04

26 6 6
                                    

Masih belum mereda, langit seakan menumpahkan tangisan 
Parkir Basement Kantor CL Entertainment, Kota Seoul

•••

Im Yeori menatap layar ponselnya setiap 2 menit. Menunggu balasan Email dari seseorang bernama Jang Su Kyu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Manager Soloist Byun Baekhyun.

Gadis itu menghabiskan waktunya selama setengah jam untuk mendapatkan alamat Emailnya sebagai rujukan dari Email kantor CL Media, dan masih harus menunggu 20 menit di dalam mobil untuk melakukan wawancara tertutup dengan Byun Baekhyun.

Im Yeori sebenarnya sudah menduga, bahwa di tengah padatnya jadwal mempersiapkan album barunya, menemui artis seperti Byun Baekhyun adalah hal yang sangat sulit.

“Sebaiknya, kau menemuinya secara langsung, dan melakukan wawancara untuk masalah ini”

Teringat lagi pesan Park Soo Jin sesaat setelah Im Yeori memeriksa hasil rekaman CCTV di kafe. Im Yeori mencocokkannya dengan petunjuk yang diberikan Detektif Choi.

Walaupun hasil outopsi belum keluar, bisa dipastikan korban terbunuh sekitar setengah hari saja sebelum ditemukan. Yakni sekitar pukul 7 hingga 9 malam. Jika menghitung jarak tempuh Pyeongchang hingga ke kafe yang akan memakan waktu sekitar 1 jam. Dan Byun Baekhyun keluar dari cafe sebelum jam sepuluh malam, ada kemungkinan orang yang menjemputnya dengan mobil itu adalah orang yang membunuh sang korban. Tapi siapa orangnya? Apakah Byun Baekhyun punya seorang teman yang ingin menjebaknya?

Im Yeori memutar otaknya, tidak ada gunanya mempertanyakan hal itu sendirian. Dia memikirkan alternatif lain, untuk bertemu secara langsung dengan Byun Baekhyun secepatnya. Namun otaknya sangat lelah. Dia bahkan belum makan sejak pagi, dan secangkir kopi yang diminumnya di kantor Park Soo Jin tadi sukses membuat perutnya terasa pedih kini.

Im Yeori menatap kembali layar ponselnya. Panggilan dari Ahn Sejeong.

“Im Yeori, kau ada di mana?”

Terdengar suara penuh kecemasan temannya itu via telepon.

Im Yeori menegapkan kepalanya yang bersandar pada stir mobil. “Ahn Sejeong? Ada apa? Kau baik-baik saja?”

“Tidak!” Ahn Sejeong merendahkan suaranya sedikit, “ada polisi menelepon kemari. Sebenarnya apa yang kau lakukan?”

“Po-polisi?” Im Yeori tersentak, “mungkinkah itu Detektif Choi?”

“Bagaimana aku bisa tahu?!”

“Aku akan pulang sekarang”

♡♡

Terdengar suara tetesan satu-satu, sisa hujan, diluar. Seakan mampu mengusir resah dengan aroma lembap yang menguar

Ruang tamu, apartemen yang menghilangkan beku

•••

Lagi-lagi, dugaan Im Yeori tak meleset. Detektif Choi  memang meneleponnya melalui telepon umum.

Ahn Sejeong datang membawa teh hangat beraroma bunga, juga beberapa lembar roti bakar begitu melihat wajah kelaparan Im Yeori.

Temannya itu mengambil roti tanpa malu-malu, lalu mulai bicara lewat telepon.

“Apa ada perkembangan?” Detektif Choi bertanya.

“Saya baru bisa memastikan bahwa Byun Baekhyun berada di sebuah kafe di dekat gedung agensinya sekitar satu jam setelah kematian korban. Selebihnya, nihil”

“Mustahil untuk sampai kurang dari waktu 1 jam dari Pyeongchang dengan kendaraan pribadi sekalipun”

“Saya juga berpikir begitu, namun selain pesan chat itu, apakah ada bukti lain yang mengarah pada Byun Baekhyun?”

“Tidak ada sidik jari di bekas cekikannya –si pelaku bahkan tidak menggunakan tangannya. Dan aku tidak yakin mereka tidak akan memalsukannya jika menemukan sesuatu. Namun tetap saja, akan sulit untuk mengkambing-hitamkan orang lain dalam kasus pembunuhan tak terencana”

“Tak terencana?”

“Ada beberapa botol alkohol yang pecah ditemukan di TKP. Sample air liur yang tersisa masih dalam proses pengecekan DNA, tapi aku tahu itu adalah milik korban, karena tubuhnya mempunyai bau alkohol yang sama. Dugaannya adalah, Pembunuh meminta obat-obatan yang tak kunjung diantar setelah uangnya di transfer. Pelaku mendatangi korban, yang dalam keadaan setengah sadar karena tahu polisi sedang mengejarnya.

“Marah karena didesak, korban menyerang pelaku. Tapi nasib buruk berpihak pada dirinya yang berakhir dicekik dengan dasinya sendiri. Itu terlihat jelas dari kerahnya yang rusak karena dasi itu diambil dengan terburu-buru darinya

“Untuk membuang jejak, tentu saja. Pelaku juga tak punya niatan untuk membunuh, namun takut aksinya diketahui polisi, dia berpikir cepat. Memanipulasi pesan chat di ponsel korban untuk mengalihkan tuduhan sementara. Atau setidaknya, menyeret orang lain dalam kemalangannya

Im Yeori mencerna setiap kata yang diucapkan Detektif Choi bersamaan dengan roti bakarnya yang sudah habis selembar.

“Bagaimana dengan mobilnya?”

“Platnya palsu, dan kemungkinan besar sudah meninggalkan Seoul”

Itu berarti, Pelakunya memanglah orang yang menemui Byun Baekhyun dengan mobil yang sama yang digunakannya saat menghabisi korbannya. Dia membunuh korbannya sekitar pukul 8 malam, lalu berkendara menuju kafe tempat Byun Baekhyun menunggunya pukul 9 dan mereka bertemu sedikit saja sebelum 10.

Byun Baekhyun bisa saja meninggalkan sidik jari atau jejak sepatunya di mobil. Dan dalam 2 hari penyelidikan berlangsung, Sang Pelaku yang sesungguhnya pasti sudah membersihkan jejak kejahatannya. Mengingat sidik jarinya yang bahkan tak ditemukan di TKP, pastilah si pelaku ini adalah orang yang gemar menggunakan sarung tangan.

Sekarang semuanya mulai tampak jelas, dan dengan dugaan-dugaan kuat ini, Im Yeori akan menemui menemui Byun Baekhyun, membuat pemuda itu menyadari posisinya sebelum kejahatan media menghancurkannya.

Minimal sebelum mobil itu ditemukan.

Im Yeori menarik selembar kertas lagi, menulis surat yang akan menjadi anak panahnya. Kali ini, mengenai sasarannya.

♡♡♡

Sepucuk Surat Untuk Baekhyun [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang