29 - OPENING FESTIVAL

11.2K 826 18
                                    

29 – OPENING FESTIVAL

MALAM INI pembukaan festival tahunan DES berlangsung. Area sekolah mulai ramai dipenuhi dengan tamu undangan. Baik yang berasal dari orangtua murid, donatur, sampai ketua yayasan dari Danna Empire State International High School pun ikut hadir. Melihat pembukaan festival tahunan yang selalu sukses menarik perhatian banyak orang, juga sekolah-sekolah lain yang ada di Jakarta. 

Area gedung theater utama yang menjadi tempat acara pembukaan sudah banyak yang hadir. Kursi-kursi sudah tampak terisi penuh. Gedung yang bisa memuat ribuan orang itu dirancang begitu apik, sehingga kesan mewah sangat terlihat jelas. Para siswa yang menjadi perwakilan dari setiap ekskul seni mulai bersiap-siap di belakang panggung. Pembukaan akan diawali dengan permainan alat musik tradisional angklung dari ekskul musik. Sesuai dengan tema festival DES tahun ini ‘Archipelago Art and Culture’ maka kesan tradisional nusantara harus ditampakan.

Mereka sudah bersiap di atas panggung.

“Gila, gila, gila! Gue deg-degan banget! Gimana dong….” Itu suara Davina, yang dari tadi mondar-mandir tidak jelas di ruang tunggu.

“Biasa aja kenapa, sih? Lagian lo aneh, bukannya ini yang lo tunggu-tunggu dari dulu? Ikut tampil di pembukaan festival, kenapa sekarang jadi grogi?” Melinda tampak santai duduk di sebelah Levi.

“Abis ini gue yang tampil, gimana gue nggak deg-degan coba? Nanti kalau gue lupa gerakan gimana? Omaygat bisa malu gue!” seru Davina, mulai menggigit kuku jarinya.

“Yaudahlah, ya, santai aja. Bukan cuman lo doang, kan, yang tampil.” Melinda memutar bola mata malas, merasa jengah melihat Davina yang dari tadi mondar-mandir seperti cacing kepanasan.

Lain halnya dengan Davina yang kini melirik Levi. “Vi, lo nggak deg-degan? Gue aja yang tampil bareng-bareng deg-degan, masa lo yang mau tampil sendiri dari tadi nyantai aja, sih?” Davina melihat Levi yang tampak santai, gadis itu bahkan santai dengan ponselnya.

Levi menolah sekilas pada Davina yang berdiri di depannya. “Nggak,” balas Levi ringan, setelah itu kembali pada HP-nya.

“Anjir, sombong amat lo!”

“Davina, ayo siap-siap, sebentar lagi kita yang tampil.”

Seruan dari arah samping mereka mengambil atensi Davina. Siswi yang terlihat cukup cantik dengan rambut curly itu datang menghampiri Davina dan mengajaknya untuk siap-siap.

“Oke, oke, sebentar….” Davina menarik napas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Hal ini dia lakukan selama beberapa kali sampai dia merasa jantungnya yang tidak bergemuruh lagi. “Ayo.” Davina mulai berjalan ke atas panggung.

Setelah penampilan angklung selesai, giliran Davina dan satu orang siswi tadi yang akan menampilkan tarian tradisional yang dimodifikasi dengan tarian modern. Davina menjadi perwakilan dari ekskul dance untuk menampilkan tarian itu. Davina memang mempunyai bakat dalam bidang ini, gadis itu bahkan belum lama bergabung dengan ekskul dance tapi telah dipercayai untuk menjadi perwakilan dari ekskul tersebut. Kini Davina dan satu orang siswi bernama Seril telah berada di atas panggung. Seril merupakan perwakilan dari ekskul tari.

Intro musik yang akan menjadi song untuk tarian mereka pun mulai terdengar memadati gedung theater. Semua orang mulai bertepuk tangan meriah ketika Davina dan Seril mulai menari dengan lincahnya. Tarian tradisional dengan gaya modern ini pun sukses membuat semua mata memandang mereka. Davina dan Seril sukses melakukannya.

D E T A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang