30 - I Miss You

11.1K 821 18
                                    

~ Happy Reading ~

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sakit itu ketika hatimu dikhianati oleh dirimu sendiri.— Gerald Xavier Haidar.


LANGIT malam terlihat cerah. Awan putih yang gelap bergelung samar menutupi sabitnya bulan. Cahaya candra itu mengintip remang di balik awan yang menyungkupnya. Sehingga tampak lamat ada sesuatu yang indah di balik gegana. Bulan yang tertutupi awan menjadi pemandangan indah yang menghiasi gulitanya malam.

Levi duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan meja belajarnya yang terletak di sudut kamar. Tangannya memegang benda cantik berbahan emas putih. Benda yang beberapa hari ini tidak lagi melingkar di lehernya.

Ia mengamati kalung dengan liontin tangga nada itu. Pemikirannya penuh dengan kenangan saat melihat kalung ini. Sesaat ia tersenyum getir.

Gadis itu hanyut dalam lamunan. Sampai ia tidak sadari, Raina tengah memperhatikannya dari arah pintu. Raina ingin mengatakan sesuatu kepada putrinya. Namun Raina mengurungkan niatan itu ketika melihat anaknya yang seperti sedang banyak pikiran.

Raina tahu apa penyebab murungnya Levi. Maka Raina memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar Levi tanpa gadis itu ketahui.

Pikiran Levi masih menyangkut semua kenangan indah yang sempat tercipta di antara ia dan laki-laki itu—Gerald.

Kenapa sepenting ini lo di hati gue, Gerald?

Menggeleng pelan, Levi memasukkan kembali kalung itu di tempat semula, di dalam kotak dan kemudian meletakkannya kembali di laci meja.

Fokus perhatiannya berpindah pada frame foto yang terletak di atas meja belajar. Ia mengambil foto itu, lalu meletakkan foto tersebut tepat di depan matanya.

“Ada seseorang yang sangat mirip dengan kamu, sampai aku mengira kalau orang itu adalah kamu. Tapi, itu gak mungkin kan?”

Levi menarik napasnya lalu tersenyum kecil. “Aku percaya, suatu hari nanti kita pasti akan ketemu lagi, Gege…”

Nyatanya dalam suasana hati apa pun, anak laki-laki yang ada di dalam foto itu masih menjadi orang pertama yang paling ingin Levi temui.

Mereka tidak tahu saja, betapa dekatnya mereka berdua saat ini. Paldu pembatas itu belum direstui oleh semesta untuk dipecahkan.

Tersenyum tipis seraya memandangi foto itu sekali lagi, fokus Levi teralihkan ketika ponsel yang berada dekat dengan dirinya berdering. Deringan singkat yang menandakan ada chat yang masuk dari aplikasi dengan simbol telephone berwarna hijau. 

D E T A K [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang