba.
"Bukan urusan lo," jawab Jisung dingin. Tiba-tiba pintu kelas terbuka.
"Permisi, bu Wendy yang cantik nan jelita, cetar membahana, hehe,"
Semua murid disitu mulai berbisik tentang betapa tampannya pria tersebut. Namun ada Felix yang menepuk jidat, mengetahui siapa yang datang.
"Anda siapa? Ada perlu apa sampai harus mengganggu kelas kami?"
"Iya. Jadi begini bu, saya wali dari walinya Lee Felix. Ada urusan keluarga mendadak. Saya sudah ijin dengan bu Jihyo, wali kelasnya. Saya harus mengajak Felix pulang sekarang," kata Chan. Bu Wendy melihat ke arah Felix dan mengangguk. Felix membereskan barangnya dan pergi bersama Chan.
"Kenapa kak? Nanggung elah. Ini juga kenapa bukan kak Ino aja yang jemput?" keluh Felix.
"Bundamu sekarat. Kita harus ke rumah sakit sekarang. Minho udah jaga di sana," jawab Chan dan segera berangkat ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Felix melihat Changbin yang sudah menunggu di luar ruangan.
"Masuk Lix. Kak Minho di dalem," kata Changbin. Felix pun menurut dan masuk ke dalam sebuah ruangan. Ia melihat bundanya terbaring lemah dengan berbagai macam alat menempel di tubuhnya.
"Kak," kata Felix dan memeluk Minho. "Bunda kenapa kak?"
"Bunda mengidap penyakit pernafasan dan barusan ini dokter mendiagnosa kalo bunda mengidap kanker stadium akhir. Kita cuma bisa berharap yang terbaik buat bunda Lix," jelas Minho.
"Kak, Lilix gamau kehilangan bunda. Memangnya ayah kemana kak? Di waktu-waktu kaya gini ayah kemana kak?" tangisan Felix pun pecah.
Minho hanya bisa diam. Jika ia memberi tau siapa ayahnya, Felix mungkin akan mengalami mental breakdown seperti saat pertama kali mengetahui bahwa bundanya mengidap banyak penyakit.
"Tenang Lix. Kalaupun memang udah waktunya, kita harus bisa belajar ikhlas. Semuanya terjadi karena suatu alasan. Jika memang benar bunda pergi, pasti ada hal baik yang muncul setelah itu. Kamu jangan sedih, ya?"
.
.
.Jaemin, Hyunjin, Lia, dan Chaeyeon tertawa dengan lepas di kantin sekolah. Sedangkan Jisung hanya diam dan memperhatikan. Sesekali hanya tersenyum. Itupun hanya sebentar.
"Sung, lo kenapa sih? Gak kaya biasanya?" tanya Lia.
"Gatau. Rasanya pengen nangis aja gitu. Gatau kenapa," jawab Jisung.
"Kangen duduk di sebelah gue ya lu," ejek Hyunjin.
"Dih mana sudi. Yang ada malah kena semprot gue."
"Kenapa sih sebenernya?"
"Gue merasa ada yang hilang."
.
.
.Suara mesin EKG memenuhi ruang rawat bunda Lee. Felix sedang makan siang bersama Changbin sedangkan Chan menggantikan posisi Minho di perusahaan untuk sementara.
"Bunda, waktu itu Ino ketemu ayah sama Icung. Ayah kaget banget liat Ino waktu itu. Kapan Ino bisa bilang ke Lilix kalo Icung itu saudara kembarnya? Tanpa membuat Lilix mengalami breakdown. Gimana caranya bikin ayah sadar?
Ino ngga suka denger Lilix nangis. Bunda cepet sembuh ya? Ino bakal cari cara buat ngasih tau Icung sama Lilix kalo mereka anak kembar. Bunda yang tenang ya."
.
.
."Lix, makan lah. Kata kak Minho lo pagi belom makan kan?" kata Changbin.
"Udah dibilangin ga pengen makan juga," jawab Felix singkat.
Changbin menghela nafas kasar. "Dokter disini pasti bakal cari cara buat sembuhin bundamu Lix. Kalaupun sampe ngga bisa diapa-apain, pasti ada sesuatu yang cerah setelah itu. Ingat, saat Tuhan menutup satu pintu, pintu lain akan terbuka. Positive thinking aja Lix. Semangat!"
"Iya deh iya gue makan. Tapi bayarin"
"Kebiasaan emang. Yaudah buruan"
.
.
."Ayah, Icung pengen ketemu istri ayah yang sebelummya dong," kata Jisung tiba-tiba. Ayah Han tampak terkejut.
"Kenapa nak? Kok tiba-tiba pengen ketemu?"
"Ya pengen ketemu aja. Ngga boleh ya yah?"
"Ya, jangan dulu ya sayang. Belum waktunya."
"Icung anak tunggal yah?" tanya Jisung lagi.
"Anu--"
Tiba-tiba ponsel ayah Han berbunyi. Ayah Han merasa sangat terselamatkan. Ia segera mengangkat telfon yang ia terima. Jisung hanya diam dan melihat keluar jendela.
"Apa?! Ya nggak bisa gitu dong! Saya sudah berusaha membayar semua hutangnya! Tunggu jangan tutup telfonnya--"
"Kenapa yah?"
"Perusahaan kita ditutup paksa. Terlalu banyak pegawai yang korupsi dan kita jadi terlilit hutang. Maaf sayang, mungkin kita juga harus pindah ke rumah yang lebih sederhana untuk membayar hutang,"
"Hm, iya yah. Icung ngikut,"
.
.
."Kamu bangkrut terus kita makan apa?! Kamu kerja apa?! Uang buat skincare ku aja kamu pasti nggak bisa penuhin!"
"Ya mau gimana lagi? Kamu kira aku udah rencana buat bangkrut?! Ya engga lah!"
"Halah udahlah! Aku capek sama kamu! Kita putus!"
Sebuah tamparan jatuh di pipi bunda Kim.
"Oh jadi selama ini kamu ngincar aku cuma buat duit doang?!"
"Yaiyalah bego! Mana mau gue sama duda kaya lo! Hari ini juga gue keluar dari rumah ini dan jangan cari-cari gue lagi!"
Bunda Kim membereskan semua barangnya dan segera keluar dari rumah itu. Jisung dari tadi hanya diam dan mengintip dari balik pintu.
Perasaan yang familiar. Kaya pernah liat. Apa gue kebanyakan nonton drama? Halah gegara si sialan Hwang Hyunjin itu.
"Jisung, besok kita pindah ke apartemen ayah yang dulu ya? Rumah ini mau ayah jual buat bayar hutang. Kamu nggak papa kan? Ayah akan berusaha cari kerjaan baru."
"Iya yah, nggak papa. Icung ikut ayah aja," jawab Jisung pasrah.
.
.
."Lix, kakak mau pulang sebentar ambil keperluan kakak. Kamu juga mau ikut nginep disini apa mau dirumah aja?"
"Lilix ikut kakak nginep disini aja."
"Yaudah kakak pulang dulu mau ambil barang. Kamu disini sama Changbin yang baik. Jangan berantem mulu"
"Iya elah kak."
Minho tersenyum dan meninggalkan ruangan.
Perasaan apa ini? Sedih, iya. Gara-gara bunda sakit. Tapi ini lain. Ada alesan lain. Apa gue terlalu overthinking aja? Iya kali. Lupain aja lah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperated || Stray Kids ✅
FanficTerpisah selama bertahun-tahun Draft start: 30.4.2020 Draft end: 1.5.2020 Publish: 2.5.2020 End: 7.6.2020